"Rekam jejak
retorika dan strategi dakwah
Ustadz Abdul Somad Lc. MA"
Oleh : Riki
Ardiansyah
(Mahasiswa Al Azhar, Kairo)
(Mahasiswa Al Azhar, Kairo)
Salah seorang da'i yang kini menjadi buah bibir
di tengah-tengah masyarakat adalah Ustadz Abdul Somad, seorang da'i muda
kelahiran 1977 lulusan Al Azhar Kairo dan Darul Hadist Maroko. Bagaimana kiprah
Ustadz yang sering di sapa "UAS" itu dalam dunia dakwah? Dan
bagaimana penilaian umat kepada beliau ?
Sebagai muqoddimah, saya sendiri belum terlalu
lama mengenal beliau, baru 2 tahun. Yaitu saat guru saya Ustadz Ahmad Khusyairy
Lc di Tembilahan pada tahun 2015 memberikan beberapa arahan dan masukan, kemana
saya akan melangkah setelah menjadi alumni Gontor. Saat itu pula beliau
menyebutkan beberapa orang yang kiprahnya cukup membanggakan, salah satunya
Ustadz Abdul Somad. Dengan berbagai macam prestasi dan prestise yang di capai.
Artinya Ustadz Ahmad Khusyairy mendorong untuk bisa mengenyam pendidikan di
Maroko atau Mesir agar dapat menjadi seperti sosok yang beliau ceritakan, yaitu
Ustadz Abdul Somad. Dalam hati saya, betapa tawadhu' dan rendah hati sekali
kedua guru saya ini.
Selama beberapa bulan, saya hanya bisa melihat
Ustadz Abdul Somad di beberapa video yang ada di youtube. Dan mencoba mencari
akun facebook nya. Dengan terkejut, ketika saya ingin menambahkan pertemanan di
Facebook, beliau lebih dulu menambahkan pertemana di FB saya. Dari sini sudah
tercium aroma ketawadhu'an beliau. Hanya itu media yang dapat menyambungkan
saya dengan beliau. Akhirnya Allah pertemukan saya dengan Ustadz Abdul Somad
pada Bulan Ramadhan 2016. Saya sisihkan beberapa hari waktu libur di Gontor
untuk mengikuti dan menghadiri kajian-kajian beliau di Pekan Baru. Saat itulah
muncul rasa bahagia, karna bisa bertatap muka langsung dengan singa vodium bumi
Lancang Kuning itu.
Usai ceramah beliau, saya di ajak ke rumahnya,
padahal waktu itu sudah menunjukkan pukul 12 lewat. Dengan rasa segan saya
katakan "ustadz, ini sudah larut malam untuk antum istirahat. Ana pamit
pulang dulu saja, besok kesini lagi". Spontan beliau menjawab, "Laa,
anta tamsyi ma'ii" (jangan, habis ini kamu ikut saya). Dalam hati saya
bertanya-tanya, "apakah bener yang di ceritakan bahwa beliau adalah Ulama
yang tawadhu'?
Saat itu saya di dampingi oleh sahabat saya
Ikhlas Apriandi . Sampai di dalam rumah, beliau pun sangat terbuka menerima
kedatangan kami untuk silaturahim. Sekaligus berbincang bincang seputar
pengalaman dan meminta nasehat. Ternyata benar beliau adalah sosok 'Alim yang
tawadhu'. Tidak ada gengsi dalam diri beliau, padahal saya siapa dan beliau
sudah dimana. Ternyata bukan saja Ilmunya yang tinggi, tapi akhlaknya pun luar
biasa.
Begitu pula cerita yang di sampaikan beberapa
jama'ah yang kebetulan wali santri yang anak nya belajar di Gontor. Ketika saya
masih di berikan izin untuk mengabdikan diri mengajar di pondok. Saya bertemu
wali santri yang juga berasal dari Riau, tepatnya Pekanbaru dan sekitarnya, yang
sedang menjenguk anak nya di Gontor. Saat sharing tentang anak nya di pondok,
beberapa wali santri yang sering hadir di Masjid Agung An-nur ini pun
menceritakan tentang Ustadz Dr. Musthofa Umar Lc MA yang merupakan salah satu
Putra terbaik Gontor dengan kiprahnya yang gemilang di Riau, beliau
adalah pakar Tafsir (sedang menulis Tafsir Al Ma'rifah dan Tafsir digital)
ketua MUI Riau sekaligus Imam besar Masjid Agung An-nur, dan beliau juga yang
menjadi pimpinan redaksi Tafaqquh yang menjadi lahan dakwah guru guru kita di
Riau.
Kemudian di sambung dengan cerita tentang
ketawadhu'an sosok Ustadz Abdul Somad. Dari cara beliau berbicara dengan
jama'ah, cara beliau menyambut tamu, atau pun penilaian masyarakat mengenai
penampilan beliau. Dan Setau saya, sejauh apapun jarak yang di tempuh beliau
untuk ceramah. Beliau tidak mau di jemput oleh siapapun, selagi beliau mampu
untuk berangkat sendiri. Terkadang masyarakat pun khawatir kalau beliau pergi
sendiri, tapi Alhamdulillah di perjalanan selalu ada yang mendampingi beliau.
Yaitu akhi Bismar, atau UstaDayat dan tim Redaksi Tafaqquh lainnya.
Baiklah,
pembahasan pertama. Kita masuk pada retorika dakwah Ustadz Abdul Somad.
Retorika di sini maksudnya adalah seni dalam berbicara. Tidak banyak orang yang memiliki kemampuan retorika dalam berbicara. Karna ada orang yang punya Ilmu, namun ketika diminta menyampaikan di depan umum tidak bisa. Ada juga yang hanya punya skil, tapi ilmu nya tidak ada. Ada juga yang tak punya skil, juga tak punya ilmu, jenis yang ketiga ini mungkin termasuk saya sendiri.
Retorika di sini maksudnya adalah seni dalam berbicara. Tidak banyak orang yang memiliki kemampuan retorika dalam berbicara. Karna ada orang yang punya Ilmu, namun ketika diminta menyampaikan di depan umum tidak bisa. Ada juga yang hanya punya skil, tapi ilmu nya tidak ada. Ada juga yang tak punya skil, juga tak punya ilmu, jenis yang ketiga ini mungkin termasuk saya sendiri.
Retorika dakwah beliau yang begitu
memukau bagi siapa saja yang mendengarnya. Dengan penyesuaian tinggi rendah nya
nada, bahasa tubuh yang sinkron dengan isi, di tambah beliau kaya dengan
perbendaharaan kata, penjabaran yang luas, sumber atau referensi kitab yang
begitu banyak, segudang pengalaman dan perjalanan hidup, serta kisah kisah
menarik yang di tuangkan. Menjadikan setiap ceramah beliau dapat di kemas
dengan renyah dan menarik. Kalau di dalam Ilmu Tarbiyah namanya "Murattab
Manthiqiy" yaitu tersusun rapi, logis dan mudah di cerna. Beliau tidak
akan pindah ke point selanjutnya, sebelum point pertama di bahas tuntas,
sehingga pembahasan meruncing kepada tema, dan tidak melebar kemana mana. Ini
lah yang sulit bagi para da'i kalau tidak menguasai materi dan
permasalahan.
Apalagi saat beliau menyampaikan khutbah Jum'at yang tidak pernah sama sekali menggunakan teks, saya yakin beliau meniru guru-guru atau para Masyayikh Azhar yang juga tidak pernah menggunakan teks dalam khutbah.
Apalagi saat beliau menyampaikan khutbah Jum'at yang tidak pernah sama sekali menggunakan teks, saya yakin beliau meniru guru-guru atau para Masyayikh Azhar yang juga tidak pernah menggunakan teks dalam khutbah.
Saya sendiri
yang menjelajahi semua isi ceramah beliau yang ada di youtube. Saya membaca
satu persatu gaya bahasa beliau. Bagi orang yang pertama kali mengintip ceramah
UAS di youtube, biasanya langsung berkomentar bahwa ceramah beliau selain
menambah tsaqofah (wawasan), ceramah beliau juga tidak membosankan. Karna
terkadang kita akan terhibur dengan logat bawaan beliau yang khas melayu. Atau
beliau membuat hadirin semua tertawa dengan guyonan-guyonan yang spontanitas.
Bukan karna di buat buat. Artinya, beliau termasuk orang yang punya skil juga
punya ilmu.
Padahal beliau tidak pernah belajar
public speaking, melainkan beliau belajar dari senior atau guru beliau Dr.
Musthofa Umar Lc MA, dan Dr. Mawardi Muhammad Shaleh Lc MA. Belajar mengenai
senam muka dan lain lain, juga pernah di minta untuk menjadi pembawa acara di
TVRI. Hanya itu saja latihan beliau, pada hal orang orang yang pernah mondok di
pesantren bertahun tahun belajar cara berorasi di vodium. Mestinya kita terpacu
untuk lebih baik.
Dengan pakaian beliau yang sederhana
dan rapi, dengan baju koko dan peci berwarna hitam. Kita dapat membuktikan
bahwa kualitas seseorang tidak di lihat dari penampilan. Namun UAS tetap
menganjurkan untuk tetap memakai pakaian sunnah. Karna Allah itu Indah dan mencintai
keindahan.
Selanjutnya,
betul pepatah Arab yang mengatakan "Al Insaan Ibnu 'awaaidihi"
(manusia adalah anak atau buah dari kebiasaan nya). Maksudnya ala bisa karna
biasa, karna beliau sudah terbiasa di minta ceramah oleh masyarakat kemana-mana
tanpa pilih-pilih. Maka semakin lama semakin di poles gaya ceramah beliau,
sampai akhirnya viks dan itu menjadikan ceramah adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan bagi beliau.
Demam panggung, sebenarnya itu bukan
faktor karna tidak adanya skil. Mungkin karna kurang biasa, atau belum
meluruskan niat. Kalau berdakwah karna Allah bukan karna ingin dilihat baik
oleh manusia, tentunya akan menjadikan kita bebas dan leluasa saat menyampaikan
dakwah. Karna hanya berharap penilaian dari Allah sehingga di mudahkan lisan, fikiran,
dan hati kita oleh Allah. Saya melihat tamu yang hadir saat beliau tausiah, ada
dari kalangan pejabat kapolda, bupati, walikota, gubernur, bahkan menteri. Ada
juga dari kalangan tokoh umat, KH. Arifin Ilham, Ustadz Felix Siauw, Ustadz
Solmed, dan lain sebagainya. Tapi beliau tidak sedikitpun terlihat kaku dan
tetap lantang menyuarakan kebenaran.
Terlepas dari pada itu, Mungkin
terkadang beliau banyak menyinggung ormas atau seseorang mungkin, tanpa
menggunakan perantara Uslub Balagiyyah atau ilustrasi yang tepat sehingga
banyak pihak pihak yang tersinggung. Tapi itulah manusia, tempat salah dan
lupa, maka sebaik baik orang yang berbuat salah itu adalah orang yang meminta
maaf dan meminta ampun.
Mengenai beliau dakwah tidak
pilih-pilih maksudnya adalah, beliau tidak membedakan antara surau yang kecil
dengan Masjid yang besar. Pernah suatu ketika pemerintah daerah mengundang
beliau untuk ceramah, lalu pada jadwal yang di minta itu beliau sudah punya
jadwal tausiyah di surau. Meskipun di minta untuk menggeser, tapi beliau tetap
memilih untuk di surau, dan menolak untuk tawaran lain. Karna itulah bentuk
pengabdian kepada umat. Meskipun ada tawaran di televisi, beliau tetap
mengutamakan jadwal yang sudah di mintakan masyarakat. Karna kepercayaan
masyarakat ini jauh lebih mahal. Semoga Allah perbanyak da'i seperti mu tuan
guru.
Mengenai strategi dakwah Ustadz Abdul
Somad, menurut hemat saya selama ini, beliau memakai strategi yang sudah di
ajarkan Al Azhar yaitu Manhaj Wasatiyyah. Maksud wasatiyyah di sini adalah
"Laa syarqiyyah walaa Ghorbiyyah" (tidak ketimur-timuran tidak pula
kebarat-baratan) artinya berada di tengah- tengah. Tidak "tasyaddud"
(asal mengahramkan, menbid'ahkan, menkafirkan) sehingga umat merasa takut dan
cemas, tidak pula "tasayyur" (mudah menghalalkan apa saja tanpa
hujjah dan dalil yang jelas). Ingin lebih jelas lagi mengenai pembahasan ini
bisa kita buka kitab إعلام الموقعين milik Imam Ibnu Al Qoyyim Al Jauzi,
mengenai orang orang yang asal menentukan hukum halal dan haram dengan mudahnya.
Wasatiyyah yang beliau pakai adalah
untuk menyatukan dan merekatkan umat. Agar umat ini tidak saling menyalahkan
dan meributkan perkara-perkara yang sebenarnya para Ulama sudah tuntas membahas
nya. Ketika saya menghadiri majlis Istifta' Syeikh Ali Jum'ah Bulan yang lalu,
di akhir pertemuan beliau berpsan,
خروج من الخلاف
مستحب
"Keluar dari perbedaan adalah di
anjurkan"
Sehingga,ketika
ada berbagai macam bentuk perbedaan pendapat. Ambil pendapat dari para Ulama
yang menurut kita arjah. Maka kita sudah keluar dari lingkaran perbedaan,
dengan tanpa menyalahkan pendapat yang lain. Karna tidak mungkin ulama madzhab
itu menentang sunnah.
Alangkah indahnya kalau kita lapang dada menerima perbedaan, dan menghindari perpecahan. Jangan hanya sibuk membidik sesama Muslim, jangan jadikan taring kita hanya tajam kepada Mu'min, tapi tumpul kepada yang kafir. Jangan sampai umat ini mau di giring untuk over toleran kepada yang tidak seakidah, dan intoleran kepada yang seakidah. Kapan umat ini bisa bersatu ?
Alangkah indahnya kalau kita lapang dada menerima perbedaan, dan menghindari perpecahan. Jangan hanya sibuk membidik sesama Muslim, jangan jadikan taring kita hanya tajam kepada Mu'min, tapi tumpul kepada yang kafir. Jangan sampai umat ini mau di giring untuk over toleran kepada yang tidak seakidah, dan intoleran kepada yang seakidah. Kapan umat ini bisa bersatu ?
Padahal yang
mabuk dan judi masih banyak, kenapa yang Qunut di ributkan? Padahal
tentara zionis sudah menembak mati, dan mencabik cabik jati diri umat Islam.
Lalu kita masih meributkan Maulid, menyesatkan tasawwuf, dan lain sebagainya.
Padahal kalau saja kita mau mendengarkan pendapat orang lain yang juga memiliki
hujjah serta dalil. Tidak mungkin kita akan menyudutkan yang tak sepemahaman
dengan kita. Kalau kita menolak kebenaran ini, serta menyepelekan orang lain.
Maka hati hati, bisa saja kita jatuh pada 2 ciri orang yang dimaksudkan Nabi
sebagai orang yang sombong yang tidak akan masuk surga walaupun rasa sombong
itu sebesar biji sawi. Yaitu , بطر الحق (menolak kebenaran), و غمط الناس
(merendahkan orang lain). Wal 'iyaadzu billah.
Maka dalam
kesempatan beliau belajar ke Mesir di musim panas ini, beliau menyempatkan
menerima undangan Mahasiswa Al Azhar dari Indonesia untuk memberikan nasehat
dan motivasi. Memenuhi undangan panitia Majlis Sholawat Sahah Indonesia,
Darrasah Kairo.
Saya
menangkap, bahwa beliau mengatakan "dakwah kita adalah Bayaan
(menjelaskan) bukan "hujum" (menyerang), bukan tabdi' (menbid'ahkan),
bukan takfiir (mengkafirkan)".
Dakwah yang
mencerdaskan, bukan menyalahkan. Dakwah yang menyejukkan, bukan menyudutkan,
dakwah yang membangun persaudaraan bukan yang menjatuhkan lawan, dakwah yang
merangkul bukan memukul, dakwah yang mengajak bukan mengejek. Agar sama sama
meraih predikat taqwa di sisi Allah. Seringkali beliau mengutarakan di
penghujung ceramah beliau, "kalau ada sesuatu yang tidak sesuai, maka
dialog dan diskusi itu lebih baik, bukan dengan hujat menghujat".
Satu hal yang banyak orang lupa,
semua yang beliau sampaikan dalam ceramah, tidak lain adalah mengutip
pendapat-pendapat guru atau masyayikh beliau di Mesir dulu. Bukan pendapat
sendiri, saya ulangi "Bukan pendapat sendiri". Karna beliau sendiri
bukan Mujtahid. Jadi salah kalau anda yang nyinyir mentahdziir dan menyudutkan
Ustadz Abdul Somad. Karna pendapat beliau adalah pendapat para Ulama yang sanad
keilmuannya tidak di ragukan lagi.
Tawassuth ini pun, bisa kita lihat
dari tulisan-tulisan beliau. Dalam buku yang beliau tulis. Sempat beliau
hadiahkan kepada saya "37 masalah populer".
Kita bisa menela'ah, bahwa beliau juga mengutip pendapat-pendapat Ulama-ulama mu'tabar dari kalangan Salafy. Seperti Syeikh Nashiruddin Al Bani, Syeikh Abdul Aziz Ibnu Baz, Syeikh Ibnu Utsaimin, bahkan Imam Ibnu Taimiyyah, Rahimahumullah. Karna beliau tidak memposisikan Ulama sebagai Malaikat yang tak punya salah, tidak pula Iblis yang selalu berbuat salah. Tapi beliau memposisikan Ulama seperti manusia yang "yukhti' wa yushiib" (kadang salah, kadang benar). Tidak ada Ulama' yang ma'shum. Selagi pendapat itu baik, maka di ambil. Kalau yang tidak sesuai, maka di tinggalkan. Artinya, kalau ada kuku yang panjang, gunting yang panjang itu, jangan potong tangannya. Sehingga kita tidak menjadi orang yang membesarkan satu kesalahan, tapi melupakan seribu kebaikan. Beliau tidak melarang siapa pun bahkan menganjurkan untuk terus belajar, bisa jadi kita ingin mengambil ilmu dari Ustadz Dr. Khalid Bassalamah, Dr. Syafiq Riza Bassalamah, Dr. Arifin Badri, dan lain lain. Selagi itu membahas masalah Fiqh Madzhab, hikmah kehidupan, nasehat untuk menghidupkan cahaya iman. Tapi biasa nya orang yg belajar kalau sudah masuk ke ranah aqidah, dia akan berhati hati. Salafy masih masuk ranah Ahlussunnah, Ustadz Abdul Somad tak pernah mengeluarkan Salafy dari Ahlussunnah. Seperti yang di lakukan kelompok sebelah,yang mengatakan Tauhid Asy'ariyyah sesat, bahkan mengeluarkan dari Ahlussunah. Tauhid Ibnu Taimiyyah adalah Ijtihad, Asy'ariyyah juga Ijtihad. Mengenai Ta'wiil dan Tafwidh adalah tradisi Salafussholih. Kalau mengaku pengikut salaf, mestinya tidak menentang pendapat Salaf.
Kita bisa menela'ah, bahwa beliau juga mengutip pendapat-pendapat Ulama-ulama mu'tabar dari kalangan Salafy. Seperti Syeikh Nashiruddin Al Bani, Syeikh Abdul Aziz Ibnu Baz, Syeikh Ibnu Utsaimin, bahkan Imam Ibnu Taimiyyah, Rahimahumullah. Karna beliau tidak memposisikan Ulama sebagai Malaikat yang tak punya salah, tidak pula Iblis yang selalu berbuat salah. Tapi beliau memposisikan Ulama seperti manusia yang "yukhti' wa yushiib" (kadang salah, kadang benar). Tidak ada Ulama' yang ma'shum. Selagi pendapat itu baik, maka di ambil. Kalau yang tidak sesuai, maka di tinggalkan. Artinya, kalau ada kuku yang panjang, gunting yang panjang itu, jangan potong tangannya. Sehingga kita tidak menjadi orang yang membesarkan satu kesalahan, tapi melupakan seribu kebaikan. Beliau tidak melarang siapa pun bahkan menganjurkan untuk terus belajar, bisa jadi kita ingin mengambil ilmu dari Ustadz Dr. Khalid Bassalamah, Dr. Syafiq Riza Bassalamah, Dr. Arifin Badri, dan lain lain. Selagi itu membahas masalah Fiqh Madzhab, hikmah kehidupan, nasehat untuk menghidupkan cahaya iman. Tapi biasa nya orang yg belajar kalau sudah masuk ke ranah aqidah, dia akan berhati hati. Salafy masih masuk ranah Ahlussunnah, Ustadz Abdul Somad tak pernah mengeluarkan Salafy dari Ahlussunnah. Seperti yang di lakukan kelompok sebelah,yang mengatakan Tauhid Asy'ariyyah sesat, bahkan mengeluarkan dari Ahlussunah. Tauhid Ibnu Taimiyyah adalah Ijtihad, Asy'ariyyah juga Ijtihad. Mengenai Ta'wiil dan Tafwidh adalah tradisi Salafussholih. Kalau mengaku pengikut salaf, mestinya tidak menentang pendapat Salaf.
Strategi ini cukup tepat, karna yang
banyak menyalahkan, menbid'ahkan, dan mentahdzir. Adalah kelompok yang
menamakan dirinya salafy dan menganggap ulama mereka yang saya sebutkan tadi
sebagi Ulama yang kokoh dengan sunnah. Lalu UAS pun mengutip pendapat ulama
mu'tabar mereka, padahal jendral nya saja mensetujui, kenapa yang kopral nya
menentang.
Lalu ada yang
nyinyir "alah, ustadz somad itu asal comot comot fatwa". Terkadang
saya tertawa melihat komentar yang begini, mereka sendiri banyak mengutip
pendapat Imam Ibnu Hajar Al 'Astqolany, Imam Jalaluddin As-suyuthi. Tapi
pendapat Imam Ibnu Hajar dan Imam Suyuthi tentang Maulid tidak bid'ah mereka
tinggalkan. Aneh kan?
Meskipun
hujatan, tahdzir, fitnah yang datang silih berganti kepada Ustadz Abdul Somad.
Sepatah kata pun tak pernah keluar dari bibir beliau untuk menyuruh para
jama'ah untuk ikut mentahdzir. Tidak pernah!
Meskipun kalau mau di lakukan itu bisa. Tapi apakah demikian yang di ajarkan oleh Rasulullah?
Apakah begitu akhlak Salafussholih. Bahkan kalau ingin menegur dan mengkritisi itu Imam Syafi'i mengajarkan untuk menasehatinya di belakang, bukan di depan umum. Allah saja senantiasa menutupi kesalahan dan aib hambanya dengan Rahmat dan Kasih sayangnya. Lalu ada manusia yang baru lahir mengoyak ngoyak harga diri orang lain dengan su'ul adab. Apalagi kepada Ulama. Sudah belajar Ta'liimul Muta'allim saudaraku?
Meskipun kalau mau di lakukan itu bisa. Tapi apakah demikian yang di ajarkan oleh Rasulullah?
Apakah begitu akhlak Salafussholih. Bahkan kalau ingin menegur dan mengkritisi itu Imam Syafi'i mengajarkan untuk menasehatinya di belakang, bukan di depan umum. Allah saja senantiasa menutupi kesalahan dan aib hambanya dengan Rahmat dan Kasih sayangnya. Lalu ada manusia yang baru lahir mengoyak ngoyak harga diri orang lain dengan su'ul adab. Apalagi kepada Ulama. Sudah belajar Ta'liimul Muta'allim saudaraku?
Dan itupun
hanya berani mengkritisi masalah jenggot, Isbal, Maulid. Tapi kenapa tidak
berani mengkritisi kutipan beliau mengenai amalan khsusus Abu Hurairah, Imam
Ahmad bin Hanbal, Imam Ibnu Taimiyyah, dan lain lain baik dari kalangan salaf
mau pun khalaf?
Apa tidak
berani? Atau memang memang menutupi dalil?
Atau masih bertahan dengan slogan "apa yang tidak pernah di lakukan nabi adalah Bid'ah".
Berani kah mengatakan Imam Ibnu Taimiyyah Ahli bid'ah? Tidak mungkin Ulama sekelas beliau tidak mengerti sunnah, dan tak paham bid'ah. Jadi apa yang maksud sunnah dan bid'ah itu?
Atau masih bertahan dengan slogan "apa yang tidak pernah di lakukan nabi adalah Bid'ah".
Berani kah mengatakan Imam Ibnu Taimiyyah Ahli bid'ah? Tidak mungkin Ulama sekelas beliau tidak mengerti sunnah, dan tak paham bid'ah. Jadi apa yang maksud sunnah dan bid'ah itu?
Ta'riif atau
pengertian bid'ah itu sendiri bermacam-macam. Kemarin di halaqoh Syeikh
Musthofa Ala Naimah beliau adalah pengasuh Ruwaq Azhar di Iskandariyyah. Beliau
memberikan penjelasan mengenai hadist Rasulullah. Dalam kitab Arba'in Annawawy
Syarh Ibnu Daqiq. Bahwa maksud hadist :
من أحدث فى
أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
Beliau
melemparkan pertanyaan, apakah dalam hadist ini di sebutkan فيه atau منه ?
Kalau lah yang sebutkan, فيه maka maksud nya perkara yang tidak ada di zaman Nabi. Tapi yang di sebutkan di situ adalah منه , yaitu perkara yang tidak ada Sumber dari agama (AlQuran dan Al Hadist). Karna dhomir "ه" kembali pada agama.
Kalau lah yang sebutkan, فيه maka maksud nya perkara yang tidak ada di zaman Nabi. Tapi yang di sebutkan di situ adalah منه , yaitu perkara yang tidak ada Sumber dari agama (AlQuran dan Al Hadist). Karna dhomir "ه" kembali pada agama.
Sehingga, yang
di maksud bid'ah adalah yang tidak ada Sumber dari agama. Bukan yang tidak
pernah di contohkan Nabi.
Kita kembali
kepada yang saya tegaskan bahwa, beliau menyampaikan dakwah bukan pendapat
sendiri. Melainkan mengutip pendapat para Ulama. Lalu kenapa beliau yang
menjadi sasaran fitnah dan caci maki oleh kelompok yang menamakan dirinya
salafy?
Saya tidak menuduh, tapi saya khawatirkan. Ada sifat ghil atau hasad dalam hati mereka, sehingga berupaya untuk melakukan pembunuhan karakter terhadap UAS yang kini ceramah nya menjadi pilihan Umat Islam Indonesia yang mayoritas Aqidah nya Asy'ariyyah. Tapi umat ini cerdas, umat ini pandai menilai, umat pandai memilih.
Saya tidak menuduh, tapi saya khawatirkan. Ada sifat ghil atau hasad dalam hati mereka, sehingga berupaya untuk melakukan pembunuhan karakter terhadap UAS yang kini ceramah nya menjadi pilihan Umat Islam Indonesia yang mayoritas Aqidah nya Asy'ariyyah. Tapi umat ini cerdas, umat ini pandai menilai, umat pandai memilih.
Yang saya
lihat di lapangan, pengikut salafy mayoritas adalah anak anak muda yang baru
belajar, atau baru hijrah, yang tentunya semangat nya masih menggebu gebu. Dan
semangat menbid'ahkan pun menggebu gebu. Hanya bermodalkan menonton video dan
membaca tulisan ustadz sunnah, mereka berani ikut ikutan mentahdzir. Akhlak
mana yang mereka ikuti?
Hati hati hasad yang akan membakar dan menggerogoti amalan amalan kita, dan akan menjadikan kita termasuk orang yang muflish ( bangkrut) di akhirat nanti, karna pahala kita sudah kita setorkan dan kita transfer kepada orang yang kita fitnah dan caci maki.
Hati hati hasad yang akan membakar dan menggerogoti amalan amalan kita, dan akan menjadikan kita termasuk orang yang muflish ( bangkrut) di akhirat nanti, karna pahala kita sudah kita setorkan dan kita transfer kepada orang yang kita fitnah dan caci maki.
Strategi
dakwah wasatiyyah beliau selanjutnya adalah, beliau tidak pernah menggiring
untuk fanatik terhadap satu madzhab. Al Azhar sendiri merangkul semua madzhab,
karna Madzhab Hanafi dan Maliki lebih dulu memasuki Mesir. Sehigga tidak adil
kalau Azhar hanya berdiri dengan satu madzhab. Begitu keterangan dari Dr. Ahmad
Ikhwani Lc MA yang juga merupakan sahabat beliau, saat saya dan kawan kawan
berbincang mengenai manhaj Al Azhar.
Sehingga
ketika UAS menerangkan suatu perkara yang ada berbagai macam pendapat, beliau
sebutkan semuanya. Tanpa menyuruh "ikut hanbali saja" , atau
"ikut syafi'i saja" meskipun madzhab yang ada Indonesia mayoritas
menggunakan Syafi'iyyah. Guna untuk menjelaskan kepada Umat, bahwa semuanya
benar karna ijtihadnya berpatokan kepada Al Quran dan Al Hadist. Dan khidmah
serta pelestarian madzhab oleh murid dari masing masing Imam madzhab sangat
terjaga.
Adapun
mengenai tuduhan bahwa beliau adalah HTI, itu tidak benar. Beliau ingin
merangkul semuanya, dan akan mengatakan benar kalau ada kebenaran di dalamnya.
Waktu acara Hizbuttahrir beliau di undang untuk datang, dalam moment tersebut
bukan beliau saja yang di undang, ada juga dari PERTI, dan ormas lainnya. Namun
orang yang tidak bertanggung jawab, mengupload video beliau saja, sehingga
menjadi acuan bahwa beliau adalah bagian dari HTI. Padahal beliau secara struktur
keorganisasian bukan HTI, beliau hanya menyampaikan ada dalil tentang khilafah,
tapi tidak menyeberangi pancasila sehingga merongrong kebhinekaan seperti yang
di tuduhkan kaum liberal. Beliau sendiri sering menjelaskan dari mana Sumber
pancasila dan bagaimana penafsirannya. Justru beliau Cinta dengan tanah air.
Bukan saja
HTI, beliau juga mengisi ceramah di Masjid Muhammadiyah selama 2 tahun, apa
beliau Muhammadiyah?
Beliau
merangkul Jama'ah tabligh, dan menjelaskan dari mana Sumber nya sehingga muncul
jama'ah Tabligh.
Beliau sampaikan sisi positif dan kebenaran nya. Apa beliau jama'ah tabligh?
Beliau sampaikan sisi positif dan kebenaran nya. Apa beliau jama'ah tabligh?
Beliau menjadi
bagian dari Bahtsul Matsaa'il Nahdhotul Ulama. Bukan berarti beliau menyudutkan
yang lain. Maka tawassuth itu tetap beliau bawa.
Bahkan beliau
memiliki sahabat baik dari kalangan salafy, seperti Ustadz Abdullah Shalih
Hadrami, Ustadz Omar Mita. Lalu beliau menegaskan tidak semua Salafy itu
Mutasyaddid. Ada juga yang Lunak, toleran. Dan lain lain..
Dan beliau mendatang kan pendapat Syeikh Athiyyah Saqar Rahimahullah dalam Majmu' Fatawa Al Azhar. Bahwa Salafy kalau masih bisa di ajak diskusi dan tidak gampang manyalahkan, maka itu baik. Karna mereka membahas dan memberantas Tahayyul dan bid'ah khurafat. Kalau di Indonesia seperti aliran-aliran kebathinan.
Dan beliau mendatang kan pendapat Syeikh Athiyyah Saqar Rahimahullah dalam Majmu' Fatawa Al Azhar. Bahwa Salafy kalau masih bisa di ajak diskusi dan tidak gampang manyalahkan, maka itu baik. Karna mereka membahas dan memberantas Tahayyul dan bid'ah khurafat. Kalau di Indonesia seperti aliran-aliran kebathinan.
Oleh karna
itu, strategi dakwah Tuan Guru Abdul Somad adalah merekatkan Umat. Dan
menjelaskan kembali apa yang sudah di ijtihadkan para Ulama, dan mereview ulang
apa yang di ajarkan Ulama kita di Indonesia dulu, yang datang membawa ajaran
Islam dan sampai sekarang masih utuh.
Pesan KH.
Hasyim Muzadi Rahimahullah, bahwa Ulama dahulu datang ke Indonesia mengislamkan
yang kafir, dan itu tanpa perang. Apa kita tega mengkafirkan yang sudah Islam.
Begitu lah,
rekam jejak retorika dan strategi dakwah Ustadz Abdul somad. Banyak Ilmu yang
saya download dari beliau, mulai dari nasehat dan petuah nya yang luar biasa.
Juga dari ketawadhu'an beliau, sampai sekarang Mahasiswa Al Azhar berbondong
bondong untuk berfoto dengan beliau, beliau dengan senang hati menerima
permintaan itu bahkan sampai larut malam. Begitulah cara untuk memuliakan Ilmu
dan Ulama. Saya tidak tau, apakah ihtirom murid beliau di UIN Suska Riau juga
demikian?
Sampai
akhirnya, saat pertama kali berjumpa. Saya meminta agar di anggap sebagai murid
beliau.
Saya baru sadar ketika kiyai saya pimpinan Gontor. KH. Hasan Abdullah Sahal berpesan saat melepas kami ke Mesir. Bahwa tingkatan penuntut ilmu itu ada 3,
Pertama adalah, تكبر "Takabbara" (sombong).
Setelah belajar Ilmu merasa sudah bnyak memiliki ilmu.
Fase yang kedua, تواضع "Tawaadho'a" (rendah hati). Setelah banyak ilmu yang di miliki, ternyata masih banyak yang belum di kuasai, maka muncul rasa rendah hati.
Yang terakhir yaitu,
علم أن لا علم له
"Alima An Laa 'Ilma lahu"
(Merasa dia tidak punya ilmu)
Setelah melihat ada yang lebih tinggi ilmunya, maka kita merasa diri ini tak ada ilmu sama sekali. Semoga kita semua tergolong yang ketiga.
Saya baru sadar ketika kiyai saya pimpinan Gontor. KH. Hasan Abdullah Sahal berpesan saat melepas kami ke Mesir. Bahwa tingkatan penuntut ilmu itu ada 3,
Pertama adalah, تكبر "Takabbara" (sombong).
Setelah belajar Ilmu merasa sudah bnyak memiliki ilmu.
Fase yang kedua, تواضع "Tawaadho'a" (rendah hati). Setelah banyak ilmu yang di miliki, ternyata masih banyak yang belum di kuasai, maka muncul rasa rendah hati.
Yang terakhir yaitu,
علم أن لا علم له
"Alima An Laa 'Ilma lahu"
(Merasa dia tidak punya ilmu)
Setelah melihat ada yang lebih tinggi ilmunya, maka kita merasa diri ini tak ada ilmu sama sekali. Semoga kita semua tergolong yang ketiga.
Saat duduk di
hadapan beliau, saya hanya bisa mendengarkan. Tidak berani untuk mengeluarkan
kata kata yang mengarah kepada menggurui. Karna kewajiban seorang murid adalah
mendengarkan, memperhatikan dan berakhlak yang baik kepada sang guru. Pesan
sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu.
من علمني حرفا
صرت له عبدا
"Siapa yang mengajarkan ku satu
huruf, aku bersedia menjadi pelayan nya"
Begitulah
seharusnya sikap dan bakti kita kepada orang yang telah mengajarkan kita Ilmu.
Semakin hari,
umat semakin mencintai beliau. Saya melihat dari komentar-komentar di lapangan
yang ada di FP dan di youtube. Atau dalam dunia nyata. Doa-doa yang selalu di
lantunkan oleh jama'ah itulah yang membuat beliau di berikan Allah kekuatan
lahir dan bathin. Semoga kita di pertemukan di Surga bersama orang orang yang
Sholih.
Pesan saya
kepada teman teman agar meminimalisir pertanyaan kepada beliau yang berbau
sensitif atau berpotensi menimbulkan respon negatif dari orang yang tidak
senang dengan beliau. Bertanyalah pertanyaan yang dapat menambah keimanan dan
semangat dalam beribadah. Dan bagi yang suka mengupload video beliau di sosial
media agar jangan sampai memberikan judul video yang aneh hanya untuk
kepentingan pribadi dan na'udzubillah akan bertambah fitnah yang Di tujukan
kepada beliau.
Adapun harapan
kepada Tuan guru, agar tetap sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari
jama'ah yang mungkin itu sudah berkali kali di ulang. Sehingga terkadang timbul
rasa geram, dan beliau menaikkan nada berbicara. Mungkin saja jama'ah yang
bertanya itu baru kali itu datang ke majlis beliau. Dan mungkin datang dari
tempat yang sangat jauh terpencil, sehingga untuk menyelami samudera keilmuan
yang ada di youtube dia tidak bisa, di karenakan tidak ada sinyal. Atau mungkin
karna sudah tua renta sehingga pertanyaan sebelumnya belum bisa di tangkap
langsung, dan butuh pengulangan. Semoga tuan guru tetap di beri kesabaran.
Beliau tidak
pernah berdakwah untuk di kenal manusia, karna saya masih ingat postingan
beliau mengenai nasehat Syeikh Musthofa Ala Naimah. Bahwa "engkau di
jadikan Allah Masyhur adalah untuk mengenalkan Allah, bukan untuk
mengenalkan dirimu" (akun FB pribadi beliau sebelum beliau hapus)
Adapun ketika banyak orang mengagumi, memuliakan, mencintai beliau, itu karna karunia dan janji Allah yang akan mengangkat derajat orang yang berilmu.
Adapun ketika banyak orang mengagumi, memuliakan, mencintai beliau, itu karna karunia dan janji Allah yang akan mengangkat derajat orang yang berilmu.
Foto di bawah
adalah saat saya dan teman teman mendampingi beliau menemui Syeikh Ali Jum'ah,
usai menghadiri majlis istifta' beliau. Tampak dari kamera , mata Ustadz Abdul
Somad berkaca kaca, mungkin karna rasa haru dan bahagia yang bercampur dapat
kembali duduk belajar di hadapan para Ulama Azhar, dan beliau hampir menangis
saat Syeikh Ali Jum'ah membahas tentang Al Quds (Al Aqsha) dan fitnah kepada
syeikh Ali Jum'ah saat keberadaan beliau di Al Quds.
Tentunya
menjadi Batu loncatan dan motivasi bagi kita semua pada umumnya, dan mahasiswa
Al Azhar pada khusunya. Bahwa beliau saja masih haus akan ilmu, jauh jauh pergi
ke Mesir hanya ingin duduk bersama Ulama untuk belajar. Bagaimana dengan kita,
yang bekalnya belum seberapa untuk terjun ke masyarakat. Bahkan ada yang
bermukim di Mesir , tapi enggan berkunjung kepada para ulama untuk belajar.
Kami sangat
mencintaimu gurunda Ustadz Abdul Somad.
Orang yang
membencimu hanya segelintir. Kami ingat pesanmu bhwa, "ingat selalu firman
Allah"
ألا إن أولياء
الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون.
Ketahuilah
bahwa Orang orang yang menolong agama Allah tidak ada rasa takut dalam hati
mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
Kami tidak
berada di belakang mu gurunda, tapi kami ada di barisan terdepan menyuarakan
yang haq. Semoga Allah senantiasa memberkahimu kesehatan lahir dan bathin. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar