InspirasI

Sabtu, 31 Desember 2016

Renungan menjelang akhir tahun 2016
Nasihat sangat Indah,  
KH. Musthofa Bisri



1.Kebenaran kita berkemungkinan salah, kesalahan orang lain berkemungkinan benar. Hanya kebenaran Tuhan yang benar-benar benar.
2. Kalau Anda boleh meyakini pendapat Anda, mengapa orang lain tidak boleh.
3. Jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Banyak bisa didapat dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan banyak dan berkah.
4. Tidak ada alasan untuk tak bersedekah kepada sesama. Karena sedekah tidak harus berupa harta. Bisa berupa ilmu, tenaga, bahkan senyum.
5. Apa yang kita makan, habis. Apa yang kita simpan, belum tentu kita nikmati. Apa yang kita infakkan justru menjadi rizki yang paling kita perlukan kelak.
6. Abadikan kebaikanmu dengan melupakannya.
7. Tawakkal mengiringi upaya. Doa menyertai usaha.
8. “Berkata baik atau diam” adalah pesan Nabi yang sederhana tapi sungguh penting dan berguna untuk diamalkan dan disosialisasikan.
9. Janganlah setan terang-terangan engkau laknati dan diam-diam engkau ikuti.
10.Mau mencari aib orang? Mulailah dari dirimu !
11. Hati yang bersih dan pikiran yang jernih adalah suatu anugerah yang sungguh istimewa. Berbahagialah mereka yang mendapatkannya.
12.Meski sudah tahu bahwa memakai kaca mata hitam pekat membuat dunia terlihat gelap, tetap saja banyak yang tak mau melepaskannya.
13. Awalilah usahamu dengan menyebut nama Tuhanmu dan sempurnakanlah dengan berdoa kepadaNya.
14.Ada pertanyaan yang ‘tidak bertanya’; maka ada jawaban yang ‘tidak menjawab’. Begitu.
15. Sambutlah pagi dengan menyalami mentari, menyapa burung-burung, menyenyumi bunga-bunga, atau mendoakan kekasih. 
Jangan awali harimu dengan melaknati langit.
16.  Wajah terindahmu ialah saat engkau tersenyum. Dan senyum terindahmu ialah yang terpantul dari hatimu yang damai dan tulus...
             

Jumat, 30 Desember 2016

JALAN  SEHAT HAB KEMENAG KAB WONOGIRI



MULUT


Mulut,
Mulut diberi  berbicara,
Bicara pada perkataan yang mulia,
Jangan membuat orang lain kesakitan,
Akibat daripada mulut yang berbisa,
Mulut,
Mulut diberi untuk berbicara,
Bicara kepada kebaikkan,
Jangan ada yang terasa,
Hingga terjadinya sengketa,
Mulut,
Mulut diberi untuk berbicara,
Bicara memuji Allah yang Esa,
Bukan mengumpat mengata nista,
Hingga mengaibkan maruah saudara,
Mulut,
Mulut diberi untuk berbicara,
Bicara untuk memberi semangat,
Kepada mereka yang sedang berduka,
Berikan doa dan berita gembira,
Mulut,
Mulut diberi untuk berbicara,
Bicara tentang kemuliaan,
Rasulullah dan perjalanan sirahnya,
Jangan sampai memudaratkan,
Terlajak perahu boleh diundur ,
Terlajak kata-kata ,
Allahu Akbar,
Pasti ada yang terluka....
Berbicara satu doa,
Sebut perkara yang baik-baik,
Semoga selamat lidah kita dari bakaran api neraka....

Kamis, 29 Desember 2016

6 SIFAT LEBAH
YANG BAIK KITA CONTOH



1.Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
      Lebah hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lain yang mengandung bahan madu atau nektar.
Begitulah pula sifat seorang mukmin, haruslah mencari dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di muka bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan (QS al-Baqarah [2]:168). Karena itu, jika mendapatkan amanah, dia akan menjaga dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi merupakan khabaits (kebusukan).

2.Mengeluarkan yang bersih.
      Dari lebah yang dikeluarkan adalah madu yang menyehatkan bagi manusia. Dia produktif dengan kebaikan dibandingkan binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikkan.
Seorang mukmin seyogianya produktif dengan kebajikan (QS al-Hajj [22]:77). Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya bukan menyengsarakan orang lain, melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaatan manusia.

3.Tidak pernah merusak.
        Lebah biar bagaimanapun menambatkan diri di dahan. Dahan itu tidak rusak dan patah. Artinya, tidak merusak lingkungan hidupnya, padahal dia tidak punya akal.
         Manusia yang katanya punya akal justru berlomba-lomba merusak lingkungan hidupnya sendiri demi keserakahan diri sendiri dan keturunannya. Egoistis tidak memikirkan orang lain menderita nantinya atau tidak.

4.Bekerja keras.
        Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat "menetas"), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal.
Seorang mukmin lebih dituntut bekerja keras dan semangat pantang kendur. Jika telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain (QS as-Syarh [94]:7).

5.Bekerja secara kolektif dan tunduk pada satu pimpinan.
       Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengundang teman-temannya agar membantu dirinya.
       Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman yang diibaratkan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS ash-Shaff [61]:4)

6.Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu.
       Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan "kehormatan" umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang.
        Sikap seorang mukmin harus memiliki solidaritas dan kepedulian empati terhadap sesamanya, dalam kondisi dan keadaan apa pun bagai satu bangunan yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya.

BANYAKLAH  BERDZIKIR



       Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling di jalan-jalan guna mencari hamba ahli berzikir. Jika mereka mendapati kaum yang selalu berzikir kepada Allah SWT, mereka menyerunya, "Serukanlah kebutuhan kalian."

       Kemudian mereka membawanya dengan sayap-sayapnya ke atas langit bumi. Lalu mereka ditanya oleh Rabb-nya (Dia Maha Mengetahui), "Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka menyucikan dan mengagungkan Engkau, memuji dan memuliakan Engkau."

Allah berfirman, "Apakah mereka melihat-Ku?"

Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu."

Allah berfirman, "Bagaimana kalau mereka melihat Aku?"

Para malaikat berkata, "Kalau mereka melihat-Mu, tentunya ibadah mereka akan bertambah, tambah menyucikan dan memuliakan Engkau."

Allah SWT berfirman, "Apa yang mereka minta?"

Para malaikat berkata, "Mereka memohon surga kepada-Mu."

Allah berfirman, "Apakah mereka pernah melihatnya?"

Para malaikat berkata, "Tidak, demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya."

Allah SWT berfirman, "Bagaimana kalau mereka melihatnya?"

Para malaikat berkata, "Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berhasrat serta tamak dalam memohon dan memintanya."

Allah SWT berfirman,  Apa mereka memohon perlindungan?"

Para malaikat berkata, "Mereka memohon perlindungan dari neraka-Mu."

Allah SWT berfirman, "Apakah mereka pernah melihatnya?"

Para malaikat berkata, "Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berlari menjauhinya dan semakin takut."

Allah SWT berfirman, "Kalian Aku jadikan saksi bahwa Aku telah mengampuni mereka."

    Salah seorang dari malaikat itu berkata, "Di dalam kelompok mereka terdapat si Fulan yang bukan bagian dari mereka. Ia datang ke sana hanya untuk suatu keperluan." Allah SWT berfirman, "Anggota majelis itu tidak menyengsarakan orang yang duduk bergabung dalam majelis mereka."





BELAJAR BERSYUKUR


  Seorang Ibu terlihat gusar, setelah melihat tumpukan piring kotor di dapurnya. Semua itu bekas makan siang beberapa orang tamu yang baru saja berkunjung. Bukan karena banyaknya cucian piring, tetapi masih terlihatnya potongan-potongan daging bersisa, belum lagi sisa nasi yang masih menumpuk di piringnya. Ah… padahal untuk menyediakan lauk pauk itu tentu si ibu mesti mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Semua itu demi menjamu tamunya.
         Kalau saja para tamu itu hanya memakan daging dan mengambil nasi secukupnya saja, tentu tidak akan ada makanan bersisa di piring kotor. Dan anak-anaknya bisa ikut menikmati sebagian daging utuh lainnya. Melihat sisa potongan daging itu, si Ibu bingung, mau di buang ... sayang... mau di olah lagi… sudah kotor bercampur sisa makanan lain…. tapi Alhamdulillah tetangga sebelah punya kucing… mungkin ini rezeki si kucing.
           “Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl:18).
          Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita. Nikmat iman, nikmat sehat, nikmat penghidupan (harta, ilmu, anak, waktu luang, ketentraman, dan lain-lain) serta nikmat-nikmat lain yang tak terkira. Namun dengan sekian banyak nikmat yang Allah berikan seringkali kita lupa dan menjadikan kita makhluk yang sedikit sekali bersyukur, bahkan tidak bersyukur, Na'udzubillahi min dzalik…
        Seringkali kita baru menyadari suatu nikmat bila nikmat itu di ambil atau hilang dari siklus hidup kita. Ketika sakit, baru kita ingat semasa sehat, bila kita kekurangan baru kita ingat masa-masa hidup cukup.

        Syukur diartikan dengan memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah diberikan kepada kita, berupa perbuatan ma’ruf dalam pengertian tunduk dan berserah diri pada-Nya.
       Cobalah kita memikirkan setiap langkah yang kita lakukan. Bila makan tak berlebihan dan bersisa. Bayangkan, di tempat lain begitu banyak orang yang kesulitan dan bekerja keras demi untuk mencari sesuap nasi. Bahkan banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung, mencari makan dari tong-tong sampah. Lantas sedemikian teganyakah kita menyia-nyiakan rezeki makanan yang didapat dengan berbuat mubazir.
        Ketika punya waktu luang malah dipergunakan untuk beraktivitas yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merugikan orang lain. Kala tubuh sehat, malah lebih banyak dipakai dengan melangkahkan kaki ke tempat tak berguna. Tidak terbayangkah bila nikmat itu hilang dengan datangnya penyakit atau musibah lainnya. Ah... alangkah ruginya… karena semuanya menjadi percuma disebabkan tidak bersyukurnya kita atas nikmat. Bahkan karena sikap-sikap tadi yang didapat hanyalah dosa dan murka-Nya. Na'udzubillah….
        Kita harus berusaha mengaktualisasikan rasa syukur kita dari hal-hal yang sederhana. Setiap aktifitas sekecil apapun usahakan untuk selalu sesuai aturan-Nya, selaku pencipta kita. Kerusakan yang sekarang timbul di sekeliling kita tidak lain karena sikap kufur nikmat sebagian dari kita. Bayangkan, negara yang kaya akan sumber daya alam, tetapi sebagian besar rakyatnya miskin.
       Untuk itu, tidak ada salahya bila kita mulai dari diri dan keluarga, belajar bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Agar nikmat itu jangan sampai menjadi naqmah (balasan siksa), karena kufur akan nikmat-Nya. Mulailah untuk sering melihat kondisi orang-orang yang berada di bawah kita. Jika sudah, tentulah kita akan lebih banyak mengatakan      “Alhamdulillah”. Seperti dalam hadits Rasulullah Saw, ”Perhatikanlah orang yang berada di bawah tingkatanmu (dalam urusan duniawi), dan jangalah kamu memandang kepada orang yang berada di atasmu. Itu lebih layak bagimu supaya kamu tidak menghina pemberian Allah kepadamu.” (HR.Muslim).
       “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kehilangan nikmat (yang telah Engkau berikan), dari siksa-Mu yang mendadak, dari menurunkannya kesehatan (yang engkau anugrahkan) dan dari setiap kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim dari Ibnu Umar).


Empat Macam Manusia 



Jenis manusia dan pengetahuan akan dirinya sendiri.
1.   Seseorang yang tahu dan mengetahui bahwa dia tahu. Itulah orang alim, maka ikutilah dia.
2.   Seseorang yang tahu dan tidak mengetahui bahwa dia tahu. Itulah orang yang sedang tidur, maka bangunkanlah dia.
3.   Seseorang yang tidak tahu dan mengetahui bahwa dia tidak tahu. Itulah orang yang membutuhkan petunjuk, maka ajarilah dia.
4.   Seseorang yang tidak tahu dan tidak mengetahui bahwa dia tidak tahu. Itu1ah orang jahil, maka jauhilah dia.


KEUTAMAAN MEMBACA AL QUR’AN



Keutamaan Al Qur’an yang terbesar bahwa ia merupakan kalam Allah SWT. Al Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Al Qur’an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya. Rasulullah SAW bersabda:”Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori).
Rasulullah SAW selalu membaca Al Qur’an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud. Beliau berlinang air matanya bila membaca dn mendengarkan bacaan Al Qur’an, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud : Suatu ketika Rasulullah SAW meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal Al Qur’an diturunkan kepadamu?”. Dijawab nabi SAW: “Saya ingin mendengan dari orang lain”. Ibnu Mas’ud berkata:”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayatFa kaifa idzaa ji’na min kulli ummatin bisyahidin waji’na bika ’ala ha’ula’i syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi bersabda: “Cukuplah sampai di sini”. Maka saya menoleh melihat nabi SAW bercucuran air mata. “ {HR. Bukhori dan Muslim}.
Sahabat Rasulullah SAW juga selalu membaca Al Qur’an. Ketika mereka menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya dengan mengulang-ulang, hingga berlinang air mata. Abu Bakar RA, jika beliau menjadi imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau. Suatu ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis. Itulah sikap Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al Qur’an. Kita sebagai ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al Qur’an.

Banyak keutamaan yang telah diraih oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya disebabkan mereka banyak membaca dan merenungkan isi kandungan Al Qur’an. Bahkan diantara sahabat Rasulullah SAW ada yang menyaksikan dan merasakannya secara langsung. Diantara keutamaan membaca Al Qur’an, yaitu:

1.     Akan mendapat rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli diantara manusia”. Sahabat bertanya:”Siapakan mereka itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Ahli Al Qur’an adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al Qur’an, “Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. “ (HR Tirmidzi)
 
2.     Al Qur’an akan menjadi penolong di hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Al Qur’an bertemu temannya pada hari kiamat saat kuburannya dikuak, dalam rupa seorang laki-laki yang pucat. Dia (Al Qur’an) dalam rupa laki-laki pucat bertanya, “apakah engkau mengenalku? Dia menjawab, “aku tidak mengenalmu!”. Al Qur’an berkata, “Aku adalah temanmu, Al Qur’an, yang membuatmu kehausan pada siang hari yang panas dan membuatmu terjaga pada malam hari. Sesungguhnya pedagang itu mengharapkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya pada hari ini aku adalah milikmu dari hasil seluruh perdaganganmu, lalu dia memberikan hak milik orang itu Al Qur’an dengan tangan kanan dan memberikan keabadian dengan tangan kirinya, lalu di atas kepalanya disematkan mahkota yang berwibawa, sedangkan bapaknya (Al Qur’an) mengenakan 2 pakaian yang tidak kuat disangga dunia. Kedua pakaian ini bertanya,: Karena apa kami engkau kenakan?”. Ada yang menjawab: “Karena peranan anakmu Al Qur’an. Kemudian dikatakan kepada orang itu,”Bacalah sambil naik ketingkatan-tingkatan syurga dan biliknya, maka dia naik sesuai dengan apa yang dibacanya, baik baca dengan cepat, maupun dengan tartil.” (HR Ahmad).
Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang yang mempelajari dan mentatatinya.” (HR Muslim).

Dari An Nawas bin Sam’an, Rasulullah SAW bersabda:”Pada hari kiamat akan didatangkan Al Qur’an dan orang-orang yang mempreaktekan di dunia, didahului oleh surah Al Baqarah dan Ali Imran yang akan membela dan mempertahankan orang-orang yang mentaatinya.” (HR. Muslim)

3.     Setiap huruf akan mendapat 10 ~ 700 pahala
Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah bersabda:” Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali. Saya tidak berkata Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)

4.     Akan mendapat doa dari para malaikat
Dari Aisyah ra, Raslullah SAW bersabda:”Orang yang mahir dalam membaca Al Qur’an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia lagi taat. Sedang siapa orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al Qur’an, mendapat pahala 2 kali lipat.” (HR Bukhori, Muslim)

5.     Akan mendapat ketenangan
Dari Al Barra bin Azib RA: “ Ada seorang membaca surat Al Kahfi sedang tidak jauh dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-tiba orang itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang kuda itu lari ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kepada nabi SAW, maka bersabda nabi SAW:”Itulah ketenangan (rahmat) yang telah turun untuk bacaan Al Qur’an itu.” (HR Bukhori dan Muslim).


Rabu, 28 Desember 2016

MENYESAL SAAT SAKARATUL MAUT
IBADAHNYA YANG KURANG BANYAK



      Alkisah ada seorang sahabat Nabi bernama Sya’ban RA.Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat-sahabat yang lain.
Ada suatu kebiasaan unik dari beliau yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beritikaf di pojok depan masjid.
      Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah bersandaran atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.
      Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh Rasulullah SAW, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tsb termasuk saat sholat berjamaah.
Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai RasululLah SAW mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Nabi pun bertanya kepada jemaah yg hadir apakah ada yg melihat Sya’ban RA.
      Namun tak seorangpun jamaah yg melihat Sya’ban RA. Sholat subuh pun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yg ditunggu belum juga datang. Khawatir sholat subuh kesiangan, Nabi memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.Selesai sholat subuh, Nabi bertanya apa ada yg mengetahui kabar dari Sya’ban RA.
Namun tak ada seorangpun yang menjawab.
Nabi bertanya lagi apa ada yg mengetahui di mana rumah Sya’ban RA.
      Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA.
Nabi yang khawatir terjadi sesuatu dg Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumahnya. 
     Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Nabi dan rombongan sebelum sampai ke rumah yg dimaksud.
Rombongan Nabi sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira2 3 jam perjalanan).
       Sampai di depan rumah tersebut Nabi mengucapkan salam.Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tsb.
“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Nabi bertanya.
“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tsb.
“Bolehkah kami menemui Sya’ban, yg tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?”
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:
“Beliau telah meninggal tadi pagi..."
InnaliLahi wainna ilaihirojiun… Maa sya Allah, satu-satunya penyebab dia tidak sholat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya.
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul
“ Ya Rasul ada sesuatu yg jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dg masing2 teriakan disertai satu kalimat.
Kami semua tidak paham apa maksudnya."
“Apa saja kalimat yg diucapkannya?” tanya Rasul.
Di masing2 teriakannya dia berucap kalimat:
“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
“ Aduuuh kenapa tidak yg baru……. “
“ Aduuuh kenapa tidak semua……”
Nabi pun melantukan ayat yg terdapat dalam surat Qaaf (50) ayat 22 :
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.“
Saat Sya’ban dlm keadaan sakratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah.
Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah.
Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yg sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yg lain.
Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk sholat
berjamaah lima waktu.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yg dekat.
Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yg diperolehnya dari langkah2 nya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya.
Saat melihat itu dia berucap:
“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban , mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yg didapatkan lebih banyak dan sorga yg didapatkan lebih indah.
Dalam penggalan berikutnya Sya’ban melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.
Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang.
Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju.
Sya’ban sengaja memakai pakaian yg bagus (baru) di dalam dan yg jelek (butut) di luar.
Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yg kena hanyalah baju yg luar. Sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dg baju yg lebih bagus.
Dalam perjalanan ke masjid dia menemukan seseorang yg terbaring kedinginan dalam kondisi mengenaskan.
Sya’ban pun iba, lalu segera membuka baju yg paling luar dan dipakaikan kepada orang tsb dan memapahnya utk bersama2 ke masjid melakukan sholat berjamaah.
Orang itupun terselamatkan dari
mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.
Sya’ban pun kemudian melihat indahnya sorga yg sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tsb. 
Kemudian dia berteriak lagi:
“ Aduuuh kenapa tidak yang baru...“
Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban. 
Jika dg baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yg begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yg lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yg baru.
Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dg roti yg dimakan dg cara mencelupkan dulu ke segelas susu.
Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yg meminta diberi sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.
Melihat hal tsb. Sya’ban merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.
Kemudian mereka makan bersama2 roti itu yg sebelumnya dicelupkan susu, dg porsi yg sama. 
Allah kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dg surga yg indah.
Demi melihat itu diapun berteriak
lagi:
“ Aduuuh kenapa tidak semua……”
Sya’ban kembali menyesal .
Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat surga yg lebih indah.
Masyaallah, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa tidak optimal.
Sesungguhnya semua kita nanti pada saat sakratul maut akan menyesal tentu dengan kadar yang berbeda, bahkan ada yg meminta untuk ditunda matinya karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia.
Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah.
Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat dimundurkan.
Sering sekali kita mendengar ungkapan hadits berikut:
“Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam.”
“Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam.”
“Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya.”
Namun lihatlah... masjid tetap saja lengang.
Seolah kita tidak percaya kepada janji Allah.
Mengapa demikian?
Karena apa yg dijanjikan Allah itu tidak terlihat oleh mata kita pada situasi normal.
Mata kita tertutupi oleh suatu hijab.
Karena tidak terlihat, maka yang berperan adalah iman dan keyakinan bahwa janji Allah tidak pernah meleset.
Allah akan membuka hijab itu pada saatnya.
Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan.
Sya’ban RA telah menginspirasi kita
bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah tsb.
Dia ternyata tetap menyesal sebagaimana halnya kitapun juga akan menyesal.
Namun penyesalannya bukanlah karena tdk menjalankan perintahh Allah SWT. 
Penyesalannya karena tidak melakukan kebaikan dgn optimal.
Semoga kita selalu bisa mengoptimalkan kebaikan disetiap kesempatan.
Aamiin...

MOVE ON ITU SULIT

"Move On" itu sulit!
Lebih sulit lagi jika kita hanya diam dalam kenangan masalalu yang menyakitkan.
"Menunggu?" apa arti menunggu itu?
Menunggu selalu berujung melelahkan, tapi mengapa seseorang masih mau melakukannya.
"Harapan" mengapa selalu ada harapan?
Berharap terkadang berujung mengecewakan, tapi mengapa seseorang masih mau melakukannya.
Tentang "menunggu?"
Tentang "Harapan"
Semuanya hanya teori saja.
Semuanya hanya halusinasi.
"mengapa masih mau menunggu?"
"mengapa masih mau berharap?"
ACTION dong! It the most important..
Jangan cuma mau menunggu kapan orang lain membahagiakan kita, tapi kita sendiri yang harus menciptakan kebahagian apa yang kita inginkan.
Kamu terlalu sibuk "menunggu" kebahagiaan dari orang lain. Kamu terlalu sibuk "berharap" pada orang lain. Sampai-sampai kamu lupa bagaimana cara membahagiakan dirimu sendiri.
Bahagia berawal dari diri sendiri harusnya.


               7 RAHASIA DIBALIK QS AL-KAUTSAR 


     Surah ini adalah surah yang paling pendek dalam Al Qur'an, hanya mengandungi 3 ayat dan diturunkan di Makkah dan berasal dari sungai di Syurga. Kolam sungai ini diperbuat dari pada batu permata yang indah dan cantik.
     Rasanya lebih manis dari pada madu, warnanya pula lebih putih dari pada susu dan lebih wangi dari pada kasturi.
     Surah ini disifatkan sebagai surah penghibur hati Nabi Muhammad SAW, karena diturunkan ketika baginda bersedih atas kematian 2 orang yang dikasihinya, yaitu anak lelakinya Ibrahim dan bapak saudaranya Abu Thalib.
     Berbagai khasiat terkandung di dalam surah ini dan boleh kita amalkan, diantaranya ialah :
.
1. Ketika hujan, bacalah surah ini dan berdo'a. Insya Allah, do'a kita dikabulkan oleh Allah SWT.
2. Ketika kita kehausan dan tidak ada air, bacalah surah ini dan gosok di leher. Insya Allah hilangkan rasa dahaga.
3. Ketika kita sering sakit mata, seperti berair, gatal, bengkak. Sapukan air tawar yang sudah dibacakan surah ini sebanyak 10x pada mata.
4. Ketika rumah dipercayai terkena sihir, bacalah surah ini 10x. Insya Allah, Allah SWT memberi ilham kepada kita dimana letaknya sihir itu.
5. Jika kita membaca surah ini 1.000x. Insya Allah rezeki kita akan bertambah.
6. Jika kita rajin membaca surah ini. Insya Allah hati kita akan menjadi lembut dan khusyuk ketika menunaikan shalat.
.
7. Jika ada orang teraniaya dan terpenjara, bacalah surah ini sebanyak 71x. Insya Allah, Allah SWT akan memberikan bantuan kepadanya karena dia tidak bersalah tetapi dizhalimi.
Rasulallah SAW bersabda : "Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari).

Subhanallah..

Selasa, 27 Desember 2016


ORANG TUA UNTUK ANAKNYA

Pesan Ibu Elly Risman

 (Senior Psikolog UI, Konsultan Parenting Nasional)
Untuk para Orang tua. . . .
‘Kalau Anda dititipi anak presiden, kira-kira bagaimana mengasuh dan menjaganya?
Beranikah Anda membentaknya sekali saja?
Pasti enggak, kan?
Nah, yang sekarang menitip bukan presiden, tapi yang jauh lebih berkuasa dari presiden, yaitu Allah Ta’ala.
Beranikah Anda membentak, memarahi, mencubit, menyentil, bahkan memukul?
Jika Anda pernah melakukannya, kira-kira nanti dihari akhir apa yang Anda jawab ketika ditanya Pemiliknya?’
Jiwa anakmu lebih mahal dari susu termahal yang ditumpahkannya. Jaga lisanmu, duhai orangtua. Jangan pernah engkau memarahi anakmu hanya gara-gara ia menumpahkan susunya atau karena ia melakukan hal yang menurutmu salah. Anakmu tidak tahu kalau apa yang ia lakukan adalah kesalahan. Otaknya belum mempunyai konsep itu.
Jaga Jiwa Anakmu...
Lihatlah tatapan mata anakmu yang tidak berdosa itu ketika engkau marah-marah. Ia diam dan mencoba mencerna apa yang engkau katakan. Apakah ia mengerti? 
Mungkin iya, tapi cobalah perhatikan apa yang ia lakukan setelah engkau pukul dan engkau marahi? 
Anakmu tetap memelukmu, masih ingin engkau belai. Bukankah inilah tanda si anak ‘memaafkanmu’?
Namun, jika engkau terus-menerus mengumbar kata-kata kasarmu kepadanya, otak anakmu akan merekamnya dan akhirnya, cadangan ‘maaf’ di otaknya hilang. Apa yang akan terjadi selanjutnya, duhai orangtua? 
Anakmu akan tumbuh menjadi anak yang ‘ganas’ dan ia pun akan membencimu sedikit demi sedikit hingga tidak tahan hidup bersamamu.
Jiwa anak yang terluka itu akan mendendam. Pernahkah engkau saksikan anak-anak yang ‘malas’ merawat orangtuanya ketika tua? Jangan salahkan anak-anaknya. Cobalah memahami apa yang sudah dilakukan oleh orangtua itu kepada anak-anaknya ketika mereka masih kecil.
Rasulullah begitu menjaga jiwa anak-anak. Nabi nan mulia ini sangat tahu apa yang akan terjadi ketika jiwa anak sudah rusak. Orangtua, anakmu itu bukan kaset yang bisa kau rekam untuk kata-kata kasarmu. Bersabarlah....
Jagalah kata-katamu agar anak hanya tahu bahwa ayah ibunya adalah contoh yang baik yang bisa menahan amarahnya.
Efek Jiwa yang Rusak.
Duhai orangtua, engkau pasti kesal kalau anakmu nakal. Tapi pernahkan engkau berpikir bahwa kenakalannya mungkin adalah efek rusaknya jiwa anakmu karena kesalahanmu. Kau pukul, kau cubit anakmu hanya karena melakukan hal-hal sepele. Kau hina dina anakmu hanya karena ia tidak mau melakukan hal-hal yang engkau perintahkan.
Cobalah duduk dan merenungi apa saja yang telah engkau lakukan kepada anakmu. Apakah engkau lebih sayang pada susu paling mahal yang tertumpah? 
Anakmu pasti menyadari dan tahu ketika kemarahan itu selalu hadir didepan matanya. Jiwanya pun menjadi memerah bagai bara api. Apa yang mungkin terjadi ketika jiwa anak sudah terusik?
Anak tidak hormat pada orangtua. Anak menjadi musuh orangtua. Anak menjadi sumber kekesalan orangtua. Anak tidak bermimpi hidup bersama dengan orangtua. 
Hal-hal inikah yang engkau inginkan, duhai orangtua? 
Ingatlah, jiwa anakmu lebih mahal dari susu termahal yang ditumpahkannya. Jaga lisan dan perlakukanmu kepada anakmu...

VIDEO KLAYAR




PENTING....LIBURAN/PICNIK  UNTUK MEREFRES JIWA AGAR TETAP SEMANGAT MENJALANI HARI-HARI YANG PENUH MISTERI...SEMANGAT.

Senin, 26 Desember 2016

PAMAN, LIHATLAH, BIDADARI YANG PERNAH KUCERITAKAN PADAMU ADA DI DEKATKU...
DIA MENUNGGU RUHKU KELUAR



        Hari itu di salah satu sudutnya Masjid Nabawi berkumpullah Abu Qudamah dan para sahabatnya.Di hati para sahabatnya, Abu Qudamah adalah orang yang sangat dikagumi. Itu karena Abu Qudamah adalah seorang mujahid. Berjihad dari satu front ke medan-medan jihad lainnya. Seolah hidup beliau, beliau persembahkan untuk berjihad.
       Debu yang beterbangan, kilatan pedang, hempasan anak panah, derap kuda adalah hal yang sudah biasa bagi beliau. Pengalaman, tragedi, kisah dan momen pun telah banyak beliau saksikan di setiap gelanggang perjuangan jihad.
”Abu Qudamah, ceritakanlah pada kami kisah paling mengagumkan di hari-hari jihadmu,” 
tiba-tiba salah seorang sahabatnya meminta.
“Ya,” jawab Abu Qudamah.
"Beberapa tahun lalu. Aku singgah di kota Recca. Aku ingin membeli onta untuk membawa persenjataanku.
Saat aku sedang bersantai di penginapan, keheningan pecah oleh suara ketukan. Ku buka ternyata seorang perempuan.
”Engkaukah Abu Qudamah?” tanyanya.
”Engkaukah yang menghasung umat manusia untuk berjihad?” pertanyaannya yang kedua.
“Sungguh, Allah telah menganugerahiku rambut yang tak dimiliki wanita lain. Kini aku telah memotongnya. Aku kepang agar bisa menjadi tali kekang kuda. Aku pun telah menutupinya dengan debu agar tak terlihat.
Aku berharap sekali agar engkau membawanya. Engkau gunakan saat menggempur musuh, saat jiwa kepahlawananmu merabung. Engkau gunakan bersamaan saat kau menghunus pedang, saat kau melepaskan anak panah dan saat tombak kau genggam erat.
       Kalau pun engkau tak membutuhkan, ku mohon berikanlah pada mujahid yang lain. Aku berharap agar sebagian diriku ikut di medan perang, menyatu dengan debu-debu fi sabilillah.
Aku adalah seorang janda. Suamiku dan karib kerabatku, semuanya telah mati syahid fi sabilillah. Kalau pun syariat mengizinkan aku berperang, aku akan memenuhi seruannya,”ungkapnya sembari menyerahkan kepangan rambutnya.
Aku hanya diam membisu. Mulutku kelu walau tuk mengucapkan “iya”.
”Abu Qudamah, walaupun suamiku terbunuh, namun ia telah mendidik seorang pemuda hebat. Tak ada yang lebih hebat darinya.
       Ia telah menghapal Al-Qur’an. Ia mahir berkuda dan memanah. Ia senantiasa sholat malam dan berpuasa di siang hari. Kini ia berumur 15 tahun. Ialah generasi penerus suamiku. Mungkin esok ia akan bergabung dengan pasukanmu. Tolong terimalah dia. Aku persembahkan dia untuk Allah. Ku mohon jangan halangi aku dari pahala,” 
kata-kata sendu terus mengalir dari bibirnya.
       Adapun aku masih diam membisu. Memahami kalimat per kalimat darinya. Lalu tanpa sadar perhatianku tertuju pada kepangan rambutnya.
”Letakkanlah dalam barang bawaanmu agar kalbuku tenang,”
pintanya.
Tahu aku memperhatikan kepangan rambutnya.
      Aku pun segera meletakkannya bersama barang bawaanku. Seolah aku tersihir dengan kata-kata dan himmah (tekad) nya yang begitu mengharukan.Keesokan harinya, aku bersama pasukan beranjak meninggalkan Recca. Tatkala kami tiba di benteng Maslamah bin Abdul Malik, tiba-tiba dari belakang ada seorang penunggang kuda yang memanggil-manggil.
“Abu Qudamah!” serunya.
“Abu Qudamah, tunggu sebentar, semoga Allah merahmatimu.”
Kaki pun terhenti. Lalu aku berpesan kepada pasukan, “tetaplah di tempat hingga aku mengetahui orang ini.”
Dia mendekat dan memelukku.
”Alhamdulillah, Allah memberiku kesempatan menjadi pasukanmu. Sungguh Dia tidak ingin aku gagal,” ucapnya.
“Kawan, singkaplah kain penutup kepalamu dahulu,” pintaku.
Ia pun menyingkapnya. Ternyata wajahnya bak bulan purnama. Terpancar darinya cahaya ketaatan.
”Kawan, apakah engkau memiliki Abi?” tanyaku.
“Justru aku keluar bersamamu hendak menuntut balas kematian Abi. Dia (insya Allah) telah mati syahid. Semoga saja Allah menganugerahiku syahid seperti Abi,” jawabnya.
“Lalu, bagaimana dengan Ummi? Mintalah restu darinya terlebih dahulu. Jika merestui, ayo. Jika tidak, layanilah beliau. Sungguh baktimu lebih utama dibandingkan jihad. Memang, jannah di ba
wah bayangan pedang, namun juga di bawah telapak kaki ibu”
“Duhai Abu Qudamah. Tidakkah engkau mengenaliku.”
“Tidak.”
“Aku putra pemilik titipan itu. Betapa cepatnya engkau melupakan titipan Ummi, pemilik kepangan rambut itu”
“Aku, insya Allah, adalah seorang syahid putra seorang syahid. Aku memohon kepadamu dengan nama Allah, jangan kau halangi aku ikut berjihad fi sabilillah bersamamu. Aku telah menyelesaikan Al-Qur’an. Aku juga telah mempelajari Sunnah Rasul. Aku pun lihai menunggang kuda dan memanah. Tak ada seorang pun lebih berani dariku. Maka, janganlah kau remehkan aku hanya karena aku masih belia.”
"Ummi telah bersumpah agar aku tidak kembali. Beliau berpesan; 'Nak, jika kau telah melihat musuh, jangan pernah kau lari. Persembahkanlah ragamu untuk Allah. Carilah kedudukan di sisi Allah. Jadilah tetangga Abimu dan paman-pamanmu yang sholeh di jannah. Jika nantinya kau menjadi syahid, jangan kau lupakan Ummi. Berilah Ummi syafa’at. Aku pernah mendengar faedah bahwa seorang syahid akan memberi syafaat untuk 70 orang keluarganya dan juga 70 orang tetangganya. Ummi pun memelukku dengan erat dan mendongakkan kepalanya ke langit;
'Rabbku.. Maulaku.. Inilah putraku, penyejuk jiwaku, buah hatiku.. aku persembahkan ia untukmu. Dekatkanlah ia dengan ayahnya,” 
terang sang pemuda.Kata-katanya terus mendobrak tanggul air mataku.
         Dan akhirnya aku benar-benar tak kuasa menahannya. Aku tersedu-sedu. Aku tak tega melihat wajahnya yang masih muda, namun begitu tinggi tekadnya. Aku pun tak bisa membayangkan kalbu sang ibu. Betapa sabarnya ia.
Melihatku menangis, sang pemuda bertanya, 
“Paman, apa gerangan tangisanmu ini? Jika sebabnya adalah usiaku, bukankah ada orang yang lebih muda dariku, namun Allah tetap mengadzabnya jika bermaksiat !?”
“Bukan,” aku segera menyanggah.
“Bukan lantaran usiamu. Namun aku menangis karena kalbu ibumu. Bagaimana jadinya nanti jika engkau gugur?”
        Akhirnya aku menerimanya sebagai bagian dari pasukan. Siang malam si pemuda tak pernah jemu berdzikir kepada Allah Ta’ala. Saat pasukan bergerak, ia yang paling lincah mengendalikan kuda. Saat pasukan berhenti istirahat, ia yang paling aktif melayani pasukan. Semakin kita melangkah, tekadnya juga semakin membuncah, semangatnya semakin menjulang, kalbunya semakin lapang dan tanda-tanda kebahagiaan semakin terpancar darinya.
      Kami terus berjalan menyusuri hamparan bumi nan luas. Hingga kami tiba di medan laga bersamaan dengan bersiap-siapnya matahari untuk terbenam. Sesampainya, sang pemuda memaksakan diri menyiapkan hidangan berbuka untuk pasukan. Memang, hari itu kami berpuasa. Dan dikarenakan hal inilah juga khidmatnya kepada pasukan selama perjalanan, dia tertidur pulas. Pulas sekali hingga kami iba membangunkan.
      Akhirnya, kami sendiri yang menyiapkannya dan membiarkan si pemuda tidur. Saat tidur, tiba-tiba bibirnya mengembang menghiasi wajahnya.
”Lihatlah, ia tersenyum!” kataku pada teman keheranan.
Setelah bangun, aku bertanya padanya, “kawan, saat tertidur kau tersenyum. Apa gerangan mimpimu?”
“Aku mimpi indah sekali. Membuatku bahagia,” jawabnya
”Ceritakanlah padaku!” pintaku penasaran.”
"Aku seperti di sebuah taman hijau nan permai. Indah sekali. Pemandangannya menarik kalbuku untuk berjalan-jalan Saat asyik berjalan, tiba-tiba aku berdiri di depan istana perak, balkonnya dari batu permata dan mutiara serta pintu-pintunya dari emas. Sayang, tirai-tirainya terjuntai, menghalangiku dari bagian dalam istana. Namun tak lama, keluarlah gadis-gadis menyingkap tirai-tirainya.
Sungguh wajah mereka bagaikan rembulan. Kutatap wajah-wajah cantik itu dengan penuh kekaguman, amboi cantiknya.”Marhaban,” kata salah seorang dari mereka tahu ku memandanginya.
     Aku pun tak tahan hendak menjulurkan tangan menyentuhnya. Belum sampai tangan ini menyentuh, dia berkata, “Belum. Ini belum waktunya. Janganlah terburu-buru.”
Telingaku juga menangkap sebuah suara salah seorang mereka, “Ini suami Al Mardhiyah.”
Mereka berkata kepadaku, ”kemarilah, yarhamukalloh.”
Baru saja kakiku hendak melangkah, ternyata mereka telah berdiri di depanku.
Mereka membaw
aku ke atas istana. Di sebuah kamar, seluruhnya dari emas merah yang berkilauan indahnya. Dalam kamar itu ada dipan yang bertahtakan permata hijau dan kaki-kakinya terbuat dari perak putih. Dan di atasnya. . .seorang gadis belia dengan wajah bersinar lebih indah dari sekedar rembulan!!
Kalaulah Allah tidak memantapkan kalbu dan penglihatanku, niscaya butalah mataku dan hilanglah akalku karena tak kuasa menatap kecantikannya!!
“Marhaban, ahlan wa sahlan, duhai wali Allah. Sungguh engkau adalah milikku dan aku adalah milikmu” katanya menyambutku, membuatku tak terasa hendak memeluknya.
”Sebentar...Janganlah terburu-buru. Belum waktunya. Aku berjanji padamu, kita bertemu besok selepas sholat dhuhur. Bergembiralah,”
sang pemuda mengakhiri kisahnya.
Lalu, aku berusaha membangkitkan himmahnya, 
“Kawan, mimpimu begitu indah. Engkau akan melihat kebaikan nantinya.” Kami pun bermalam dengan perasaan takjub dan kagum akan mimpi sang pemuda.
Esok hari, kami bersiap menghadapi kaum kafir. Barisan diluruskan, formasi dan strategi dimatangkan, senjata tergenggam kuat dan tali kekang kuda dipegang erat.
Semangat pun semakin berkobar saat mendengar hasungan, 
“wahai segenap para tentara Allah, tunggangilah kuda-kuda kalian. Bergembiralah dengan jannah. Majulah kalian, baik terasa ringan oleh kalian ataupun terasa berat.”
       Tak lama, skuadron pasukan kuffar tiba di hadapan kami. Banyak sekali, bagaikan belalang yang menyebar kemana-mana.Perang campuh pun terjadi. Kesunyian pagi hari sontak terpecah oleh teriakan skuadron kuffar dan gema takbir kaum muslimin. 
Suara senjata yang saling beradu, berbaur dengan riuh rendah suara para prajurit yang sedang bertaruh nyawa.
       Tiba-tiba aku mengkhawatirkan pemuda itu. Iya, dimana pemuda itu…Dimana pemuda itu ? Ku berusaha mencari di tengah medan laga. Ternyata dia di barisan depan pasukan muslimin. Dia merangsek maju, menyibak skuadron kuffar dan memporak porandakan barisan mereka.
        Dia bertempur dengan hebatnya. Dia mampu melumpuhkan begitu banyak pasukan kuffar. Namun begitu, tetap saja hati ini tak tega melihatnya. Aku segera menyusulnya di depan.
“Kawan, kau masih terlalu muda. Kau tak tahu betapa liciknya pertempuran. Kembalilah ke belakang,” 
teriakku mencoba menyaingi suara riuh pertempuran, sambil menarik tali kekang kudanya.
“Paman, tidakkah kau membaca ayat { wahai segenap kaum mukmin, jika kalian telah bercampuh dengan kaum kuffar, maka janganlah kalian mundur ke belakang } [Al Anfal:15]. Sudikah engkau aku masuk neraka ?” serunya menimpali.
      Saat kucoba memahamkannya, serbuan kavelari kuffar memisahkan kami. Aku berusaha mengejarnya, namun sia-sia. Peperangan semakin bergejolak.
Dalam kancah pertempuran, terdengarlah derap kaki kuda diiringi gemerincing pedang dan hujan panah. Lalu mulailah kepala berjatuhan satu persatu. Bau anyir darah tercium dimana-mana. Tangan dan kaki bergelimpangan.Dan tubuh tak bernyawa tergeletak bersimbah darah. Demi Allah, perang itu telah menyibukkan tiap orang akan dirinya sendiri dan melalaikan orang lain. Sabetan dan kilatan pedang di atas kepala yang tak henti-hentinya, menjadikan suhu memuncak. Kedua pasukan bertempur habis-habisan.
       Saat perang usai, aku segera mencari si pemuda. Terus mencari di medan laga. Aku khawatir dia termasuk yang terbunuh. Aku berkeliling mengendarai kuda di sekitar kumpulan korban. Mayat demi mayat, sungguh wajah mereka tak dapat dikenali, saking banyaknya darah bersimbah dan debu menutupi.
Dimana sang pemuda ? Aku terus melanjutkan pencarian. Dan tiba-tiba aku mendengar suara lirih, 
”Kaum muslimin, panggilkan pamanku Abu Qudamah kemari!”
Itu suaranya, teriakku dalam kalbu. Kucari sumber suara, ternyata benar, si pemuda. Berada di tengah-tengah kuda bergelimpangan. Wajahnya bersimbah darah dan tertutup debu. Hampir aku tak mengenalnya.
Aku segera mendatanginya. “Aku di sini! Aku di sini! Aku Abu Qudamah!” isakku tak kuasa menahan tangis.
       Aku sisingkan sebagian kainku dan mengusap darah yang menutupi wajah polosnya.
”Paman, demi Rabb ka’bah, aku telah meraih mimpiku. Akulah putra ibu pemilik rambut kepang itu. Aku telah berbakti padanya, ku kecup keningnya dan ku hapus debu dan darah yang terkadang mengalir di wajahnya,” kenangnya.
Sungguh aku benar-benar tak kuasa dengan kejadian ini.
“Kawan, janganlah kau lupakan pamanmu ini. Berilah dia syafa’at nanti di hari kiamat.”
“Orang sepertimu tak kan pernah kulupakan.”
”Jangan!” serunya lagi saat kucoba mengusap wajahnya.
“Jangan kau usap wajahku dengan kainmu. Kainku lebih berhak untuk itu. Biarkanlah darah ini mengalir hingga aku menemui Rabb-ku, paman."
"Paman, lihatlah, bidadari yang pernah kuceritakan padamu ada di dekatku. Dia menunggu ruhku keluar. Dengarkanlah kata-katanya; 'sayang, bersegeralah. Aku rindu.'
"Paman, demi Allah, tolong bawalah bajuku yang berlumuran darah ini untuk Ummi. Serahkanlah padanya, agar beliau tahu aku tak pernah menyia-nyiakan petuahnya. Juga agar beliau tahu aku bukanlah pengecut melawan kaum kafir yang busuk itu. Sampaikanlah salam dariku dan katakan hadiahmu telah diterima Allah. Paman, saat berkunjung ke rumah nanti, kau akan bertemu adik perempuanku. Usianya sekitar sepuluh tahun. Jika aku datang, ia sangat gembira menyambutku. Dan jika aku pergi, ia paling tidak mau kutinggalkan."
"Saat ku meninggalkannya kali ini, ia mengharapkanku cepat kembali. “Kak, cepat pulang, ya.” Itulah kata-katanya yang masih terngiang di telingaku. Jika engkau bertemu dengannya, sampaikan salamku padanya dan katakan; 'Allah-lah yang akan menggantikan kakak sampai hari kiamat, ” 
kata-katanya terus membuat air mataku meleleh.
Menetes dan terus menetes membuat aliran sungai di pipi.
    ”Asyhadu alla ilaaha illalloh, wahdahu laa syarikalah, sungguh benar janji-Nya. Wa asyhadu anna muhammadarrosululloh. Inilah apa yang dijanjikan Allah dan rasul-Nya dan nyatalah apa yang dijanjikan Allah dan rasul-Nya,” 
itulah kata-kata terakhirnya sebelum ruh berlepas dari jasadnya.
Lalu aku mengkafaninya dan menguburkannya.
Aku harus segera ke Recca, tekadku. Aku segera pergi ke Recca. Tak lain dan tak bukan tujuanku hanyalah ibu si pemuda.
       Celakanya aku, aku belum mengetahui nama si pemuda dan dimana rumahnya. Aku berkelililing ke seluruh kota Recca. Setiap sudut, gang dan jalan ku telusuri. Dan akhirnya aku mendapatkan seorang gadis mungil. Wajahnya bersinar mirip si pemuda.
    Ia melihat-lihat setiap orang yang berlalu di depannya. Tiap kali melihat orang baru datang dari bepergian, ia bertanya, 
“Paman, anda datang darimana?”
“Aku datang dari jihad,” kata lelaki itu.
“Kalau begitu kakakku ada bersamamu?” tanyanya
“Aku tak kenal, siapa kakakmu.” kata lelaki itu sambil berlalu.
Lalu lewatlah orang kedua dan tanyanya, “Paman, anda datang dari mana?”
“Aku datang dari jihad,” jawabnya.
“Kakakku ada bersamamu?”, tanya gadis itu.
“Aku tak kenal, siapa kakakmu.” jawabnya sambil berlalu.
Gadis itu pun tak bisa menahan rindu kepada sang kakak. Sambil terisak-isak, dia berkata,
”mengapa mereka semua kembali dan kakakku tak kunjung kembali?”
Aku iba kepadanya. Ku coba menghampiri tanpa membawa ekspresi kesedihan.
“Adik kecil, bilang sama Ummi, Abu Qudamah datang.”
Mendengar suaraku, sang ibu keluar.
”Assalamu’alaikum,” salamku.”Wa’alaikum salam,” jawabnya.
“Engkau ingin memberiku kabar gembira atau berbela sungkawa?” lanjutnya.
“Maksud, ibu ?”
“Jika putraku datang dengan selamat, berarti engkau berbela sungkawa. Jika dia mati syahid, berarti engkau kemari membawa kabar gembira,” terangnya.
”Bergembiralah. Allah telah menerima hadiahmu.”
Ia pun menangis terharu. 
“Benarkah?”
“Iya."
Benar-benar ia tak kuasa menahan tangis.
”Alhamdulillah.Segala puji milik Allah yang telah menjadikannya tabunganku di hari kiamat,” pujinya kepada Zat Yang Maha Kuasa.
Para sahabat Abu Qudamah mendengarkan kisahnya dengan penuh kekaguman.
”Lalu gadis kecil itu bagaimana?” tanya salah seorang dari mereka.
”Dia mendekat kepadaku. Dan kukatakan padanya, 
'Kakakmu menitipkan salam padamu dan berkata; 'Dik, Allah-lah yang menggantikanku sampai hari kiamat nanti”.
Tiba-tiba dia menangis sekencang-kencangnya. Wajahnya pucat. Terus menangis hingga tak sadarkan diri. Dan set
elah itu nyawanya tiada.
       Sang ibu mendekapnya dan menahan sabar atas semua musibah yang menimpanya. Aku benar-benar terharu melihat kejadian ini. Aku serahkan padanya sekantong uang, berharap bisa mengurangi bebannya. Sang ibu pun melepas kepergianku. Aku meninggalkan mereka dengan kalbu yang penuh kekaguman, ketabahan sang ibu, sifat ksatria sang pemuda dan cinta gadis kecil itu kepada kakaknya…