Apa Doa
yang Paling Utama
Do’a yang paling utama untuk dipergunakan adalah
do’a-do’a yang pernah dipanjatkan oleh Rasulullah SAW, dalam riwayat yang
shahih sanadnya. Karena terdapat beberapa kesalahan dalam do’a-do’a yang
menjadi pilihan sebagian orang (bukan ma’tsur/bersumber dari petunjuk
Rasulullah) dikarenakan adanya perbedaan pengetahuan, disamping perbedaan paham
dalam akidah dan keyakinan.
Imam Tabary menjelaskan alasannya mengarang “kitab
addu’aa”: “Buku ini saya susun dengan mengumpulkan do’a-do’a Rasulullah SAW,
dan yang memotifasi saya adalah tatkala saya lihat banyak masyarakat yang
berdo’a dengan do’a-do’a yang menyerupai sajak-sajak, serta do’a-do’a yang
dikarang-karang oleh sebagian pengarang, do’a-do’a yang tidak diriwayatkan dari
Rasulullah SAW, ataupun dari para shahabat, tabi’in, padahal Rasulullah SAW
sangat melarang hal tersebut. Karena itulah aku susun buku ini dengan sanad
yang ma’tsur dari Rasulullah SAW…”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,
dalam kitab “Al-qaidah al-jalilah” (1/336-majmu’ fatawa), mengatakan:
“semestinya setiap makhluk berdo’a kepada Allah SWT dengan do’a-do’a yang masyru’ah
(yang disyari’atkan) yang terdapat dalam Al-qur’an dan AS-Sunnah, karena
do’a-do’a tersebut tidak diragukan lagi fadhilah dan keutamaannya, ia merupakan
jalan yang lurus, jalan yang diberkahi Allah SWT untuk para Nabi, orang-orang
yang jujur, para syuhada dan orang-orang shaleh, mereka itulah sebaik-baik
pendamping.
Hal-hal
yang Dimakruhkan Dalam Berdoa
1. Bersuara
dengan keras.
Kami berangkat bersama Rasulullah SAW maka tatkala kami telah dekat ke Madinah bertakbirlah Nabi dan bertakbirlah manusia serta mereka mengeraskan suara mereka. Maka berkata Rasulullah SAW, "Hai manusia, sesungguhnya Dzat yang kamu seru itu, tidak tuli dan tidak jauh, sesungguhnya Tuhan yang kamu seru itu ada diantara kamu dan diantara kendaraan kamu." (Muttafaq ‘Alaihi).
2. Berisyarat dengan dengan dua jari, tetapi yang benar adalah menggunakan isyarat dengan telunjuk tangan kanan saja.
3. Melampaui batas
dalam berdo’a, seperti meminta sesuatu yang haram atau perbuatan dosa kepada
Allah, akan tetapi banyak berdo’a tidak termasuk I’tida’ (melampaui batas)
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَيُحِبّ`1;ُ الْمُعْتَدِينَ
Sesungguhnya Allah
itu tidak suka kepada orang yang melampaui batas.(QS Al-A’raf, 7:55)
4. Meminta sesuatu
hal yang mustahil, seperti meminta kehidupan yang kekal di dunia.
5. Berdo’a dengan
maksiat.
6. Menggunakan
do’a-do’a yang bid’ah, yang dibuat-buat dan munkar.
7. Terlalu
memaksakan diri mencari dan mengarang kalimat-kalimat yang indah sehingga
menghilangkan rasa khusu’ yang sebenarnya sangat disyaratkan dalam berdo’a.
8. Membuat
pengecualian dalam do’a tersebut, seperti mengatakan “ Ya Allah ampunilah aku,
bila Engkau mau”, karena hal tersebut menunjukkan bahwa yang meminta tidak
butuh kepada pemberian Allah SWT.
9. Tawassul dengan
hal-hal yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW (bid’ah), seperti
bertawassul dengan kehormatan Nabi SAW, atau dengan pribadi Rasulullah SAW, atau
dengan yang lainnya baik nabi, malaikat, atau orang-orang shaleh.
Adab
Berdoa dan Hal-hal yang Disunnahkan dalam Berdoa
1.
Bersuci.
2.
Menghadap kiblat.
Ia
(nabi) mendatangi tempat wuquf di ‘Arafah, dan ia menghadap kiblat dan terus
menerus berdoa sehingga tenggelam matahari.(H.R. Muslim)
3. Berdo’a pada
waktu-waktu atau keadaan-keadaan yang mulia, seperti waktu sujud, puasa, sedang
bepergian (safar), menghadapi musuh, pertengahan malam, antara azan dan iqamah,
hari jum’at dll.
Rasulullah bersabda:"Pada tiap malam, Rabb kita turun ke langit dunia ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Maka Allah berfirman: Barangsiapa yang berdoa kepadaKu, pasti akan Kukabulkan, dan siapa yang memohon kepadaKu, pasti akan Kuberi, dan siapa yang mohon ampun kepadaKu pasti akan Kuampuni."(H.R. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan yang lainnya)
"Jarak yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya ialah ketika sujud. Maka perbanyaklah doa (di waktu itu)."(H.R. Muslim)
"Tidak seorang
pun menaruh keningnya bersujud kepada Allah dan ia berkata: Tuhanku, ampunilah
dosaku – tiga kali --, kecuali pada saat ia mengangkat kepalanya telah diampuni
dosanya." (H.R. Ibnu Abi Syaibah)
4. mengangkat kedua
belah tangan dengan kedua telapak tangan terbuka.
5. memperlihatkan kepapaan
dan kemiskinan.
6. merendahkan diri
dan khusu’.
7. memilih
kata-kata yang paling baik, baik lafaz, makna serta untaian baitnya.
8. berusaha sedapat
mungkin untuk mengucapkannya dengan benar dan menghindari kesalahan ucapan.
9. memulai do’a
dengan memuji dan mengagungkan Allah serta shalawat kepada Rasulullah SAW.
Nabi SAW lewat di
depan seorang yang bernama Abu ‘Iyasy Zaid bin Shamit az-Zuraqiy yang sedang
shalat. Ia berdoa : "Ya Allah, aku mohon kepadaMu karena sesungguhnya
bagiMu puja dan puji, tiada Tuhan selainMu, wahai Yang Maha Pemberi, yang
menjadi harapan, Yang Mencipta langit dan bumi, Yang Maha Luhur dan Maha
Mulia". Kemudian Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya engkau telah
memohon kepada Allah dengan mempergunakan nama-namaNya Yang Agung, yang
bilamana dimohonkan dengan nama-namaNya itu akan dikabulkan dan jika dimintai
dengannya juga akan diberi." (H.R. Ahmad,
Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i, dan lain-lainnya)
10. mendahulukan
taubat dan istigfar, pengakuan terhadap dosa-dosa dan kemaksiatan disertai
dengan keikhlasan dalam berdo’a.
11. Tawassul dengan
Al-Asma’ Al-Husna (nama nama Allah yang baik) dan sifat-sifat Allah yang agung
dan mulia, sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya:
"Hanya milik
Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna
itu" (QS: Al-A’raaf:180)
12. tawassul dengan
amal sholeh yang pernah dilakukan.
13. memperlihatkan
permohonan yang sangat dan mengiba dengan menyebut kebesaran Allah SWT sesering
mungkin, yang sangat diharapkan dengan melakukan hal tersebut, terkabulnya do’a
yang dipanjatkan.
14. mengucapkan
“amin” setelah selesai berdo’a sebagai penutup.
15. selalu
mengharap dan meminta. Tidak boleh putus asa dalam mengharap terkabulnya
permintaan tersebut. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, "Aku
akan mengikuti persangkaan mengikuti persangkaan hambaKu kepadaKu. Dan Aku
selalu menyertainya apabila ia berdoa kepadaKu." (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Allah ‘Azza wa
Jalla berfirman, "Aku mengikuti sangkaan hambaKu kepadaKu. Dan Aku
selalu menyertainya sepanjang ia ingat kepadaKu." (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar