InspirasI

Kamis, 09 Juni 2016


SURAT UNTUK ADIKKU

Untuk adiku
Fulan  yang  sholeh,

 Alhamdulillah masih diberi nikmat sehat dan umur oleh Allah untuk beribdah di bulan Ramadhan ini, Adikku Ramadhan adalah bulan dimana limpahan Rahmat, ampunan dan berkah ada di dalamnya, rugi jika kita menyiayiakanya karena belum tentu kita akan menjalankanya di tahun depan, manfaatkanlah bulan penuh berkah ini untuk mencari sebanyak – banyak bekal rahmat dan ampunanya untuk  perjalanan kita 11 bulan mendatang dan mungkin jika dipangil sewaktu-waktu oleh Allah.

Adikku, Ramadhan ini merupakan saat yang tepat untuk kita merenung apa saja yang sudah kita lakukan sampai hari ini. Adikku kita semua tahu bahwa semua yang hidup pada akhirnya pasti  mati, kian hari bukan menjahui kematian tetapi kian hari kian mendekat, entah siap yang terlebih duluh akan menemani mas Arif. Alhamdulillah, sekarang kita sudah sama-sama dewasa, sudah saatnya kita menengerti dan paham akan semua yang kita perbuat, sudah bukan lagi, apa yang kita lakukan menjadi tanggung jawab orang tua tetapi kita harus ingat dosa apa yang kita lakukan masih menjadi tanggung jawab orang tua kita

Adiku mari sejenak kita merenungi orang yang paling berjasa pada kehidupan kita sehingga kita bisa sampai seperti sekarang ini, mereka adalah Ibu Bapak kita,
Kita tahu kematian semakin dekat pada siapapun
Kalau kita masih ingat dulu kita berada di rahim Ibu 9 bulan 10 hari.
Mual, muntah, berdiri susah berbaring sulit itu yang dirasakan Ibu saat itu.
Bapak kita  membanting tulan memeras keringat
Orang tua kita menyangka akan lahir anak yang sholeh.
Sehingga mereka ridho merasakan pahit getir

Marilah kita kenang Ibu Bapak kita yang makin tua
Ketika  kita akan terlahir ke dunia ini
Ibu sakit tiada terperikan
Bagai sudut antara hidup dan mati
Lahir kita ke dunia ini dengan bersimpah arah
Ibu berjuang mati-matian melawan rasa sakit yang tidak tertahan kan lagi
Lahirlah kita dengan bersimpah darah dan tangis bahagia kedua orang tua kita
Bapak memeras keringat lebih keras lagi, supaya kita bisa menjadi bayi yang sehat.
Sepanjang malam ibu terbangun mendengar tangisan kita karena
Terkadang ibu tidak tidur ketika kita demam menjadikan ia gelisa tiada terperikan.

Kian lama kita bertambah besar semakin besar pula beban yang mereka tanggung
Biaya pendidikan semakin besar belum lagi kebutuhan kita sendiri
Terkadang Ibu berhutang kesana- kemari
Makan dikurangi
Agar kita punya sepatu yang wajar
Agar kita bisa sekolah

Tetapi apa yang telah kita lakukan
Kita sering sinis melihat mereka
Terkadang kata – kata kita bagai pisau menyayat hati mereka
Kita menggangap mereka sebagai orang kampung yang kampungan
Tak jarang kita merasa malu berjalan berduaan dengan mereka

Padahal malaikat maut kian dekat dengan Ibu Bapak Kita
Kerut diwajahnya semakin banyak
Siapa tahu sembentar lagi akan berpisah dengan kita
Andai lusa malaikat maut menjemputnya
Mungkin akan bebas penderitaannya dari kezholiman kita
Yang hampir tiap hari kita menyakitinya

Andai malaikat maut menjemputnya
Kenanglah ……
Ketika Ibu Bapak kita berbaring menjadi mayat
Tidak ada lagi suaranya, tidak ada lagi sapaanya, tidak ada lagi kemarahanya
Mungkin Ibu kita tidak terluka lagi hatinya
Kenanglah …….
Ketika Ibu Bapak kita dibungkus kain kafan, ketika ditutup wajahnya
Itulah saat terakhir kita melihat wajahnya
Kenanglah …….
Saat diusung dari rumah kita kepekuburan
Pelan dimasukan kedalam liang lahat
Ketika tanah sedang menimbunya
Maka saat itulah kita terakhir melihat jasatnya
Hanya batu nisan yang bisa kita tatap
Kenanglah ………
Saat kita pulang kerumah
Kamarnya sudah kosong
Daster yang tergantung tidak ada lagi yang memakai
Tidak ada lagi canda, tidak ada lagi kemarahanya
Tidak ada lagi yang menunggui kita makan

Wahai adikku kita pasti menyesal pernah jadi durhaka
Andai Ibu Bapak kita telah tiada kita pasti menyesal
Mengapa selagi masih ada kita sia-siakan dengan menzholiminya

Muda – mudahan orang tua kita mempunyai bekal pulang ke aherat nanti
Yang kasihan adalah orang tua yang tidak mempunyai bekal
Ketika tersiksa dalam kubur melolong-lolong
Pasti menanti doa anaknya
Padahal Allah menjanjikan doa anak yang sholeh bisa melapangkan kubur
Jika seorang anak sehabis sujut bermunajat
Jika seorang anak yang sholeh berdoa bagaikan cahaya berbalut sutra lapang kuburnya

Alangkah malangnya orang tua yang mempunyai anak durhaka
Yang di dunia selalu mengiris hati, meremukan perasaan,  mencorng aib
Dikubur orang tua teraniaya
Setiap kedurhakaan anak menjadi beban kubur Ibu Bapaknya
Ketahuilah adiku anak durhaka siksanya didahulukan di dunia ini

Wahai adiku kita tidak tahu kapan akan berpisah dengan Ibu Bapak Kita
Wahai adiku andai kata tubuh kita diiris tidak akan bisa mengobati pengorbanan Ibu Bapak kita
Andai kata seluruh harta kita bayarkan tidak terbalas pengorbananya
Mereka mempertaruhkan nyawanya untuk kita
Bahkan ada orang tua yang dekat dengan pintu neraka karena berjuang menghidupi anaknya

Berjanjilah pada diri sendiri setelah Ramadhan ini
Tidak ada lagi kedurhakaan tidak ada lahgi prilaku durhaka
Tidak ada lagi anak durhaka
Jadikanlah wajah yang kita hadapkan wajah yang cerah
Senyum yang tulus selagi bisa menatap wajahnya
Sapalah dengan sapaan yang hormat dan lembut, selagi masih bisa disapa
Bersikaplah penuh hormat dan kasih saying, tidak akan pernah rugi memuliakan orang tua
Jangan sakiti hatinya sudah terlalu lama kita menyakiti, sudah terlalu banyak luka-lukanya
Jangan mencoreng aib diwajahnya,
Jangan permalukan orang tua kita
Jangan jerumuskan Ibu Bapak kita dalam kehinaan
Sekali berbuat nista seperti melempar kotoran kemuka Ibu Bapak.


Tidak ada komentar: