InspirasI

Jumat, 11 November 2016

MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT

Dear, Ayah Bunda
Pernahkah mendengar kisah tentang orangtua yang mendidik dan membesarkan anaknya dengan berbagai daya dan upaya, melimpahinya dengan cinta dan kasih sayang yang berlimpah, namun saat si anak dewasa, bahkan untuk menjenguk orangtuanya yang telah renta pun Ia tak bisa meluangkan sedikit waktunya?
Apa yang ada di benak Ayah Bunda? 
Mengatakan bahwa anak itu adalah anak yang durhaka?
Dan membayangkan betapa terluka dan sakit hatinya orangtua dari anak tersebut?
Ya, ya, ya. Kebanyakan dari kita pasti akan berfikir demikian.
Namun sebelum jauh ke sana, mari sama-sama kita berfikir dan bertanya pada hati kecil kita masing-masing:
Apa sebenarnya tujuan kita membesarkan, merawat dan mendidik putra-putri kita?
Agar mereka menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa?
Agar mereka menjadi manusia yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi sesama?
Atau...
Agar mereka menjadi anak berbakti dan membalas segala jerih payah kita saat kita telah berusia senja?
Ah, alangkah ruginya jika kita membesarkan anak dengan susah payah, semata karena berharap bahwa sang anak akan membalas semua kebaikan kita.
Lalu jika itu tidak terjadi, apakah kita akan mengisi masa senja dengan sedih, kecewa, dan sesal?
Ayah Bunda,
Betapa banyak orangtua yang sejak anaknya masih begitu belia menjejalkan berbagai keterampilan, berbagai les yang bahkan tak disenangi oleh anaknya. Demi kebaikan anak, dalih mereka.
Betapa banyak orangtua yang mendidik anaknya sedemikian rupa lalu kecewa karena anaknya tak kunjung menjadi sempurna seperti yang diharapkan: berprestasi di bidang akademis, sukses di karir dan keuangan.
Subhanallah ...
Tersebab itu, Ayah Bunda
Mari kita luruskan niat dan kembalikan tujuan pengasuhan kita. Allah memerintahkan kita mendidik anak agar menjadi ‘Khairannas’, sebaik-baik manusia, bukan semata menyenangkan orangtuanya.
Tidak ada yang lebih berharga untuk kita wariskan kepada anak-anak kita melebihi segenggam iman yang kita harapkan dengan sepenuh kesungguhan agar tumbuh berakar menguat dalam jiwa mereka.
Nah, inilah yang perlu kita renungkan seraya mengingat bahwa sepeninggal kita nanti, di luar shadaqah jariyah dan ilmu yang manfaat, tak adalagi yang dapat kita harapkan manfaatnya selain anak-anak shalih yang mendo’akan.
Artinya, pertama-pertama mereka harus menjadi pribadi yang shalih dulu, lalu bersebab keshalihannya mereka mendo’akan kita. Bisa saja anak mendo’akan kita setiap hari meskipun mereka tidak shalih. Tetapi apa manfaat yang dapat kita harap jika mereka mengerjakan apa-apa yang menjadi penghalang terkabulnya do’a? Maka, atas do’a anak-anak kita, yang pertama kali kita perlu risaukan adalah iman mereka, keshalihan mereka.
Berikan kasih sayang, perhatian, pendidikan dan cinta tanpa syarat pada anak-anak. Tak peduli bahwa Ia punya prestasi yang biasa-biasa saja, tak peduli bahwa Ia tidak memiliki bakat istimewa. 
Toh mereka, anak-anak kita, akan selalu menjadi yang teristimewa di hati kita, bukan?
Semoga ketulusan Ayah Bunda bisa dirasakan dan menjadi pijakan baginya untuk kelak dapat membagi kasih sayang kepada semesta.
Semoga kasih sayang yang Ayah Bunda berikan berbuah kebahagiaan lahir dan bathin. Kebahagiaan bukan saja di dunia, tapi juga di akhirat. Insya ALLAH :)


Tidak ada komentar: