InspirasI

Jumat, 12 Januari 2018

Perlawanan KH. AHmad Dahlan

Pertengahan abad ke 19 hingga hengkangnya Belanda dari bumi Indonesia adalah saat dimana trilogi kolonialisme klasik, Gold, Gospel and Glory menampilkan perseketuannya secafa nyata. Tulisan, pidato dan tindakan yang merendahkan Islam muncul secara beruntun. DI Sulawesi Utara pada tahun 1938, Bala Keselamatan, salah satu denominasi Kristen yang hobi memakai pakaian militer, masuk ke masjid dengan memakai sepatu kemudian memainkan lagu-lagu Kristen.
Di Solo, di Masjid Mangkunegaran, para misionaris membagi-bagikan buku Kristen yang ditulis dengan arab pegon pada umat Islam yang baru pulang dari Sholat Jum'at. Di Tasikmalaya, seekor anjing dibawa masuk ke musholla. Dan yang paling fenomenal adalah artikel dari seorang Pater Jesuit, Ten Berge, yang menyebut Nabi Muhammad sebagai orang Arab yang bodoh dan bernafsu besar dan Al Qur'an adala interpretasi atas Bibel yang sangat buruk. Artikel yang memicu kemarahan umat Islam secara massive yang merupakan penyebab munculnya Tentara Kanjeng Nabi Muhammad di kalangan muslim Jawa.
Pada periode seperti itulah, KH. Ahmad Dahlan menampilkan perlawanan dengan meode yang dipilihnya, yaitu perdebataan ilmiah.Solichin Salam dalam buku KH. Ahmad Dahlan, reformer Islam Indonesia menulis satu sub bab khusus soal ini.
KH. Ahmad Dahlan dalam kegiatannya untuk membela kebenaran agama Islam, seringkali mengadakan tukar pikiran serta pertemuan dengan para pemuka agama Kristen. Pada suatu ketika, K.H. Ahmad Dahlan pernah mengadakan pertemuan dengan Pastoor Van Lith. Sayang sekali pertemuan itu hanya sekali saja diadakan, meskipun pertemuan itu baru bersifat pertemuan pendahululan. Tidak berapa lama sesudah berlangsung pertemuan itu, Pastoor van Lith meninggal dunia.
Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan juga pernah mengadakan pertemuan dengan Pastoor Van Driesche, bertempat di rumah sdr. M. Joyosumarto (merrtua M.M. Djojodiguno). Pertemuan itu hanya diadakan sekali saja, karena ternyara Pastoor van Driessce sikapnya kasar, sehingga tidak dapat diajak bertukar fikiran mengenai soal-soal agama maupun Ketuhanan.
Bukan rahasia lagi, bahwa dalam usahanya untuk mencari kebenaran, K.H. Ahmad Dahlan tidak mengenal lelah ataupun putus asa. Pada suatu hari beliau mengadakan pertemuan dengan Domine Bakker. Pertemuan ini diadakan di Djetis dan berlangsung hingga beberapa kali. Karen Domine Bakker dalam pembicaraannya sangat berbelit-belit serta tidak mau mengakui kekalahannya, maka akhirnya KH. Ahmad Dahlan mengajukan tantangan kepadanya :
“Kalau ternyata kemudian agama Protestan yang benar, saya bersedia masuk agama Protestan. Akan tetapi sebaliknya, apabila agama Islam yang benar, Domine-pun harus mau masuk agama Islam.”
Domine rupanya tidak berani menerima tantangan KH. Ahmad Dahlan, karena itu tidak antara lama iapun memohon diri untuk pulang ke negeri Belanda. Dalam pertemuan yang diadakan beberapa kali dengan Domine Bakker ini, terdapat 2 orang dari Klaten, pengikut Domine Bakker yang akhirnya masuk Islam, setelah mendengar pembicaraan-pembicaraan yang diadakan selama pertemuan tersebut.
Selain itu, dalam kegiatan missi dan zending Kristen pernah mendapatkan kunjungan seorang  Pastoor bernama Dr. Zwemmer, yang mempunyai daerah kerja yang luas di Asia. Dalam kunjungannya ke Indonesia, dia mengadakan khotbah di beberapa gereja, antara lain di Banjarmasin, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Isi khotbahnya umumnya banyak sekali yang menghina agama Islam.
Setelah mendengar kedatangan Pastoor tersebut dan penghinaannya terhadap Islam, maka diadakanlah sambutan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan mengadakan openbaar (rapat umum) bertempat di Ngampilan (sekarang tempat tersebut dipakai untuk M.P.P. Ngampilan). Di dalam rapat umum ini, Pastoor Dr. Zwemmer diundang juga untuk mendengarkan serta menerangkan sekitar agamanya, disamping itu diminta kesediaannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari hadirin. Akan tetapi pastoor tersebut ternyata tidak datang. Ki Hajar Dewantara mengulas peristiwa ini dalam surat kabar Darmo Kondo dengan menyatakan bahwa Dr. Zwemmer tidak mampu menghadapi KH. Ahmad Dahlan.
Yang sempat menerima tantangan menyelidiki kebenaran agama adalah Dr. Laberton. Namun setelah melewati diskusi panjang, akhirnya Dr. Laberton kalah, dan ketika KH. Ahmad Dahlan menanyakan apakah Dr. Laberton bersedia masuk Islam, ia menjawab diplomatis "Maaf, saya tetap berpegang kepada agama yang dipeluk nenek moyang saya, karena itu adalah kewajiban saya.
Sayang kisah-kisah menarik ini tidak muncul di film Ahmad Dahlan. Padahal di awal berdirinya, sebagai gerakan amal, Muhammadiyah adalah organisasi yang bertarung head to head di lapangan dengan Misi Katolik dan Zending. Sehingga apa yang dipunyai Zending dan Misi, Muhammadiyah juga punya, yakni sekolahan, rumah sakit dan panti asuhan yatim piatu.

Tidak ada komentar: