NASEHAT BAGI SUAMI ISTERI
In syaAlloh cerita ini bisa diambil sebagai ibroh..
"Teeng..."
Terdengar denting bunyi jam 1 kali, menandakan jam 01.00 dini hari.
Terdengar denting bunyi jam 1 kali, menandakan jam 01.00 dini hari.
“Assalamu’alaikum…!”
Ucapnya lirih Abdurrahman saat masuk rumah.
Ucapnya lirih Abdurrahman saat masuk rumah.
Tak ada orang yang
menjawab, Dia tahu istri dan anak-anaknya pasti sudah tidur.
"Biarlah
malaikat yang menjawab salamku,”
Gumamnya dalam hati.
Gumamnya dalam hati.
Diletakkanlah tas,
ponsel dan kunci-kunci di meja.
Setelah itu,
barulah Abdurrahman menuju kamar mandi sekalian berwudlu kemudian
berganti pakaian.
Semua tertidur
pulas, tak ada satu-pun yang terbangun.
Segera dia
beranjak menuju kamar tidur.
Pelan-pelan dibukanya pintu kamar.
Dia tidak ingin menggangu istrinya yang sedang pulas tidur.
Pelan-pelan dibukanya pintu kamar.
Dia tidak ingin menggangu istrinya yang sedang pulas tidur.
Benar saja
istrinya tidak terbangun, tidak menyadari kehadiran suaminya.
Kemudian
Abdurrahman duduk di pinggir tempat tidurnya.
Dipandanginya
dalam-dalam wajah Qonita istrinya.
Abdurrahman
teringat perkataan almarhum ayahnya, dulu sebelum dia menikah.
Ayahnya berpesan :
"Jika kamu sudah menikah nanti:
"Jika kamu sudah menikah nanti:
•Jangan berharap
kamu punya istri yang sama persis dengan keinginanmu.
Karena kamu pun juga tidak sama persis dengan maunya.
•Jangan pula berharap mempunyai istri yang punya karakter sama seperti dirimu. Karena suami istri adalah dua orang yang berbeda. Dia bukan untuk disamakan tapi untuk saling melengkapi.
Karena kamu pun juga tidak sama persis dengan maunya.
•Jangan pula berharap mempunyai istri yang punya karakter sama seperti dirimu. Karena suami istri adalah dua orang yang berbeda. Dia bukan untuk disamakan tapi untuk saling melengkapi.
Dan.
°Jika suatu saat ada yang tidak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah, dan perasaan tidak enak yang lainnya, Maka..
Lihatlah ketika istrimu tidur.."
°Jika suatu saat ada yang tidak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah, dan perasaan tidak enak yang lainnya, Maka..
Lihatlah ketika istrimu tidur.."
“Kenapa Yah, kok
waktu dia tidur?”
Tanyanya kala itu.
Tanyanya kala itu.
Ayahnya menjawab :
“Nanti kamu akan tahu sendiri"
“Nanti kamu akan tahu sendiri"
Waktu itu, dia
tidak sepenuhnya memahami maksud ayahnya, tapi ia tidak bertanya lebih lanjut,
karena ayahnya sudah mengisyaratkan untuk membuktikannya sendiri.
Malam itu,
Abdurrahman mulai memahaminya. Malam itu, dia menatap wajah istrinya
lekat-lekat.
Semakin lama
dipandangi wajah istrinya, semakin membuncah perasaan di dadanya.
Wajah polos
istrinya saat tidur benar-benar membuatnya terkesima.
Raut muka tanpa
polesan, tanpa ekspresi, tanpa kepura-puraan, tanpa dibuat-buat.
Pancaran tulus
dari kalbu.
Memandanginya menyeruakkan berbagai macam perasaan.
Memandanginya menyeruakkan berbagai macam perasaan.
Ada rasa sayang,
cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah perasaan apa lagi yang tidak bisa
ia gambarkan dengan kata-kata.
Dalam batin,
Dia bergumam,
“Wahai istriku, engkau dulu seorang gadis:
•Yang leluasa beraktivitas,
•Banyak hal yang bisa kau perbuat dengan kemampuanmu. Lalu aku menjadikanmu seorang istri.
“Wahai istriku, engkau dulu seorang gadis:
•Yang leluasa beraktivitas,
•Banyak hal yang bisa kau perbuat dengan kemampuanmu. Lalu aku menjadikanmu seorang istri.
•Menambahkan kewajiban yang
tidak sedikit.
•Memberikanmu banyak batasan,
•Mengaturmu dengan banyak aturan.
•Memberikanmu banyak batasan,
•Mengaturmu dengan banyak aturan.
Dan aku pula..
•Yang menjadikanmu seorang ibu.
•Yang menjadikanmu seorang ibu.
•Menimpakan tanggung jawab
yang tidak ringan.
•Mengambil hampir semua waktumu untuk aku dan anak-anakku.
•Mengambil hampir semua waktumu untuk aku dan anak-anakku.
Wahai istriku..
Engkau yang dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban, kini aku memberikan beban di tanganmu, dan dipundakmu..
•Untuk mengurus keperluanku,
•Guna merawat anak-anakku, juga
•Memelihara kenyamanan rumahku.
Engkau yang dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban, kini aku memberikan beban di tanganmu, dan dipundakmu..
•Untuk mengurus keperluanku,
•Guna merawat anak-anakku, juga
•Memelihara kenyamanan rumahku.
Kau relakan waktu
dan tenagamu melayaniku dan menyiapkan keperluanku.
Kau ikhlaskan
rahimmu untuk mengandung anak-anakku.
Kau tanggalkan
segala atributmu untuk menjadi pengasuh anak-anakku.
Kau buang egomu
untuk menaatiku.
Kau campakkan
perasaanmu untuk mematuhiku.
Wahai istriku..
Di kala susah, kau setia mendampingiku.
Di kala susah, kau setia mendampingiku.
Ketika sulit, kau
tegar di sampingku.
Saat sedih, kau
pelipur laraku.
Dalam lesu, kau
penyemangat jiwaku.
Jika aku gundah, kau
penyejuk hatiku.
Kala aku bimbang,
kau penguat tekadku.
Bila aku lupa, kau
yang mengingatkanku.
Ketika aku salah,
kau yang menasehatiku.
Wahai istriku..
Telah sekian lama engkau mendampingiku.
Telah sekian lama engkau mendampingiku.
Kehadiranmu
membuatku menjadi sempurna sebagai laki-laki.
Lalu, atas dasar
apa aku harus kecewa padamu..?!
Dengan alasan apa
aku marah padamu..?!
Andai kau punya
kesalahan atau kekurangan.
Semuanya itu tidak cukup bagiku untuk membuatmu menitikkan air mata.
Semuanya itu tidak cukup bagiku untuk membuatmu menitikkan air mata.
Akulah yang harus
membimbingmu.
Aku adalah imammu.
Aku adalah imammu.
Jika kau melakukan
kesalahan.
Akulah yang harus dipersalahkan karena tidak mampu mengarahkanmu.
Akulah yang harus dipersalahkan karena tidak mampu mengarahkanmu.
Jika ada
kekurangan pada dirimu.
Itu bukanlah hal yang perlu dijadikan masalah.
Itu bukanlah hal yang perlu dijadikan masalah.
Karena kau insan,
bukan malaikat.
Maafkan aku
istriku..
Kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan.
Kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan.
Mari kita
bersama-sama membawa bahtera rumah tangga ini hingga berlabuh di pantai nan
indah, dengan hamparan keridhoan Alloh azza wa jalla.
Segala puji hanya
untuk Alloh azza wa jalla yang telah memberikanmu sebagai jodoh untukku.”
Tanpa terasa air
matanya menetes deras di kedua pipinya.
Dadanya terasa
sesak menahan isak tangis.
Segera ia
berbaring di sisi istrinya pelan-pelan.
Tak lama kemudian
ia pun terlelap.
"Teeng..teeng.."
Jam dinding di
ruang tengah berdentang dua kali.
Qonita, istri
Abdurrahman terperanjat sambil terucap :
“Astaghfirulloh, sudah jam dua..!"
“Astaghfirulloh, sudah jam dua..!"
Dilihatnya sang
suami pulas di sampingnya.
Pelan-pelan ia
duduk, sambil berdoa memandangi wajah sang suami yang tampak kelelahan.
“Kasihan suamiku,
aku tidak tahu kedatanganmu.
Hari ini aku
benar-benar capek, sampai-sampai nggak mendengar apa-apa.
Sudah makan apa
belum ya dia..?!"
Gumamnya dalam hati.
Gumamnya dalam hati.
Ada niat mau
membangunkan, tapi ach.. tidak tega.
Akhirnya dia cuma pandangi saja wajah suaminya.
Akhirnya dia cuma pandangi saja wajah suaminya.
Semakin lama
dipandang, semakin terasa getar di dadanya.
Perasaan yang
campur aduk, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Hanya hatinya yang
bicara :
“Wahai suamiku, aku telah memilihmu untuk menjadi imamku.
“Wahai suamiku, aku telah memilihmu untuk menjadi imamku.
Aku telah yakin
bahwa engkaulah yang terbaik untuk menjadi bapak dari anak-anakku.
Begitu besar
harapan kusandarkan padamu.Begitu banyak tanggungjawab kupikulkan di pundakmu.
Wahai suamiku..
*•Ketika aku sendirian..*
*Kau datang* *menghampiriku.*
*•Saat aku lemah..*
*Kau ulurkan tanganmu menuntunku.*
*•Dalam duka..*
*Kau sediakan dadamu untuk merengkuhku.*
*•Dengan segala kemampuanmu..*
*Kau selalu ingin melindungiku.*
*•Ketika aku sendirian..*
*Kau datang* *menghampiriku.*
*•Saat aku lemah..*
*Kau ulurkan tanganmu menuntunku.*
*•Dalam duka..*
*Kau sediakan dadamu untuk merengkuhku.*
*•Dengan segala kemampuanmu..*
*Kau selalu ingin melindungiku.*
*Wahai suamiku..*
*•Tak kenal lelah kau berusaha membahagiakanku.*
*•Tak kenal waktu kau tuntaskan tugasmu.*
*•Tak kenal lelah kau berusaha membahagiakanku.*
*•Tak kenal waktu kau tuntaskan tugasmu.*
*•Sulit dan
beratnya mencari nafkah yang halal, tidak menyurutkan langkahmu.*
*Bahkan sering kau
lupa memperhatikan dirimu sendiri, demi aku dan anak-anak.*
*Lalu..*
*Atas dasar apa aku tidak berterimakasih padamu.*
*Atas dasar apa aku tidak berterimakasih padamu.*
*Dengan alasan apa
aku tidak berbakti padamu?*
*Seberapa pun
materi yang kau berikan,*
*itu hasil perjuanganmu, buah dari jihadmu.*
*itu hasil perjuanganmu, buah dari jihadmu.*
*Walau kau belum
sepandai da’i dalam menasehatiku,*
*Tapi..*
*Kesungguhan & tekadmu beramal sholeh, mengajakku dan anak-anak istiqomah di jalan Alloh..*
*Membanggakanku dan membahagiakanku.*
*Tapi..*
*Kesungguhan & tekadmu beramal sholeh, mengajakku dan anak-anak istiqomah di jalan Alloh..*
*Membanggakanku dan membahagiakanku.*
*Maafkan aku wahai
suamiku..*
*Akupun akan memaafkan kesalahanmu.*
*Akupun akan memaafkan kesalahanmu.*
*Alhamdulillah..
segala puji hanya milik Allah.*
*Yang telah mengirimmu menjadi imamku.*
*Yang telah mengirimmu menjadi imamku.*
*Aku akan taat
padamu untuk mentaati Alloh.*
*Aku akan patuh
kepadamu untuk menjemput ridho-Nya..”
ربنا هب لنا من
أزواجنا وذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
Tidak ada komentar:
Posting Komentar