MENCINTAI ANAK TANPA
SYARAT
Dear, Ayah Bunda
Pernahkah
mendengar kisah tentang orangtua yang mendidik dan membesarkan anaknya dengan
berbagai daya dan upaya, melimpahinya dengan cinta dan kasih sayang yang
berlimpah, namun saat si anak dewasa, bahkan untuk menjenguk orangtuanya yang
telah renta pun Ia tak bisa meluangkan sedikit waktunya?
Apa yang ada di benak
Ayah Bunda?
Mengatakan bahwa anak itu adalah anak yang durhaka?
Dan membayangkan betapa terluka dan sakit hatinya orangtua dari anak tersebut?
Mengatakan bahwa anak itu adalah anak yang durhaka?
Dan membayangkan betapa terluka dan sakit hatinya orangtua dari anak tersebut?
Ya,
ya, ya. Kebanyakan dari kita pasti akan berfikir demikian.
Namun
sebelum jauh ke sana, mari sama-sama kita berfikir dan bertanya pada hati kecil
kita masing-masing:
Apa sebenarnya tujuan kita membesarkan, merawat dan mendidik putra-putri kita?
Apa sebenarnya tujuan kita membesarkan, merawat dan mendidik putra-putri kita?
Agar
mereka menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa?
Agar
mereka menjadi manusia yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi sesama?
Atau...
Agar
mereka menjadi anak berbakti dan membalas segala jerih payah kita saat kita
telah berusia senja?
Ah,
alangkah ruginya jika kita membesarkan anak dengan susah payah, semata karena
berharap bahwa sang anak akan membalas semua kebaikan kita.
Lalu
jika itu tidak terjadi, apakah kita akan mengisi masa senja dengan sedih,
kecewa, dan sesal?
Ayah
Bunda,
Betapa banyak orangtua yang sejak anaknya masih begitu belia menjejalkan berbagai keterampilan, berbagai les yang bahkan tak disenangi oleh anaknya. Demi kebaikan anak, dalih mereka.
Betapa banyak orangtua yang sejak anaknya masih begitu belia menjejalkan berbagai keterampilan, berbagai les yang bahkan tak disenangi oleh anaknya. Demi kebaikan anak, dalih mereka.
Betapa
banyak orangtua yang mendidik anaknya sedemikian rupa lalu kecewa karena
anaknya tak kunjung menjadi sempurna seperti yang diharapkan: berprestasi di
bidang akademis, sukses di karir dan keuangan.
Subhanallah ...
Subhanallah ...
Tersebab
itu, Ayah Bunda
Mari kita luruskan niat dan kembalikan tujuan pengasuhan kita. Allah memerintahkan kita mendidik anak agar menjadi ‘Khairannas’, sebaik-baik manusia, bukan semata menyenangkan orangtuanya.
Mari kita luruskan niat dan kembalikan tujuan pengasuhan kita. Allah memerintahkan kita mendidik anak agar menjadi ‘Khairannas’, sebaik-baik manusia, bukan semata menyenangkan orangtuanya.
Tidak
ada yang lebih berharga untuk kita wariskan kepada anak-anak kita melebihi
segenggam iman yang kita harapkan dengan sepenuh kesungguhan agar tumbuh
berakar menguat dalam jiwa mereka.
Nah,
inilah yang perlu kita renungkan seraya mengingat bahwa sepeninggal kita nanti,
di luar shadaqah jariyah dan ilmu yang manfaat, tak adalagi yang dapat kita
harapkan manfaatnya selain anak-anak shalih yang mendo’akan.
Artinya,
pertama-pertama mereka harus menjadi pribadi yang shalih dulu, lalu bersebab
keshalihannya mereka mendo’akan kita. Bisa saja anak mendo’akan kita setiap
hari meskipun mereka tidak shalih. Tetapi apa manfaat yang dapat kita harap
jika mereka mengerjakan apa-apa yang menjadi penghalang terkabulnya do’a? Maka,
atas do’a anak-anak kita, yang pertama kali kita perlu risaukan adalah iman
mereka, keshalihan mereka.
Berikan
kasih sayang, perhatian, pendidikan dan cinta tanpa syarat pada anak-anak. Tak
peduli bahwa Ia punya prestasi yang biasa-biasa saja, tak peduli bahwa Ia tidak
memiliki bakat istimewa.
Toh mereka, anak-anak kita, akan selalu menjadi yang teristimewa di hati kita, bukan?
Toh mereka, anak-anak kita, akan selalu menjadi yang teristimewa di hati kita, bukan?
Semoga
ketulusan Ayah Bunda bisa dirasakan dan menjadi pijakan baginya untuk kelak
dapat membagi kasih sayang kepada semesta.
Semoga
kasih sayang yang Ayah Bunda berikan berbuah kebahagiaan lahir dan bathin.
Kebahagiaan bukan saja di dunia, tapi juga di akhirat. Insya ALLAH :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar