InspirasI

Sabtu, 05 November 2016

MENGINGAT KEMBALI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

Terkadang fitrah estetika (keindahan) dan fitrah keimanan, luput ditumbuhkan melalui keindahan sejarah. Sejarah seringkali digambarkan dengan peperangan dan politik yang mengerikan.
Jarang anak anak di nusantara tercerahkan dengan kisah indah masuknya Islam di nusantara.
Anak anak kita jarang tahu apalagi berkesan mendalam tentang Islam dari membaca surat Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman yang dikirimkan kepada Umar bin Abdul Aziz pada tahun 718 M (100H) yang menggambarkan kesan indah sang Raja pada keelokan akhlak para pedagang dan pelaut Islam. Itu terbukti dengan meminta dikirimnya ulama untuk menjelaskan tentang Islam.
Anak anak kita jarang tahu apalagi berbinar binar matanya ketika membaca penggambaran nusantara yang indah dari Sabang sampai Merauke oleh Ibnu Batutah beserta pemetaan potensi dan realitas sosialnya. Beliau tiba di Aceh 1345M, catatan catatannya kemudian dituangkan dalam bukunya, Rihla 
Anak anak kita harus tahu dan terhidayahkan, dengan bagaimana beliau memberi nama Sumaptrah (Sumatera) dengan Andalas, karena terkenang gunung gunung yang indah di Andalusia, dekat kampung halamannya di Maroko. Memberi nama pulau Jawa dengan Yawadi. Memberi nama jazirah di timur yang banyak raja rajanya dengan jaziratul Mulk, atau Maluku.
Barangkali anak anak kita juga tidak tahu bahwa buku catatan Ibnu Batutah itu pada 1355 M, dikirimkan sebagai hadiah kepada Sultan Turki, kakeknya Muhammad alFatih, yang kemudian menjadi awal indahnya dakwah di Nusantara.
Buku karya Batutah itulah yang menginspirasi sebuah perencanaan dakwah Islam di Nusantara yang sangat indah luarbiasa. Perencanaan itu bukan mengirimkan pasukan ke imperium Hindu dan Budha di Nusantara, namun mengirim para pakar dan ulama dengan berbagai bidang ilmu yang bermanfaat bagi penduduk di Nusantara. Para pakar itulah yang kita kenal dengan Wali Songo. 
Wali Songo adalah "the dream team" dakwah yang direkrut dari berbagai wilayah Islam di Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dll dengan berbagai spesialisasi yang dibutuhkan oleh ummat di Nusantara sesuai pemetaan dan analisa kebutuhan yang ditulis oleh Ibnu Batutah
Begitu berkesannya warga terhadap dakwah solutif dari Wali Songo yang dikirim oleh Sultan Turki dalam beberapa gelombang, maka kurang dari 50 tahun sebuah imperium Hindu dan Budha, semua rakyatnya konversi ke Islam. Para Wali inilah yang mengajarkan banyak hal dari mulai irigasi sampai tatanegara, dari mulai Tauhid sampai Ketentaraan bahkan antropologi dan astronomi..
Berdakwah adalah memberikan solusi terbaik dengan peran terbaik, pada momen dan tempat dimana ummat amat membutuhkan dalam realitas kehidupannya.
Kerajaan Islam Pertama, yaitu Demak, menjadi contoh betapa indah dan eloknya kehidupan para Sultannya yang sangat sederhana, dekat dengan masjid dan ulama. Sejarah mencatat, kerajaan Demak yang berhasil mengirim 300 kapal perang untuk menghalau Portugis di Malaka, ternyata bangunan kerajaannya tidak tersisa sama sekali dimakan masa karena begitu sederhananya, hanya Masjid Demak yang masih berdiri hingga kini.
Andai anak kita bisa menikmati keindahan masuknya Islam dan keindahan perjalanan dakwah di Nusantara, mereka akan memahami bagaimana seharusnya berdakwah dalam keindahan, kesejukan dan keharmonian.
Mereka akan terinspirasi hebat, fitrah imannya akan melahirkan keberanian sekaligus kelembutan, kekuatan sekaligus keindahan, perencanaan dan strategi yang matang sekaligus eksekusi yang brilian dan manusiawi dalam berdakwah. Mereka akan menyadari bahwa berdakwah berbeda dengan berceramah.

Tidak ada komentar: