TINGKAT KENIKMATAN CINTA
Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah, Ihya Ulumuddin membagi 4 tingkat kenikmatan cinta. Metafor cinta yang dijelaskannya sungguh membuka mata hati kita bercermin pada tingkat apa cinta kita kepada Allah SWT.
Pertama: Cinta karena kecantikan
& ketampanan wajah sang kekasih. Semakin cantik atau tampan wajahnya, maka
akan semakin nikmat memandang wajahnya.
Kedua: Kuatnya cinta dan nafsu
asmaranya. Kenikmatan yang dirasakan oleh yang begitu mendalam cintanya berbeda
dengan orang yang dangkal cintanya.
Ketiga: Pengetahuan
cintanya.Kenikmatan memandang sang kekasih dalam gelap, dari balik tirai tipis,
atau dari jarak jauh, tidak akan sama dengan kenikmatan memandangnya dari
dekat, tanpa tirai dan di bawah lampu yang terang. Apalagi kenikmatan berbaring
bersamanya tanpa dengan atau tanpa pakaian.
Keempat: Ada tidaknya rintangan
dan kesedihan. Kenikmatan yang dirasakan orang yang sehat, tidak punya masalah,
dan memandangnya seorang diri,pasti tak akan sama dengan kenikmatan yang
dirasakan orang yang sakit, sedang bersedih, takut dan hatinya sibuk dengan
banyak masalah.
Lalu, mari kita coba bayangkan,
ada orang yang sedang jatuh cinta, tapi kadar cintanya tidak seberapa. Ia
memandang kekasihnya dari balik tirai tipis, dari jarak jauh dan tak melihat
dengan jelas. Saat itu ia dikerubungi dan disengat serangga berbisa semacam
kalajengking dan tabuhan yang mengganggu sehingga hatinya tidak tentram. Dalam
situasi semacam ini tentu ia tidak akan merasakan kenikmatan sedikit pun saat
memandang kekasihnya.
Bayangkan
pula, tiba-tiba keadaan berubah. Tirai itu terkoyak dan cahaya menyala begitu
sempurna. Tak ada serangga yang menyakiti. Fisiknya juga sehat, hatinya tenang
tak punya masalah, dan gelora nafsunya mencapai puncak.
Coba
bayangkan, betapa berlibatgandanya kenikmatan yang ia rasakan itu. Jangan
perbandingkan dengan kondisi sebelumnya. Yang sebelumnya pasti tak ada artinya
apa-apa!
Begitulah kira-kira perbandingan antara
kenikmatan menatap wajah Allah dan makrifat. Tirai tipis adalah perumpamaan
bagi tubuh dan kesibukan mengurusnya. Kalajengking dan tabuhan adalah
perumpamaan bagi hawa nafsu yang menguasai manusia, seperti haus, lapar, marah,
sedih, susah dan lemah syahwat.
Cinta adalah perumpamaan bagi
keterbatasan jiwa berikut segenap kelemahannya di dunia,cenderung menoleh ke
alam rendah dan tidak merindukan ke alam tinggi. Keterbatasan jiwa ini bisa
diibaratkan seperti keterbatasan bayi untuk merasa tertarik dengan kenikmatan
kekuasaan, sebab ia hanya menyukai dunia bermain saja."
----Dikutip
dari Al-Mahabbah, Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar