Perlawanan KH. AHmad
Dahlan
Pertengahan abad ke 19 hingga hengkangnya Belanda
dari bumi Indonesia adalah saat dimana trilogi kolonialisme klasik, Gold,
Gospel and Glory menampilkan perseketuannya secafa nyata. Tulisan, pidato dan
tindakan yang merendahkan Islam muncul secara beruntun. DI Sulawesi Utara pada
tahun 1938, Bala Keselamatan, salah satu denominasi Kristen yang hobi memakai
pakaian militer, masuk ke masjid dengan memakai sepatu kemudian memainkan
lagu-lagu Kristen.
Di Solo, di Masjid Mangkunegaran, para misionaris
membagi-bagikan buku Kristen yang ditulis dengan arab pegon pada umat Islam
yang baru pulang dari Sholat Jum'at. Di Tasikmalaya, seekor anjing dibawa masuk
ke musholla. Dan yang paling fenomenal adalah artikel dari seorang Pater
Jesuit, Ten Berge, yang menyebut Nabi Muhammad sebagai orang Arab yang bodoh
dan bernafsu besar dan Al Qur'an adala interpretasi atas Bibel yang sangat
buruk. Artikel yang memicu kemarahan umat Islam secara massive yang merupakan
penyebab munculnya Tentara Kanjeng Nabi Muhammad di kalangan muslim Jawa.
Pada periode
seperti itulah, KH. Ahmad Dahlan menampilkan perlawanan dengan meode yang
dipilihnya, yaitu perdebataan ilmiah.Solichin Salam dalam buku KH. Ahmad
Dahlan, reformer Islam Indonesia menulis satu sub bab khusus soal ini.
KH. Ahmad Dahlan dalam kegiatannya untuk membela
kebenaran agama Islam, seringkali mengadakan tukar pikiran serta pertemuan
dengan para pemuka agama Kristen. Pada suatu ketika, K.H. Ahmad Dahlan pernah
mengadakan pertemuan dengan Pastoor Van Lith. Sayang sekali pertemuan itu hanya
sekali saja diadakan, meskipun pertemuan itu baru bersifat pertemuan
pendahululan. Tidak berapa lama sesudah berlangsung pertemuan itu, Pastoor van
Lith meninggal dunia.
Di samping
itu, KH. Ahmad Dahlan juga pernah mengadakan pertemuan dengan Pastoor Van
Driesche, bertempat di rumah sdr. M. Joyosumarto (merrtua M.M. Djojodiguno).
Pertemuan itu hanya diadakan sekali saja, karena ternyara Pastoor van Driessce
sikapnya kasar, sehingga tidak dapat diajak bertukar fikiran mengenai soal-soal
agama maupun Ketuhanan.
Bukan rahasia lagi, bahwa dalam usahanya untuk
mencari kebenaran, K.H. Ahmad Dahlan tidak mengenal lelah ataupun putus asa.
Pada suatu hari beliau mengadakan pertemuan dengan Domine Bakker. Pertemuan ini
diadakan di Djetis dan berlangsung hingga beberapa kali. Karen Domine Bakker
dalam pembicaraannya sangat berbelit-belit serta tidak mau mengakui
kekalahannya, maka akhirnya KH. Ahmad Dahlan mengajukan tantangan kepadanya :
“Kalau
ternyata kemudian agama Protestan yang benar, saya bersedia masuk agama
Protestan. Akan tetapi sebaliknya, apabila agama Islam yang benar, Domine-pun
harus mau masuk agama Islam.”
Domine rupanya tidak berani menerima tantangan
KH. Ahmad Dahlan, karena itu tidak antara lama iapun memohon diri untuk pulang
ke negeri Belanda. Dalam pertemuan yang diadakan beberapa kali dengan Domine
Bakker ini, terdapat 2 orang dari Klaten, pengikut Domine Bakker yang akhirnya
masuk Islam, setelah mendengar pembicaraan-pembicaraan yang diadakan selama
pertemuan tersebut.
Selain itu,
dalam kegiatan missi dan zending Kristen pernah mendapatkan kunjungan
seorang Pastoor bernama Dr. Zwemmer, yang mempunyai daerah kerja yang
luas di Asia. Dalam kunjungannya ke Indonesia, dia mengadakan khotbah di
beberapa gereja, antara lain di Banjarmasin, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta.
Isi khotbahnya umumnya banyak sekali yang menghina agama Islam.
Setelah mendengar kedatangan Pastoor tersebut dan
penghinaannya terhadap Islam, maka diadakanlah sambutan oleh K.H. Ahmad Dahlan
dengan mengadakan openbaar (rapat umum) bertempat di Ngampilan (sekarang tempat
tersebut dipakai untuk M.P.P. Ngampilan). Di dalam rapat umum ini, Pastoor Dr.
Zwemmer diundang juga untuk mendengarkan serta menerangkan sekitar agamanya,
disamping itu diminta kesediaannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
hadirin. Akan tetapi pastoor tersebut ternyata tidak datang. Ki Hajar Dewantara
mengulas peristiwa ini dalam surat kabar Darmo Kondo dengan menyatakan bahwa
Dr. Zwemmer tidak mampu menghadapi KH. Ahmad Dahlan.
Yang sempat menerima tantangan menyelidiki
kebenaran agama adalah Dr. Laberton. Namun setelah melewati diskusi panjang,
akhirnya Dr. Laberton kalah, dan ketika KH. Ahmad Dahlan menanyakan apakah Dr.
Laberton bersedia masuk Islam, ia menjawab diplomatis "Maaf, saya tetap
berpegang kepada agama yang dipeluk nenek moyang saya, karena itu adalah
kewajiban saya.
Sayang kisah-kisah menarik ini tidak muncul di
film Ahmad Dahlan. Padahal di awal berdirinya, sebagai gerakan amal,
Muhammadiyah adalah organisasi yang bertarung head to head di lapangan dengan
Misi Katolik dan Zending. Sehingga apa yang dipunyai Zending dan Misi,
Muhammadiyah juga punya, yakni sekolahan, rumah sakit dan panti asuhan yatim
piatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar