MENDAMPINGI
ANAK BERPUASA
Oleh : Fx. wikan indrarto*)
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang harus
dipenuhi oleh setiap umat muslim yang sudah akil baliq. Sebelum usia akil
baliq, orangtua sebaiknya mulai mencoba mengajari dan mendampingi anak untuk
berpuasa, sesuai dengan usia anak. Begitu juga untuk anak sakit kronis stabil,
yang tetap harus minum obat secara teratur. Apa yang sebaiknya dilakukan?
Menurut Dr. Titis Prawitasari dari Ikatan Dokter Anak
Indonesia, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa puasa dapat digunakan
sebagai salah satu cara untuk memelihara tubuh agar selalu dalam kondisi fit.
Pada waktu berpuasa, metabolisme tubuh cenderung melambat, tetapi menjadi lebih
efisien, insulin yang berguna untuk memasukkan gula yang dihasilkan dari
makanan yang kita konsumsi pun menjadi lebih sensitif. Puasa juga terbukti
dapat menurunkan tingkat stress oksidatif dan inflamasi yang akan mencederai
sel dalam tubuh sehingga secara tidak langsung turut mencegah terjadinya
kanker, meningkatkan kerja sistem imun, serta mencegah terjadinya penuaan dini.
Selain itu, puasa sangat baik digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi
anak-anak dalam mengendalikan diri dan disiplin.
Menu makanan yang tepat untuk sahur dan berbuka
puasa sangat banyak sekali pilihan, bahkan sangat menggiurkan untuk dicoba.
Pada umumnya menu berbuka puasa tersebut berupa makanan atau minumam yang
manis. Hal itu sebetulnya sejalan dengan tubuh yang memerlukan peningkatan
kadar gula darah dengan cepat, dalam waktu singkat setelah berpuasa. Jangan
lupa pula perbanyak minum karena selama berpuasa tubuh sedikit mengalami
dehidrasi. Hal ini ditandai dengan semakin sedikit kita buang air kecil di
waktu siang hari.
Pada waktu sahur dan berbuka, sangat penting untuk
menyediakan makanan menu seimbang yang mengandung nutrisi lengkap, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pada waktu berbuka puasa,
kita memerlukan makanan dengan indeks glikemik tinggi yang dapat meningkatkan
kadar gula dengan cepat dalam waktu singkat, contohnya manisan buah, buah dalam
kaleng, semangka, donat, kentang, nasi dan roti. Sebaliknya makanan dengan
indeks glikemik rendah, yang dapat mempertahankan kadar gula darah lebih lama,
dianjurkan dikonsumsi saat sahur. Contohnya makanan dengan indeks glikemik
sedang hingga rendah adalah beras merah, ubi, kacang hijau, oatmeal, roti
gandum, apel, jeruk, dan pisang. Selain itu, perlu diperhitungkan pula
kemampuan mempertahankan rasa kenyang (fullness) yang biasa didapat dari
protein (lauk-pauk baik hewani maupun nabati), lemak dan serat. Kombinasi
antara ketiganya dengan makanan lain dapat menurunkan nilai indeks glikemiknya,
tetapi meningkatkan rasa kenyang.
Pada anak, terutama yang lebih kecil, sering kali
terdapat kecenderungan sulit untuk bangun pagi saat sahur, tetapi hal ini
umumnya hanya terjadi pada masa awal bulan puasa. Kesulitan ini
berangsur-angsur menghilang seiring terbiasanya anak dengan jadwal yang ada.
Untuk itu, dapat dicoba untuk mulai dengan puasa tidak penuh (6-8 jam) dahulu
dan perlahan ditingkatkan menjadi berpuasa hingga azan Maghrib tiba. Jenis makanan
padat saat sahur dan berbuka, sebenarnya tidak perlu berbeda dengan makanan
sehari-hari. Namun demikian, seharusnya tetap memperhatikan pilihan menu agar
terpenuhi kebutuhan nutrisinya secara seimbang.
Pada anak dalam terapi rumatan penyakit kronis stabil,
misalnya TBC, epilepsi, asma, alergi, sindrome nefrotik, thalassemia, leukemia
remisi dan lain sebagainya, obat rutin tetap harus diminum sesuai aturan,
selama anak berpuasa. Untuk penggunaan obat dosis sekali sehari, obat dapat
diminumkan sebelum makan sahur. Sebaliknya, untuk dosis 2 kali sehari, memang
memerlukan pengaturan waktu yang disesuaikan dengan jadwal berbuka puasa. Untuk
pengaturan minum obat, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter yang menangani
anak, agar dicarikan jalan keluar terbaik.
Para orang tua diharapkan tidak lupa untuk selalu
memberi anak, variasi makanan dalam hal bentuk, rasa, dan bahan dasarnya.
Dengan demikian anak tetap berselera untuk makan sahur dan berbuka puasa, juga
menjalani puasa dengan semakin penuh. Sudahkah kita bertindak bijak?
Yogyakarta,4Juni2016
*) dokter spesialis anak, Alumnus S3 UGM
*) dokter spesialis anak, Alumnus S3 UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar