SURAT UNTUK ADIKKU
Untuk adiku
Fulan
yang sholeh,
Alhamdulillah masih diberi nikmat sehat
dan umur oleh Allah untuk beribdah di bulan Ramadhan ini, Adikku Ramadhan
adalah bulan dimana limpahan Rahmat, ampunan dan berkah ada di dalamnya, rugi
jika kita menyiayiakanya karena belum tentu kita akan menjalankanya di tahun
depan, manfaatkanlah bulan penuh berkah ini untuk mencari sebanyak – banyak
bekal rahmat dan ampunanya untuk
perjalanan kita 11 bulan mendatang dan mungkin jika dipangil
sewaktu-waktu oleh Allah.
Adikku, Ramadhan ini merupakan saat yang tepat untuk
kita merenung apa saja yang sudah kita lakukan sampai hari ini. Adikku kita
semua tahu bahwa semua yang hidup pada akhirnya pasti mati, kian hari bukan menjahui kematian tetapi
kian hari kian mendekat, entah siap yang terlebih duluh akan menemani mas Arif.
Alhamdulillah, sekarang kita sudah sama-sama dewasa, sudah saatnya kita
menengerti dan paham akan semua yang kita perbuat, sudah bukan lagi, apa yang
kita lakukan menjadi tanggung jawab orang tua tetapi kita harus ingat dosa apa
yang kita lakukan masih menjadi tanggung jawab orang tua kita
Adiku mari sejenak kita merenungi orang yang paling
berjasa pada kehidupan kita sehingga kita bisa sampai seperti sekarang ini,
mereka adalah Ibu Bapak kita,
Kita tahu kematian semakin dekat pada siapapun
Kalau kita masih ingat dulu kita berada di rahim Ibu 9
bulan 10 hari.
Mual, muntah, berdiri susah berbaring sulit itu yang
dirasakan Ibu saat itu.
Bapak kita
membanting tulan memeras keringat
Orang tua kita menyangka akan lahir anak yang sholeh.
Sehingga mereka ridho merasakan pahit getir
Marilah kita kenang Ibu Bapak kita yang makin tua
Ketika kita
akan terlahir ke dunia ini
Ibu sakit tiada terperikan
Bagai sudut antara hidup dan mati
Lahir kita ke dunia ini dengan bersimpah arah
Ibu berjuang mati-matian melawan rasa sakit yang tidak
tertahan kan lagi
Lahirlah kita dengan bersimpah darah dan tangis
bahagia kedua orang tua kita
Bapak memeras keringat lebih keras lagi, supaya kita
bisa menjadi bayi yang sehat.
Sepanjang malam ibu terbangun mendengar tangisan kita
karena
Terkadang ibu tidak tidur ketika kita demam menjadikan
ia gelisa tiada terperikan.
Kian lama kita bertambah besar semakin besar pula
beban yang mereka tanggung
Biaya pendidikan semakin besar belum lagi kebutuhan
kita sendiri
Terkadang Ibu berhutang kesana- kemari
Makan dikurangi
Agar kita punya sepatu yang wajar
Agar kita bisa sekolah
Tetapi apa yang telah kita lakukan
Kita sering sinis melihat mereka
Terkadang kata – kata kita bagai pisau menyayat hati
mereka
Kita menggangap mereka sebagai orang kampung yang
kampungan
Tak jarang kita merasa malu berjalan berduaan dengan
mereka
Padahal malaikat maut kian dekat dengan Ibu Bapak Kita
Kerut diwajahnya semakin banyak
Siapa tahu sembentar lagi akan berpisah dengan kita
Andai lusa malaikat maut menjemputnya
Mungkin akan bebas penderitaannya dari kezholiman kita
Yang hampir tiap hari kita menyakitinya
Andai malaikat maut menjemputnya
Kenanglah ……
Ketika Ibu Bapak kita berbaring menjadi mayat
Tidak ada lagi suaranya, tidak ada lagi sapaanya,
tidak ada lagi kemarahanya
Mungkin Ibu kita tidak terluka lagi hatinya
Kenanglah …….
Ketika Ibu Bapak kita dibungkus kain kafan, ketika
ditutup wajahnya
Itulah saat terakhir kita melihat wajahnya
Kenanglah …….
Saat diusung dari rumah kita kepekuburan
Pelan dimasukan kedalam liang lahat
Ketika tanah sedang menimbunya
Maka saat itulah kita terakhir melihat jasatnya
Hanya batu nisan yang bisa kita tatap
Kenanglah ………
Saat kita pulang kerumah
Kamarnya sudah kosong
Daster yang tergantung tidak ada lagi yang memakai
Tidak ada lagi canda, tidak ada lagi kemarahanya
Tidak ada lagi yang menunggui kita makan
Wahai adikku kita pasti menyesal pernah jadi durhaka
Andai Ibu Bapak kita telah tiada kita pasti menyesal
Mengapa selagi masih ada kita sia-siakan dengan
menzholiminya
Muda – mudahan orang tua kita mempunyai bekal pulang
ke aherat nanti
Yang kasihan adalah orang tua yang tidak mempunyai
bekal
Ketika tersiksa dalam kubur melolong-lolong
Pasti menanti doa anaknya
Padahal Allah menjanjikan doa anak yang sholeh bisa
melapangkan kubur
Jika seorang anak sehabis sujut bermunajat
Jika seorang anak yang sholeh berdoa bagaikan cahaya
berbalut sutra lapang kuburnya
Alangkah malangnya orang tua yang mempunyai anak
durhaka
Yang di dunia selalu mengiris hati, meremukan
perasaan, mencorng aib
Dikubur orang tua teraniaya
Setiap kedurhakaan anak menjadi beban kubur Ibu
Bapaknya
Ketahuilah adiku anak durhaka siksanya didahulukan di
dunia ini
Wahai adiku kita tidak tahu kapan akan berpisah dengan
Ibu Bapak Kita
Wahai adiku andai kata tubuh kita diiris tidak akan
bisa mengobati pengorbanan Ibu Bapak kita
Andai kata seluruh harta kita bayarkan tidak terbalas
pengorbananya
Mereka mempertaruhkan nyawanya untuk kita
Bahkan ada orang tua yang dekat dengan pintu neraka
karena berjuang menghidupi anaknya
Berjanjilah pada diri sendiri setelah Ramadhan ini
Tidak ada lagi kedurhakaan tidak ada lahgi prilaku
durhaka
Tidak ada lagi anak durhaka
Jadikanlah wajah yang kita hadapkan wajah yang cerah
Senyum yang tulus selagi bisa menatap wajahnya
Sapalah dengan sapaan yang hormat dan lembut, selagi
masih bisa disapa
Bersikaplah penuh hormat dan kasih saying, tidak akan
pernah rugi memuliakan orang tua
Jangan sakiti hatinya sudah terlalu lama kita
menyakiti, sudah terlalu banyak luka-lukanya
Jangan mencoreng aib diwajahnya,
Jangan permalukan orang tua kita
Jangan jerumuskan Ibu Bapak kita dalam kehinaan
Sekali berbuat nista seperti melempar kotoran kemuka
Ibu Bapak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar