InspirasI

Kamis, 20 Juli 2017

JEMBATAN PERSAUDARAAN

Dua orang kakak beradik, semula hidupnya sangat rukun, tetapi akhirnya terjatuh dalam pertengkaran serius, hanya karena kesalah pahaman kecil di antara keduanya.
Padahal selama 40 tahun mereka hidup damai harmonis berdampingan, tanpa pernah ada konflik
menegangkan di antara keduanya.
Suatu pagi, lewatlah seorang tukang kayu, mengetuk rumah sang kakak. “Maaf tuan, saya sedang mencari pekerjaan,” kata pria itu dengan ramah. “Barangkali tuan berkenan memberikan
sebuah pekerjaan untuk saya selesaikan.”
“Oh ya!” jawab sang kakak. “Saya punya
pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang di seberang
sungai sana.
Itu adalah rumah tetanggaku…ah
sebetulnya ia adalah adikku."
“Minggu lalu ia mengeruk bendungan, lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu, sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami."
“Hmm, barangkali ia memang sengaja ingin
mengejekku, tapi aku akan membalasnya
setimpal.
Di situ ada gundukan kayu, aku ingin kau
membuat pagar setinggi 10 meter untukku,
sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya.
Pokoknya, aku ingin melupakannya.” Ungkap sang kakak kepada tukang kayu itu.
Kata tukang kayu, “Saya mengerti Tuan.
Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat hati tuan merasa senang.”
Sang kakak meninggalkan tukang kayu itu untuk
bekerja sendirian.
Di sore hari, ketika ia kembali, tukang kayu itu
baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil
pekerjaan tukang kayu itu.
Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana
yang dimintanya.
Yang ada malah sebuah jembatan kayu yang melintasi sungai yang menghubungkan
ladang pertaniannya dengan ladang milik
adiknya.
Jembatan itu tampak begitu indah dengan undak-
undakan yang tertata rapi.
Dari seberang, terlihat sang adik bergegas
menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar. “Kakakku, kau sungguh baik hati
mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku, Kak”
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah
jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan.
Segala perselisihan paham dan curiga akhirnya luntur di tengah jembatan.
Api amarah dan kebencian di antara keduanya telah padam, digantikan dengan hangatnya jalinan hati
kasih.
Melihat itu, tukang kayu pun membenahi
perkakasnya dan bersiap untuk pergi.
“Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari.
Kami punya banyak pekerjaan untukmu,” pinta sang kakak.
“Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,” kata tukang kayu, “tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.”
Demikianlah dalam hidup kita. Hendaknya kita bisa menjadikan diri, sebagai jembatan untuk
menumbuhkan kasih dan persaudaraan dalam lingkungan keluarga kita.
Hendaknya kita bisa menjadi jembatan, untuk
menumbuhkan semangat persahabatan di dalam lingkungan sekitar, sekolah maupun kerja.
Hidup akan terasa indah, bila semuanya hidup harmonis, tenang dan damai, tanpa pertikaian,
percekcokan, pertengkaran dan pertentangan,
yang tidak ada habis-habisnya.
Rasa persaudaraan dan persahabatan yang
dilandasi dengan semangat kasih, akan
mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan hidup bagi kita semua.
Mari tumbuhkan dan pererat tali persaudaraan
dan hubungan persahabatan, agar makin bertambah erat
selamanya.

Tidak ada komentar: