InspirasI

Jumat, 10 Juni 2016

Apa Doa yang Paling Utama

Do’a yang paling utama untuk dipergunakan adalah do’a-do’a yang pernah dipanjatkan oleh Rasulullah SAW, dalam riwayat yang shahih sanadnya. Karena terdapat beberapa kesalahan dalam do’a-do’a yang menjadi pilihan sebagian orang (bukan ma’tsur/bersumber dari petunjuk Rasulullah) dikarenakan adanya perbedaan pengetahuan, disamping perbedaan paham dalam akidah dan keyakinan.
Imam Tabary menjelaskan alasannya mengarang “kitab addu’aa”: “Buku ini saya susun dengan mengumpulkan do’a-do’a Rasulullah SAW, dan yang memotifasi saya adalah tatkala saya lihat banyak masyarakat yang berdo’a dengan do’a-do’a yang menyerupai sajak-sajak, serta do’a-do’a yang dikarang-karang oleh sebagian pengarang, do’a-do’a yang tidak diriwayatkan dari Rasulullah SAW, ataupun dari para shahabat, tabi’in, padahal Rasulullah SAW sangat melarang hal tersebut. Karena itulah aku susun buku ini dengan sanad yang ma’tsur dari Rasulullah SAW…”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, dalam kitab “Al-qaidah al-jalilah” (1/336-majmu’ fatawa), mengatakan: “semestinya setiap makhluk berdo’a kepada Allah SWT dengan do’a-do’a yang masyru’ah (yang disyari’atkan) yang terdapat dalam Al-qur’an dan AS-Sunnah, karena do’a-do’a tersebut tidak diragukan lagi fadhilah dan keutamaannya, ia merupakan jalan yang lurus, jalan yang diberkahi Allah SWT untuk para Nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada dan orang-orang shaleh, mereka itulah sebaik-baik pendamping.

Hal-hal yang Dimakruhkan Dalam Berdoa

1. Bersuara dengan keras.

Kami berangkat bersama Rasulullah SAW maka tatkala kami telah dekat ke Madinah bertakbirlah Nabi dan bertakbirlah manusia serta mereka mengeraskan suara mereka. Maka berkata Rasulullah SAW, "Hai manusia, sesungguhnya Dzat yang kamu seru itu, tidak tuli dan tidak jauh, sesungguhnya Tuhan yang kamu seru itu ada diantara kamu dan diantara kendaraan kamu." (Muttafaq ‘Alaihi).

2. Berisyarat dengan dengan dua jari, tetapi yang benar adalah menggunakan isyarat dengan telunjuk tangan kanan saja.
3. Melampaui batas dalam berdo’a, seperti meminta sesuatu yang haram atau perbuatan dosa kepada Allah, akan tetapi banyak berdo’a tidak termasuk I’tida’ (melampaui batas)
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَيُحِبّ`1;ُ الْمُعْتَدِينَ
Sesungguhnya Allah itu tidak suka kepada orang yang melampaui batas.(QS Al-A’raf, 7:55)
4. Meminta sesuatu hal yang mustahil, seperti meminta kehidupan yang kekal di dunia.
5. Berdo’a dengan maksiat.
6. Menggunakan do’a-do’a yang bid’ah, yang dibuat-buat dan munkar.
7. Terlalu memaksakan diri mencari dan mengarang kalimat-kalimat yang indah sehingga menghilangkan rasa khusu’ yang sebenarnya sangat disyaratkan dalam berdo’a.
8. Membuat pengecualian dalam do’a tersebut, seperti mengatakan “ Ya Allah ampunilah aku, bila Engkau mau”, karena hal tersebut menunjukkan bahwa yang meminta tidak butuh kepada pemberian Allah SWT.
9. Tawassul dengan hal-hal yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW (bid’ah), seperti bertawassul dengan kehormatan Nabi SAW, atau dengan pribadi Rasulullah SAW, atau dengan yang lainnya baik nabi, malaikat, atau orang-orang shaleh.
Adab Berdoa dan Hal-hal yang Disunnahkan dalam Berdoa

1. Bersuci.
2. Menghadap kiblat.
Ia (nabi) mendatangi tempat wuquf di ‘Arafah, dan ia menghadap kiblat dan terus menerus berdoa sehingga tenggelam matahari.(H.R. Muslim)
3. Berdo’a pada waktu-waktu atau keadaan-keadaan yang mulia, seperti waktu sujud, puasa, sedang bepergian (safar), menghadapi musuh, pertengahan malam, antara azan dan iqamah, hari jum’at dll.
Rasulullah bersabda:
"Pada tiap malam, Rabb kita turun ke langit dunia ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Maka Allah berfirman: Barangsiapa yang berdoa kepadaKu, pasti akan Kukabulkan, dan siapa yang memohon kepadaKu, pasti akan Kuberi, dan siapa yang mohon ampun kepadaKu pasti akan Kuampuni."(H.R. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan yang lainnya)

"Jarak yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya ialah ketika sujud. Maka perbanyaklah doa (di waktu itu)."(H.R. Muslim)

"Tidak seorang pun menaruh keningnya bersujud kepada Allah dan ia berkata: Tuhanku, ampunilah dosaku – tiga kali --, kecuali pada saat ia mengangkat kepalanya telah diampuni dosanya." (H.R. Ibnu Abi Syaibah)
4. mengangkat kedua belah tangan dengan kedua telapak tangan terbuka.
5. memperlihatkan kepapaan dan kemiskinan.
6. merendahkan diri dan khusu’.
7. memilih kata-kata yang paling baik, baik lafaz, makna serta untaian baitnya.
8. berusaha sedapat mungkin untuk mengucapkannya dengan benar dan menghindari kesalahan ucapan.
9. memulai do’a dengan memuji dan mengagungkan Allah serta shalawat kepada Rasulullah SAW.
Nabi SAW lewat di depan seorang yang bernama Abu ‘Iyasy Zaid bin Shamit az-Zuraqiy yang sedang shalat. Ia berdoa : "Ya Allah, aku mohon kepadaMu karena sesungguhnya bagiMu puja dan puji, tiada Tuhan selainMu, wahai Yang Maha Pemberi, yang menjadi harapan, Yang Mencipta langit dan bumi, Yang Maha Luhur dan Maha Mulia". Kemudian Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya engkau telah memohon kepada Allah dengan mempergunakan nama-namaNya Yang Agung, yang bilamana dimohonkan dengan nama-namaNya itu akan dikabulkan dan jika dimintai dengannya juga akan diberi." (H.R. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i, dan lain-lainnya)
10. mendahulukan taubat dan istigfar, pengakuan terhadap dosa-dosa dan kemaksiatan disertai dengan keikhlasan dalam berdo’a.
11. Tawassul dengan Al-Asma’ Al-Husna (nama nama Allah yang baik) dan sifat-sifat Allah yang agung dan mulia, sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya:
"Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu" (QS: Al-A’raaf:180)
12. tawassul dengan amal sholeh yang pernah dilakukan.
13. memperlihatkan permohonan yang sangat dan mengiba dengan menyebut kebesaran Allah SWT sesering mungkin, yang sangat diharapkan dengan melakukan hal tersebut, terkabulnya do’a yang dipanjatkan.
14. mengucapkan “amin” setelah selesai berdo’a sebagai penutup.
15. selalu mengharap dan meminta. Tidak boleh putus asa dalam mengharap terkabulnya permintaan tersebut. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, "Aku akan mengikuti persangkaan mengikuti persangkaan hambaKu kepadaKu. Dan Aku selalu menyertainya apabila ia berdoa kepadaKu." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, "Aku mengikuti sangkaan hambaKu kepadaKu. Dan Aku selalu menyertainya sepanjang ia ingat kepadaKu." (H.R. Bukhari dan Muslim)


Tidak ada komentar: