KISAH
INSPIRATIF DARI HJ. ISMAIL
Saya perjalanan dari Gontor ke Batang, mampir Solo untuk makan siang
bersama KH. Ahmad Jameel, Pimpinan PPPA Darul Quran dan Kiai Bisri, Pimpinan
Tazakka Batang, Ustadz Faiz dan Ustadz Affandi. Kiai Jameel mengajak makan di
rumah makan "ibunya", saya kaget karena setahu saya beliau dari
Banten.
Ternyata, rumah makan yang dimaksud Kiai Jameel adalah RM. Taman Sari,
Jln. Adisucipto, Colomadu, Solo, milik Hj. Ismail (73 tahun), ibu yang dimaksud
oleh Kiai Jameel. Sembari makan, kami ditemani Pak Didin, salah seorang pembina
di PP Darul Quran, Solo. Pak Didin bercerita ttg bagaimana kisah wakafnya Hj.
Ismail. Kami semua menyimaknya, dan saya juga merinding mendengarnya.
Benar-benar inspiratif dan amazing.
Singkat cerita, Daqu Solo dulu kecil, dan ingin mengontrak
sebuah bangunan lagi karena sdh tidak bisa menampung santri, sembari berpikir
bagaimana membebaskan tanah lagi utk perluasan dan membangun gedung di atasnya.
Singkat cerita, Hj. Ismail datang memberi cheque 100 juta, persis
senilai untuk mengontrak sebuah bangunan yang akan dijadikan asrama. Tiga hari
kemudian, beliau kembali lagi ke pondok, karena katanya hatinya tdk tenang
memikirkan rencana pondok.
Akhirnya ia datang lagi, meminta kembali cheque yang 100 juta, dan
menggantinya dengan 500 juta. Sampai di situ? Tidak. Sejak itu, tiga kali
berturut-turut beliau mimpi didatangi suaminya yang telah wafat, dalam mimpinya
itu suami berkata: "Bu, mbok aku dipikirkan di sini, anak-anak dibangunkan
rumah, saya juga mbok ya dibangunkan rumah juga". Mimpi itu berulang kali,
akhirnya minta nasehat ke Ustadz Yusuf Mansur dan dikatakan bahwa itu bisa jadi
isyarat untuk membangunkan rumah di surga bagi suaminya. Artinya apa? Wakaf!
Maka, datanglah lagi ke pondok dan minta proposal gedung yang akan
dibangun utk asrama santri itu. Ternyata nilainya miliaran rupiah. Dan sang ibu
menyanggupinya. Allahu Akbar!
Di sisi lain, ada orang yang akan mewakafkan tanahnya di Jkt tapi lama
belum laku-laku, padahal uang hasil jual tanah itu akan diwakafkan utk
membebaskan tanah yang di Solo. Suatu ketika, sang wakif akan umrah, sebelumnya
telpon ke Pak Didin, mau minta didoakan apa? Pak Didin menjawab: Mohon didoakan
agar tanah Bapak segera laku supaya segera dapat membebaskan tanah yang di sini
karena sang ibu sudah siap akan membangunkan gedungnya.
Apa yang terjadi? Sepulang umrah, dalam pesawat dari Jakarta ke Solo,
bapak yang wakaf tadi duduk berdampingan dengan seorang pengusaha kaya, dan
entah kenapa, berceritalah tentang 'kegalauan' mengenai tanahnya yang belum
laku.
"Mau dijual berapa?"
tanya bapak pengusaha yang duduk disampingnya.
"2 miliar saja"
jawabnya singkat. Subhanallah, tanpa menawar, dan tidak kenal sebelumnya,
tiba-tiba deal begitu saja.
Karena niat awalnya adalah
akan dibagi ke beberapa lembaga, maka uang 2 miliar itu: 1 miliar diserahkan
kepada Daqu Solo dan yang 1 miliar lagi dibagi habis ke beberapa masjid di
jakarta.
Singkat cerita, uang untuk tanah sudah ada 1 miliar. Padahal, harga
tanahnya 1,6 miliar. Berarti kurang 600 juta lagi. Kembali Allah kirim
pertolongan-Nya, sang ibu menelpon salah satu putranya dan memerintahkannya
untuk menutup semua kekurangan pembebasan tanah senilai 600 juta itu. Maka,
hari itu juga, persoalan tanah selesai! Segeralah dibangun gedung 5 lantai
wakaf dari ibu.
Ada kisah menarik lain lagi. Perlu saya ceritakan di sini. Suatu ketika,
di rumah makan ada 3 bus rombongan pariwisata mampir makan di situ. Tiba-tiba
satu bus rusak dan harus turun mesin, sehingga supir, kenek dan beberapa orang
mekanik harus menginap di situ beberapa hari untuk betulkan mesinnya.
Sang ibu bilang pada supir,
"Coba telponkan bosmu saya mau bicara". Maka, disambungkanlah pada
bos mereka melalui saluran telepon. Kira-kira begini yang dikatakan ibu kepada
bos pemilik bus itu.
"Ini supir, kenek dan
karyawanmu beberapa hari di sini tidak usah dipikirkan, dan jangan dimarahi,
biar saya yang nanggung semuanya makan, minum, nginap dan uang hariannya, dan
kalau pun ada kerugian jangan dibebankan ke mereka, saya yang nanggung."
Mendengar hal itu, sang supir menangis karena haru atas kebaikan sang
ibu. Bos pemilik bus pun kebingungan, kok ada ya orang sebaik ini, padahal
tidak kenal.
Sejak saat itu, berita segera menyebar di kalangan supir-supir bus
pariwisata, rupanya supir tadi mengisahkannya kepada kawan-kawan sejawatnya.
Maka, hingga hari ini rumah makan Taman Sari ramai dikunjungi bus-bus
pariwisata.
Bukan cuma itu, ibu juga menanggung biaya makan para santri yang sedang
belajar di pondok solo tadi. Saat ini di belakang rumah makan, selain parkiran
yang luas layaknya terminal bus, ibu juga sedang membangun masjid dan gedung
pertemuan. SubhanalLaah, masjidnya keren banget, besar mirip masjid raya dan
ada liftnya. InsyaAllah sebelum Ramadhan ini katanya akan jadi. Amiiin ya Rabb.
Kami diajak Kiai Jameel dan Pak Didin silaturahim di
ruangannya di samping dapur rumah makan tersebut. Subhanallah, sederhana
sekali, ruangan hanya berukuran sekitar 5 x 7, ada dipan buat istirahat, kursi
buat nerima tamu, dan sebidang tempat untuk shalat.
Ibu menerima kami dengan
wajah bersinar dan teduh, lembut dan penyayang. Kami, dibawakan makanan untuk
makan malam di jalan.
Saya sampaikan kepada beliau: "Ibu, berbahagialah karena apa yang
ibu lakukan sudah benar, jadi untuk ibu ini tidak lagi berlaku pepatah _hemat
pangkal kaya_, tetapi ibu sudah mempraktekkan pepatah: _bloboh pangkal
kaya_. (bloboh dalam bahasa jawa artinya gemar memberi, dermawan)."
Kepada Pak Didin saya
sampaikan:
"Inilah potret muslim yang benar, wakaf menjadi gaya hidup, life style. Setiap orang berusaha menjadi kaya, tetapi endingnya adalah untuk bisa berwakaf. Saya mau jadi orang kaya supaya bisa banyak wakaf, bukan saya mau jadi orang kaya supaya bisa beli ini itu, atau supaya bisa pergi ke sana sini, dsb."
"Inilah potret muslim yang benar, wakaf menjadi gaya hidup, life style. Setiap orang berusaha menjadi kaya, tetapi endingnya adalah untuk bisa berwakaf. Saya mau jadi orang kaya supaya bisa banyak wakaf, bukan saya mau jadi orang kaya supaya bisa beli ini itu, atau supaya bisa pergi ke sana sini, dsb."
"Kalau saya punya uang
1000 lalu saya wakafkan 200, maka logika umum akan mengatakan bahwa saya
mencintai yang 800 karena yang 800 tetap saya genggam. Menurut saya itu keliru,
hakekatnya yang saya cintai adalah yang 200 yang sudah saya wakafkan, karena
yang 200 itulah yang abadi dan benar-benar milik saya, karena yang 200 itulah
yang akan menemani saya di alam kubur, di hari perhitungan, dan yang dapat
mengantarkan saya ke surga bahkan dengan 200 itulah saya telah membeli rumah
masa depan di surga".
Wakaf memang amazing! Menakjubkan! Semoga wakaf benar-benar bisa menjadi
gaya hidup masyarakat muslim. Ushiikum wa iyyaya (aku nasehatkan pada kalian
semua dan juga pada diri saya sendiri).
@anang-rikza-masyhadi
Solo, 16 Rajab 1439
2 April 2018
Solo, 16 Rajab 1439
2 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar