MENGINGAT KEMBALI
MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Terkadang
fitrah estetika (keindahan) dan fitrah keimanan, luput ditumbuhkan melalui
keindahan sejarah. Sejarah seringkali digambarkan dengan peperangan dan politik
yang mengerikan.
Jarang
anak anak di nusantara tercerahkan dengan kisah indah masuknya Islam di
nusantara.
Anak
anak kita jarang tahu apalagi berkesan mendalam tentang Islam dari membaca
surat Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman yang dikirimkan kepada Umar bin Abdul
Aziz pada tahun 718 M (100H) yang menggambarkan kesan indah sang Raja pada
keelokan akhlak para pedagang dan pelaut Islam. Itu terbukti dengan meminta
dikirimnya ulama untuk menjelaskan tentang Islam.
Anak
anak kita jarang tahu apalagi berbinar binar matanya ketika membaca
penggambaran nusantara yang indah dari Sabang sampai Merauke oleh Ibnu Batutah
beserta pemetaan potensi dan realitas sosialnya. Beliau tiba di Aceh 1345M,
catatan catatannya kemudian dituangkan dalam bukunya, Rihla
Anak
anak kita harus tahu dan terhidayahkan, dengan bagaimana beliau memberi nama
Sumaptrah (Sumatera) dengan Andalas, karena terkenang gunung gunung yang indah
di Andalusia, dekat kampung halamannya di Maroko. Memberi nama pulau Jawa
dengan Yawadi. Memberi nama jazirah di timur yang banyak raja rajanya dengan
jaziratul Mulk, atau Maluku.
Barangkali
anak anak kita juga tidak tahu bahwa buku catatan Ibnu Batutah itu pada 1355 M,
dikirimkan sebagai hadiah kepada Sultan Turki, kakeknya Muhammad alFatih, yang
kemudian menjadi awal indahnya dakwah di Nusantara.
Buku
karya Batutah itulah yang menginspirasi sebuah perencanaan dakwah Islam di
Nusantara yang sangat indah luarbiasa. Perencanaan itu bukan mengirimkan
pasukan ke imperium Hindu dan Budha di Nusantara, namun mengirim para pakar dan
ulama dengan berbagai bidang ilmu yang bermanfaat bagi penduduk di Nusantara.
Para pakar itulah yang kita kenal dengan Wali Songo.
Wali
Songo adalah "the dream team" dakwah yang direkrut dari berbagai
wilayah Islam di Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dll dengan berbagai spesialisasi
yang dibutuhkan oleh ummat di Nusantara sesuai pemetaan dan analisa kebutuhan
yang ditulis oleh Ibnu Batutah
Begitu
berkesannya warga terhadap dakwah solutif dari Wali Songo yang dikirim oleh
Sultan Turki dalam beberapa gelombang, maka kurang dari 50 tahun sebuah
imperium Hindu dan Budha, semua rakyatnya konversi ke Islam. Para Wali inilah
yang mengajarkan banyak hal dari mulai irigasi sampai tatanegara, dari mulai
Tauhid sampai Ketentaraan bahkan antropologi dan astronomi..
Berdakwah
adalah memberikan solusi terbaik dengan peran terbaik, pada momen dan tempat
dimana ummat amat membutuhkan dalam realitas kehidupannya.
Kerajaan
Islam Pertama, yaitu Demak, menjadi contoh betapa indah dan eloknya kehidupan
para Sultannya yang sangat sederhana, dekat dengan masjid dan ulama. Sejarah
mencatat, kerajaan Demak yang berhasil mengirim 300 kapal perang untuk
menghalau Portugis di Malaka, ternyata bangunan kerajaannya tidak tersisa sama
sekali dimakan masa karena begitu sederhananya, hanya Masjid Demak yang masih
berdiri hingga kini.
Andai
anak kita bisa menikmati keindahan masuknya Islam dan keindahan perjalanan
dakwah di Nusantara, mereka akan memahami bagaimana seharusnya berdakwah dalam
keindahan, kesejukan dan keharmonian.
Mereka
akan terinspirasi hebat, fitrah imannya akan melahirkan keberanian sekaligus
kelembutan, kekuatan sekaligus keindahan, perencanaan dan strategi yang matang
sekaligus eksekusi yang brilian dan manusiawi dalam berdakwah. Mereka akan
menyadari bahwa berdakwah berbeda dengan berceramah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar