InspirasI

Rabu, 31 Mei 2017

UKASYAH

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat.Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.
Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kmdn, penuhlah Masjid dg para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt taushiyah dr Rasulullah SAW.
Beliau duduk dg lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu-satunya Tuhan yg layak di sembah?"
Semua sahabat menjawab dg suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya  Tuhan yg layak disembah."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."
Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yg menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dg manusia."
Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing-masing  berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kpd Rasulullah".
Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.
Tiba-tiba bangun seorang lelaki yg bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sebelum masuk Islam, dia berkata:
"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".
Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".
Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tsb tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri dibelakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah".
Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."
Dengan suara yg agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."
Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.
Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pd Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. bukankah Baginda sedang sakit..!?"
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"
Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah utk memukul Rasulullah"
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sdg sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".
Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".
Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yg pertama beriman dg apa yg Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabtnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".
Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dg Ukasyah".
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yg boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dg Ukasyah".
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yg sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah" .
Ukasyah semakin dekat dg Rasulullah. Tiba-tiba tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.
Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dg menyakIiti kakek kami, wahai Paman."
Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu-cucu kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah".
Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata:
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"
Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama-lama dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sangat indah, sedang bbrp batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.
Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah akan murka padamu."
Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh-jauh, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi-jadinya.
Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku
melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dg tubuhmu.
Seumur hidupku aku ber-cita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.
Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."
Rasulullah SAW dg senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"
Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.
Semoga dengan membaca ini bila ada air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT....

S I M B O K

"Mbok,  kita kan sekarang cuma tinggal berdua, kenapa simbok tetap masak segitu banyak? Dulu waktu kita masih komplet berenam aja simbok masaknya selalu lebih. Mbok yao dikurangi, mbook...ben ngiriit.." kataku dg mulut penuh makanan masakan simbokku siang ini: nasi liwet anget, sambel trasi beraroma jeruk purut, tempe garit bumbu bawang uyah, sepotong ikan asin bakar,  dan jangan asem jowo. Menu surga bagiku.
Sambil membenahi letak kayu2 bakar di tungku, simbok menjawab, "Hambok yo ben toooo..."
"Mubazir, mbok. Kayak kita ini orang kaya aja.." sahutku
"Opo iyo mubazir? Mana buktinya? Ndi jal?" tanya simbok kalem. Kadang aku benci melihat gaya kalem simbok itu. Kalo sudah begitu, ujung2nya pasti aku bakal kalah argumen.
"Lhaa itu?, tiap hari kan yo cuma simbok bagi2in ke tetangga2 to? Orang2 yg liwat2 mau ke pasar itu barang??" aku ngeyel.
"Itu namanya sedekah, bukan mubazir.. Cah sekolah kok ra ngerti mbedakke sodakoh ro barang kebuang.."
"Sodakoh kok mben dino?! Koyo sing wes sugih2o wae, mbooook mbok!" nadaku mulai tinggi.
"Ukuran sugih ki opo to, Kir?" Ah, gemes lihat ekspresi kalem simbok itu!
"Hayo turah2 le duwe opo2..Ngono we ndadak tekon!"
"Lha aku lak yo duwe panganan turah2 to? Pancen aku sugih, mulo aku iso aweh...".
Tangannya yg legam dg kulit yg makin keriput menyeka peluh di pelipisnya. Lalu simbok menggeser dingkliknya, menghadap persis di depanku. Aku terdiam sambil meneruskan makanku, kehilangan selera utk berdebat.
"Le, kita ini sudah dapat jatah rejeki masing2, tapi kewajiban kita kurang lebih sama: sebisa mungkin memberi buat liyan. Sugih itu keluasan atimu untuk memberi, bukan soal kumpulan banda brana.
Nek nunggu bandamu nglumpuk  lagek aweh, ndak kowe mengko rumongso isih duwe butuh terus, dadi ra tau iso aweh kanthi iklas.
Simbokmu iki sugih, le,  mben dino duwe pangan turah2, dadi iso aweh, tur kudu aweh.
Perkoro simbokmu iki ora duwe banda brana, iku dudu ukuran. Sing penting awake dewe iki ora kapiran, iso mangan, iso urip, iso ngibadah, kowe podo iso sekolah, podo dadi uwong.. opo ora hebat kuwi pinaringane Gusti, ing atase simbokmu iki wong ora duwe tur ora sekolah?", simbok tersenyum adem.
"Iyo, iyoooooh.."
"Kowe arep takon ngopo kok aku masak akeh mben dino?"
"He eh."
"Ngene, Kir, mbiyen simbahmu putri yo mulang aku. Jarene: "Mut, nek masak ki diluwihi, ora ketang diakehi kuwahe opo segone. E....mbok menowo ono tonggo kiwo tengen wengi2 ketamon dayoh, kedatangan tamu jauh, atau anaknya lapar malam2, kan paling ora ono sego karo duduh jangan..".. ngono kuwi, le.
Dadi simbok ki dadi kulino seko cilik nyediani kendi neng ngarep omah kanggo wong2 sing liwat, nek mangsak mesti akeh nak ono tonggo teparo mbutuhke. Pancen niate wes ngunu kuwi yo dadi ra tau jenenge panganan kebuang2... Paham?"
Aku diam. Kucuci tanganku di air baskom bekas simbok mencuci sayuran. Aku bangkit dari dingklikku di depan tungku, mengecup kening keriput simbokku, trus berlalu masuk kamar.
Ah, simbok. Perempuan yg ngga pernah makan sekolahan dan menurutku miskin itu hanya belajar dari simboknya sendiri dan dari kehidupan, dan dia bisa begitu menghayati dan menikmati cintanya kepada sesamanya dg caranya sendiri.
Sementara aku, manusia modern yg bangga belajar kapitalisme dgn segala hitung2an untung rugi, selalu khawatir akan hidup kekurangan, lupa bhw ada Gusti Allah sing menjamin hidup setiap mahluk yg bernyawa.
Simbokku benar, sugih itu kemampuan hati utk memberi utk liyan, bukan soal mengumpulkan utk diri sendiri.
Ora sugih bondo anangin sugih ati....

Selasa, 30 Mei 2017


PERJALANAN   MANUSIA

Manusia diciptakan dari tanah
berpijak dan hidup pun diatas tanah
Pada akhirnyapun akan kembali menjadi tanah, 
jadi tak perlu bersifat langit
tak perduli kamu siapa
tak penting kamu kerja apa
tak dibutuhkan hartamu setumpuk apa
pun, tak pandang kamu secantik/setampan siapa
yang pasti
kita semua kan kembali
yang pasti kita semua kan menjumpai mati..
Mati......
kita akan bertemu nanti
atau bahkan detik ini
bisa jadi pagi ini
malah-malah dia kan datang pada waktu yg kita tak kan bs mnyelidiki
kapan dan dimana menghampiri
karna mati
ialah rahasia allah..
Allah subhanallahi ta'alla berfirman ; " Dan tidak seorangpun yg dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati". (QS. Lukman:34)
Ingatlah Wahai hati
ketika kita berjalan menuju ranjang malam ini
guna berbaring mengistirahatkan diri
itu bukanlah ranjang yg nyaman dan abadi
curigailah dosa diri
waspadalah pada amal yg masih sedikit ini
jangan-jangan, esok tak kita dapati sang mentari.
kuburanlah ranjang terakhirmu nanti
disana tuk menanti hari kiamat menghampiri
ukurannya kecil,sempit dan sunyi
tak'kan ada lampu yg menerangi
apalagi teman/saudara yg menemani
Kau sendiri
terbaring kaku, lemah dgn Kain kafan putih suci
Kini cemas hati,
apakah kita kan dapat mnjawab pertanyaan" malaikat-malaikat allah..???
atau malah, kita kan mendapati siksa kubur yg pasti ngeri..
wallahualam..

HP  MUKIDI

Ibu : Ora traweh le. ..? 
Mukidi : Mboten Buk..!!!!
Ibu : La kenopo ra traweh..
Mukidi : Soale kulo mbeto hp..
Ibu : Lha hubungane opo nggowo hp kok ora traweh...
Mukidi : Niku buk ....takmir masjid wau sanjang pas bade sholat, sing gowo hp d pateni wae.
La ketimbang kulo di pateni jama'ah sak masjid luwih becik kulo wangsul mawon.


KISAH SEORANG DOKTER DARI  BANDUNG

Sejak pulang dari itikaf di masjid selama tiga  hari bersama jamaah dakwah, dokter Agus menjadi pribadi yang berbeda. Sedikit-sedikit bicaranya Allah, sedikit-sedikit bicaranya Rasulullah.
Cara makan dan cara tidurnya pun berbeda, katanya itulah cara tidur Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Rupanya, pengalaman itikaf dan belajar di masjid betul-betul berkesan baginya. Ada semangat baru.
Namun beliau juga jadi lebih banyak merenung. Dia selalu teringat-ingat dengan kalimat yang dibicarakan amir jamaah.
“Obat tidak dapat menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah.
Obat bisa menyembuhkan berhajat kepada Allah, karena sunnatullah.
Sedang Allah menyembuhkan, tidak berhajat melalui obat.
Allah bisa menyembuhkan dengan obat atau bahkan tanpa obat.
Yang menyembuhkan bukanlah obat, yang menyembuhkan adalah Allah.”
Dia-pun merenung, bukan hanya obat, bahkan dokter pun tidak punya upaya untuk memberi kesembuhan. Yang memberi kesembuhan adalah Allah.
Sejak itu, sebelum memeriksa pasiennya, ia selalu bertanya.
“Bapak sebelum ke sini sudah izin dulu kepada Allah?” atau “Sudah berdoa meminta kesembuhan kepada Allah?” atau “Sudah lapor dulu kepada Allah?"
Jika dijawab belum (kebanyakan memang belum), beliau meminta pasien tersebut mengambil air wudhu, dan shalat dua rakaat di tempat yang telah disediakan
Jika memberikan obat, beliau pun berpesan dengan kalimat yang sama. “Obat tidak bisa menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah. Namun berobat adalah sunnah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sebagai ikhtiar dan sunnatullah, agar Allah mau menyembuhkan”.
Ajaib! banyak pasien yang sembuh.
Jika diperiksa dengan ilmu medis, peluang sehatnya hampir tidak ada, ketika diberikan terapi “Yakin” yang diberikan beliau, menjadi sehat.
Pernah ada pasien yang mengeluh sakit, beliau minta agar orang tsb. untuk shalat dua rakaat (minta ampun dan minta kesembuhan kepada Allah), ketika selesai shalat pasien tersebut langsung merasa sehat dan tidak jadi berobat.
Rudi, Asistennya bertanya, kenapa dia langsung sembuh? 
Dr. Agus katakan, bisa jadi sumber sakitnya ada di hati, hati yang gersang karena jauh dari Allah.
Efek lain adalah pasiennya pulang dalam keadaan senang dan gembira. Karena tidak hanya fisiknya yang diobati, namun batinnya pun terobati.
Hati yang sehat, membuat fisik yang kuat. Dan sebaik-baik obat hati adalah Dzikir, Al-Quran, Wudhu, Shalat, Do'a dan tawakal pada Allah.
Pernah ada pasien yang jantungnya bermasalah dan harus dioperasi.
Selain “Yakin”, beliau juga mengajarkan terapi cara hidup Rasulullah. Pasien tersebut diminta mengamalkan satu sunnah saja, yaitu sunnah tidur. Sebelum tidur berwudhu, kalau bisa shalat dua rakaat, berdoa, berdzkir, menutup aurat, posisi kanan adalah kiblat, dan tubuh miring ke kanan.
Seminggu kemudian, pasien tersebut diperiksa. Alhamdulillah, tidak perlu dilakukan operasi. Allah telah memberi kesembuhan atasnya.
Ada juga pasien yang ginjalnya bermasalah. Beliau minta agar pasien tersebut mengamalkan sunnah makan dan sunnah di dalam WC. Makan dengan duduk sunnah sehingga posisi tubuh otomatis membagi perut menjadi 3 (udara, makanan, dan air). Kemudian buang air kecil dengan cara duduk sunnah, menguras habis-habis kencing yang tersisa dengan berdehem 3 kali, mengurut, dan membasuhnya dengan bersih.
Seminggu kemudian, saat diperiksa ternyata Allah berikan kesembuhan kepada orang tersebut.
Rudi pernah sedikit protes. Sejak melibatkan Allah, pasiennya jadi jarang bolak-balik dan berisiko mengurangi pendapatan beliau.
Namun Dr. Agus katakan bahwa rezeki adalah urusan Allah. Dan beliau jawab dengan kalimat yang sama dengan redaksi yang berbeda, bahwa “Sakitnya pasien tidak dapat mendatangkan rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah. Allah juga bisa mendatangkan rezeki tanpa melalui sakitnya pasien”.
Enam bulan berikutnya seorang pasien yang pernah sembuh karena diminta shalat oleh beliau, datang ke klinik, mengucapkan terima kasih, dan berniat mengajak dokter serta asistennya umroh bulan depan.
Dr. Agus kemudian memanggil Rudi ke dalam ruangan. Sebenarnya beliau tahu bahwa Rudi ingin:  sekali berangkat umrah. Namun kali ini beliau ingin bertanya langsung dengannya.
“Rudi, bapak ini mengajak kita untuk umrah bulan depan, kamu bersedia?”
Rudi tidak menjawab, namun matanya berbinar, air matanya tampak mau jatuh.
“Sebelum menjawab, saya izin shalat dulu pak,” ucapnya lirih. Ia shalat lama sekali, sepertinya ini shalat dia yang paling khusyu'.
Pelan, terdengar dia terisak-isak menangis dalam doanya.
------

Dr Agus Thosin, SpJP (Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah) praktek di RSAI Bandung

Senin, 29 Mei 2017

SELFIE DALAM PANDANGAN ISLAM

Selfie kini sudah menjadi gaya hidup. Tak lengkap rasanya jika melakukan aktivitas baru atau pergi ke tempat baru tanpa melakukan selfie.
Demam selfie kini juga melanda siapa saja, termasuk para Muslimah. Tak jarang selfie para Muslimah diunggah di media sosial sehingga bisa dilihat banyak orang. Lalu, bagaimana sebenarnya hukum selfie bagi Muslimah?
Berfoto, baik Muslim maupun Muslimah, adalah perkara muamalah yang hukum asalnya boleh. Kaidah fikih menyebutkan, al-Aslu fil mu'amalah al-ibahah hatta yadullad dalilu 'ala at-tahrim (asal hukum mu'amalah adalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya).
Sebagian kelompok memang pernah mengharamkan foto, khususnya foto dengan objek makhluk bernyawa. Mereka berpendapat, foto sama saja dengan gambar atau lukisan. Berdalil dari hadis Rasulullah SAW, "Sesungguhnya, manusia yang paling keras disiksa di hari Kiamat adalah para tukang gambar (yang mereka yang meniru ciptaan Allah)." (HR Bukhari Muslim).
Namun, pendapat kalangan ini banyak dibantah. Bantahan paling mematahkan dari teknis fotografi sendiri. Teknik pengambilan foto sama sekali berbeda dengan lukisan. Tidak ada unsur meniru dalam fotografi karena hanya mencetak objek hasil dari bayangan. Jadi, fotografi sama sekali tak bisa disamakan dengan melukis, seperti disebutkan dalam hadis tersebut.
Tak bisa pula dimungkiri, tuntutan zaman modern dan kebutuhan umat manusia akan foto sangat tinggi, seperti urgensi foto pada surat kabar, bahan investigasi atau bahan bukti pihak kepolisian dan pengadilan, dokumentasi dan pencatatan sipil warga negara, serta hal-hal penting lainnya. Semuanya itu mutlak membutuhkan foto.
Persoalan selfie mengikut pada hukum asal dari foto itu sendiri, yakni mubah. Halal-haram dari hukum asal tersebut bergantung dari tujuan dan niat dari si mukalaf (pelaku). Ibaratnya, mubah menggunakan telepon seluler. Jika digunakan untuk berkomunikasi, hukumnya boleh. Jika digunakan untuk berdakwah, hukumnya mandub (sunah), bahkan wajib. Namun, jika digunakan untuk menipu, menghina, atau melecehkan orang, hukumnya haram. Selfie juga masuk dalam kategori seperti itu.
Jadi, tidak mustahil selfie bisa menjadi mandub. Misalkan, seorang anak yang merantau dan jauh dari orang tuanya. Untuk mengobati kerinduan, si anak selfie di daerah perantauan dan mengirimkannya kepada orang tuanya. Bisa saja hal ini dihukumi mandub dan berpahala karena si mukalaf telah melakukan kebaikan dengan selfie.
Namun, bisa juga berfoto selfie menjadi haram jika membawa pada yang haram. Misalkan, selfie yang diunggah ke media sosial dengan tujuan riya atau pamer karena telah melakukan kebaikan. Firman Allah SWT, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS an-Nisa' [4]: 142).
Persoalan riya dan ujub adalah persoalan hati. Seseorang tak bisa menilai foto orang lain apakah didasarkan riya atau tidak. Semuanya kembali kepada si pemilik foto. Hanya dia dan Allah SWT saja yang lebih mengetahui tujuan dan niat dari foto selfie-nya. Selama tak ada niat atau tujuan yang mengarah pada keharaman, tentu saja selfie tak bisa pula diharamkan.
Selfie memang lebih banyak digandrungi kaum hawa. Terkhusus, bagi Muslimah yang ingin selfie, dipesankan untuk menjaga adab-adab Islami ketika berfoto. Misalnya, menutup aurat secara sempurna dan memastikan tidak ada aurat yang tersingkap. Di samping menjaga akhlak dan sikap dengan baik, Muslimah dipesankan untuk tidak meniru pose-pose wanita Jahiliyah sehingga berpotensi membangkitkan keinginan orang-orang jahat untuk berbuat negatif.
Bagi Muslimah yang ingin mengunggah foto-fotonya ke internet juga perlu kehati-hatian. Perlu diwaspadai para Muslimah agar tidak sembarangan mengumbar foto-fotonya di media sosial. Mengingat banyaknya pihak tak bertanggung jawab memakai foto-foto wanita untuk tujuan negatif. Bisa juga orang yang memiliki penyakit hati akan membawa dampak buruk bagi si pemilik foto. (Republika) .
Wallahu a'lam.

Minggu, 28 Mei 2017

BATAL PUASA TIDAK

Disuatu pengajian ada tanya jawab seputar puasa.

Jamaah : Ustadz, Bagaimana hukumnya ngopi ketika sedang berpuasa. Apakah batal?

Ustadz: Ngopi itu boleh2 saja,  asalkan *flashdisk*nya gak ditelan 
 
TANGIS IMAM MALIK SAAT BUKA PUASA

Dalam sebuah riwayat Sayidinal-Imam Malik ibn Anas atau nama lengkapnya: Mālik ibn Anas bin Malik bin 'Āmr bin `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani, lahir di Madinah pada tahun 714M/93H, dan meninggal pada tahun 800M/179H, beliau adalah pakar ilmu fiqh dan hadits (pengarang kitab al-Muwatha') serta pendiri Madzhab Maliki, dalam sebuah riwayat di bulan Ramdhan pada saat berbuka puasa beliau menangis hingga bercucuran air matanya membasahi janggutnya, lalu salah satu muridnya bertanya.
Murid: ''Wahai guruku yang mulia, kenapakah engkau menangis sedemikian sedih serta menyayat hati kami?? Apakah ada di antara kami yang membuat hatimu sedih, atau hidangan ini kurang berkenan??!"
Imam Malik: ''Tidak ... tidak wahai murid-muridku. Sungguh, kalian adalah murid-murid terbaikku dan sangat khidmah padaku, bahkan hidangan ini teramat nikmat buatku."
Murid: ''Lalu kenapakah wahai guru kami yang tercinta?"
Imam Malik: ''Sungguh, aku pernah berbuka dengan guruku (Sayidinal-Imam Ja'far ash-Shadiq, cucu Baginda Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam), dalam makanan yang nikmat seperti saat ini, dan beliau (Sayidina Ja'far ash-Shadiq) berkata sambil terisak, ''Wahai ibnu Anas (Imam Malik) tahukah engkau, Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang berbuka dengan 3 buah kurma dan air, tapi beliau merasa sangat nikmat penuh syukur, bahkan seringkali Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam hanya berbuka sebutir kurma di bagi dengan Sayyidatuna Aisyah, tapi sungguh beliau merasa sangatlah nikmat, beliau (Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam) sedikit sahur dan bukanya, tapi sangatlah banyak ibadah dan syukurnya, dan beliau selalu mendoakan kita umatnya yang selalu lalai kepada Baginda!!!"
"Sedang hari ini, kita di penuhi makanan nikmat dalam berbuka, tapi kita sangatlah jauh dari ibadah dan rasa syukur??" Lanjut Imam Malik, "Dan tahukah kalian setelah berkata itu, maka guruku manusia yang mulia (Sayidinal-Imam Ja'far ash-Shadiq) pingsan karena tiada mampu terkenang akan Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam." Masya Allah Tabarakallah ...
Setelah Imam Malik ibn Anas menceritakan hal itu sambil terisak tangis kepada murid-muridnya, maka tiba-tiba ruangan tersebut menjadi haru dengan isak pilu kerinduan kepada Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Allah ... Allah ... Ya Rasulallah). 
Mari tataplah santapan sahur dan berbuka kita, lalu telaah amal ibadah kita. Bersyukurkah kita atau kufurkah kita ??? Wallahu A'lam.

                                  KISAH NYATA: TELAT MENIKAH

Bismillaah...
Aku sudah lulus dari kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus.
Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, akan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.
Kemudian kesibukan kerja dan karir memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai berumur 34 tahun.
Ketika itulah aku baru menyadari bagaimana susahnya terlambat menikah.
Pada suatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya.
Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.
Setelah berlalu dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin.
Aku segera menemuinya. Tiba-tiba ia mengeluarkan photo copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?
Aku menjawab: Benar.
Lalu ia berkata: Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!
Aku menjawab: Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata lagi: Iya, sama saja.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.
Sementara aku ingin sekali menimang cucu.
Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya.
Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.
Akupun pergi ke Mekah.
Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka’bah.
Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.
Setelah selesai shalat, aku melihat seorang perempuan membaca al Qur’an dengan suara yang sangat merdu.
Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:
(وكان فضل الله عليك عظيما)
“Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar”.
(An Nisa’: 113)
Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.
Tiba-tiba perempuan itu merangkulku ke pangkuannya.
Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضي)
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”.
(Adh Dhuha: 5)
Demi Allah, seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya luar biasa, jiwaku menjadi tenang.
Setelah seluruh ritual umrah selesai, aku kembali ke Cairo.
Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.
Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun.
Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku.
Kami bertanya kepadanya, dalam rangka apa ia datang ke bandara?
Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tumpangi.
Hanya beberapa saat, tiba-tiba temannya itu datang.
Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.
Selanjutnya aku berlalu dengan ayahku…..
Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara menelphonku.
Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku.
Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga.
Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.
Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.
Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu.
Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya.
Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.
Akhirnya…..aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu.
Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi.
Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri.
Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.
Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan.
Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku.
Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.
Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku.
Perasaanku mulai diliputi kecemasan.
Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.
Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan.
Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.
Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman.
Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikitnya, karena hasilnya sudah jelas.
Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”
Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya.
Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.
Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung.
Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.
Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab:
Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.
Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan.
Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar.
Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan.
Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah.
Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.
Aku dikagetkan dengan pernyataannya:
“Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?
Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan.
Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.
Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.
Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضى)
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami…” (Ath Thur: 48)
Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menelantarkanmu.
Hikmah Puasa Ramadhan dalam Segala Aspek

1. Mengasah ketaqwaan seorang hamba
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).
Ya, dengan disyariatkannya ibadah puasa di bulan Ramadhan maka seorang muslim akan melatih dirinya selama sebulan penuh untuk menghindari segala larangannya dan bahkan sesuatu yang halal di bulan lain akan menjadi haram bagianya di bulan tersebut. Inilah yang diistilahkan dengan madrasah mutamayizah (sekolah istemewa). Jika hal yang halal saja bisa kita tahan untuk tidak melakukannya, seperti makan dan minum serta berhubungan suami-istri, maka diharapkan setelah masuk pada bulan syawal hingga puasa pada tahun selanjutnya, hal-hal yang sifatnya haram sudah barang tentu lebih mampu dihindari.

2. Ramadahan sebagai jalan penghapus dosa
Sebagaimana Abu Hurairah ra. meriwayatkan dari Nabi saw., beliau bersabda:
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Barang-siapa menegakkan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Alangkah beruntungnya orang yang bisa menjalankan puasa Ramadhan, bahkan dikatakan bahwa jika telah masuk bulan mulia ini para setan menangis terseduh-seduh karena iri terhadap manusia yang mendapat ampunan dari Allah.

3. Menahan lapar untuk melatih kesabaran
“Puasa adalah setengah dari kesabaran.” (HR. Ibnu Majah)
“Puasa bulan kesabaran dan tiga hari dalam setiap bulan dapat melenyapkan kedengkian dalam dada.”(HR. Ahmad, dan dari Bazzar dari Ali dan Ibnu Abbas, dan Thabrani dan Baghawy dari Namr bin Tulab. Lihat Al-Jami’ Ash-Shagir 3804)
Salah satu bentuk ksesempurnaan puasa adalah dengan tidak berbantah-bantahan dan tidak mudah melampiaskan kemarahan yang mana intinya adalah anjuran untuk berprilaku sabar. Bahkan dikatakan dalam sebuah hadis Nabi,
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.”
Jadi, pada dasarnya hikmah puasa Ramadhan adalah bukan hanya untuk menahan lapar dan haus saja, tapi juga emosi agar pada bulan tersebut dapat menjadi gemblengan bagi seorang muslim untuk menjadi hamba yang lebih mampu menata emosianalnya.

4. Manfaat puasa sebagai Perisai diri
Sebagaimana halnya Nabi Saw. bersabda bahwa puasa sebagai junnah atau “perisai”.  Sabda tersebut terdapat pada dua hadis di bawah:
“Puasa adalah perisai dari api neraka, seperti perisainya salah seorang kalian dalam peperangan.” (HR.Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hiban, dan Ibnu Khuzaimah dari Utsman bin Abil Ash, sahih Al-Jami’ Ash-Shaghir 3879)
Dalam riwayat lain beliau Saw. bersabda,
“Puasa adalah perisai. Ia adalah benteng dari sekian banyak benteng orang Mukmin.” (HR. Thabrani dari Abi Umamah, derajatnya hasan sahih. Al-Jami’ Ash-Shaghir A/3881)
Hadits di atas diriwayatkan oleh banyak sanad dari sejumlah sahabat Nabi, di antaranya dari Abu Hurairah dalam kitab sahih Bukhari dan Muslim.
Maksud perisai tersebut adalah dimana hikmah puasa Ramadhan untuk melindungi diri dari dosa ketika hidup di dunia karena dengan berpuasa seseorang akan selalu berusaha menjaga dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang, dan bahkan efeknya bisa berlangsung pada hari-hari dimana ia tidak lagi berpuasa. Maksud perisai lainnya adalah bahwa dengan menjalankan ibadah tersebut maka kelak pahalanya akan menyelamatkan seseorang dari api neraka di Yaumul Akhir.

5. Sarana memperbanyak zikir kepada Allah
Rasulullah pernah bersabda mengenai kesenangan beliau ketika mengalami lapar, yang mana ini bisa semakna dengan aktifitas berpuasa seorang muslim.
Tuhanku pernah menawariku untuk menjadikan kerikil di Makkah emas. Aku menjawab, “Tidak, wahai tuhanku. Akan tetapi aku kenyang sehari dan lapar sehari. Apabila aku lapar, aku merendah sembari berzikir kepada-Mu, dan apabila aku kenyang, aku memuji-Mu dan bersyukur kepadamu-Mu. (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dari Abi Umamah.)
       Memang betul bahwa salah satu hikmah puasa adalah dimana seorang hamba akan semakin giat melakukan amalan akhiratnya karena terdorong oleh pahala dan rasa lapar yang dialaminya. Dengan kosongnya perut maka badan akan sedikit lemas, sehingga dengan demikian akan memilih lebih banyak diam dari pada berbica dan beraktifitas. Dan hal yang paling baik dilakukan saat itu adalah zikir yang sama sekali tak butuh banyak tenaga.

6. Manfaatnya bagi kesehatan tubuh
“Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” (HR. Thabrani)
      Bisa dibayangkan, kalau anda punya motor yang hanya dipakai saja selama setahun penuh tanpa pernah di-service, kira-kira bagaimana jadinya? Tentunya ia akan cepat rusak kan? Nah, demikian juga dengan tubuh / fisik kita, jika selama setahun penuh organ tubuhnya dan ototnya hanya digunakan saja tanpa pernah diservis maka sudah barang tentu akan mudah sakit dan tidak fit.
       Jadi, hikmah puasa Ramadhan dari segi kesehatan dengan menahan lapar ini sebenarnya sebagai bentuk pemeliharaan pada tubuh kita.
Dalam sebuat hadits Nabi saw. juga lebih lanjut dipertegas mengenai penjalasan di atas:
“Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad) ialah puasa” (HR. Ibnu Majah)

Sabtu, 27 Mei 2017

BELAS KASIH DALAM AGAMA KITA

                                 © Afi Nihaya Faradisa
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Wanita itu segera melepas sepatunya (untuk digunakan menimba air). Ia pun diampuni karenanya.” (HR. Muslim).
        Banyak yang meragukan Islam sebagai ideologi kelembutan, terutama ketika Indonesia dan dunia terus dikejutkan oleh serangkaian insiden berdarah yang mengatasnamakan agama ini.
Namun, jika kita menelisik sedikit lebih dalam saja, kita akan menemukan bahwa salah satu doktrin sentral Islam ternyata memang berputar pada prinsip belas kasih.
       Kalimat basmalah, pembuka surat-surat Al-Qur'an dan doa yang paling sering diucapkan umat Islam sedunia, mengandung dua sifat utama Tuhan: "Maha Pengasih" dan "Maha Penyayang". Kalimat ini menjadi bukti paling tegas bahwa kasih sayang adalah jiwa dari seluruh ajaran Islam.
        Kisah pezina yang diampuni karena belas kasihnya ini mengandung banyak pesan. Pertama, anjing adalah hewan yang secara tradisi dianggap najis dalam Islam. Belas kasih terhadap makhluk yang dianggap hina sekali pun ternyata memiliki arti. Kedua, zina juga adalah dosa yang secara tradisi diganjar hukuman berat, mulai dari cambuk hingga rajam. Namun, belas kasih senilai seteguk air dianggap mampu menebus 'dosa' ini. Yang menarik, tidak ditemukan kisah serupa yang melibatkan dosa lain seperti membunuh dan merampok, yang sudah pasti mengabaikan belas kasih.
       Kisah ini bukanlah satu-satunya dalam Islam. Banyak kisah lainnya yang memiliki narasi serupa, yang mengindikasikan bahwa belas kasih dibayar dengan amat mahal dalam Islam.

          Kitab Tsalasatul Ushul (Tiga Landasan Utama) karya Muhammad Abdul Wahab (yang sering dikaitkan dengan Wahabisme, sekte terkeras dalam Islam saat ini), misalnya, menceritakan satu kisah di mana seseorang ditolak seluruh ibadahnya, namun diampuni karena menyelamatkan seekor lalat yang tenggelam di sebuah gelas. Kitab ini bahkan juga mengutip dorongan untuk berbelas kasih kepada orang kafir sekali pun.
       "Kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu", bunyi lafadz sejumlah hadits yang menjadi dasarnya.
       Sayyidina Ali bin Abi-Thalib ra. juga pernah mengatakan: "Mereka yang tidak bersaudara dalam iman bersaudara dalam kemanusiaan."
Kitab Tadzkiratul Auliya (Kisah Para Wali) karya Fariduddin Atthar menyitir kisah lain tentang satu-satunya orang yang diterima ibadah hajinya oleh Allah justru karena membatalkan hajinya agar uang biaya haji itu bisa digunakan untuk menolong tetangganya yang kelaparan.
        Kisah semacam ini mungkin akan jarang didengar dan cenderung tidak disukai di kalangan Islam legalistik yang memiliki pendekatan sangat kaku tentang benar dan salah.
      Aku pribadi mengelompokkan kisah-kisah ini sebagai post-sharia Islam, atau Islam pasca-syariat. Islam yang tidak lagi berdebat soal percabangan hukum hingga ke tataran seperti batas aurat & jumlah rakaat. Sejenis Islam level berikutnya yang telah melampaui aspek legal formal menuju sesuatu yang lebih esensial. Dan esensi itu bernama belas kasih.
       Agaknya tidak mengherankan jika tema ini juga ditemukan di semua agama besar dunia. Mulai dari Yesus yang berdiri membela pezina yang nyaris dihakimi massa, hingga Guan Yin yang dipuja luas di Asia Timur sebagai Dewi Belas Kasih yang mendengar penderitaan dunia.
         Agama-agama di dunia ini mungkin berbeda pada tataran syariat dan legal formal, namun melebur dalam esensi yang sama ketika naik ke jenjang berikutnya. Cita-cita rahmatan lil 'ālamīn (belas kasih bagi semesta alam).
       Meski sama-sama berjubah dan berjenggot, akan tetapi panutan kita dalam beragama adalah Muhammad SAW yang lembut, rendah hati, dan penuh belas kasih. Bukan Abu Jahal atau Abu Lahab yang licik, sombong, dan penuh amarah.
       Beratnya menjadi muslim seperti yang dikatakan rasul: "Muslim ialah orang yang menyelamatkan orang lain dari gangguan lidah dan tangannya."
Masih suka memfitnah? Bergunjing? Menyakiti (bahkan membunuh) orang lain dengan lidah dan tanganmu? Muslimkah engkau?
       Dengan pistol kita bisa membunuh teroris, tapi dengan pemahaman agama yang baik kita bisa membunuh terorisme.

MARHABAN YA RAMADHAN


Bila Ramadhan memanggilmu
Mengetuk pintu hidupmu
Sambut ia sepenuh rindu
Dekap ia sepenuh cinta
Dan biarkan jemari indahnya
Merengkuhmu dalam istana ampunan-Nya
Bila Ramadhan memanggilmu
Sambutlah ia seumpama tamu istimewa
Kenanglah kelopak hari-hari
Yang telah luruh berguguran
Kenanglah seumpama pertanda
Bagi engkau sang penerus perjalanan
Bersiap menjemput giliran
Bila tak lagi kau jumpai ia
Ramadhan di tahun depan
Bila Ramadhan memanggilmu
Bersihkan hati dari segala dengki
Sucikan jiwa dari segala prasangka
Bersihkan raga dari segala dosa
Bila Ramdhan memanggilmu
Berlarilah menjemput panggilan-Nya.

Jumat, 26 Mei 2017

RASULULLOH YANG SAYANG KEPADA PUTRINYA

Rasulullah tidak pernah tidur sebelum mencium Fatimah. Pernah suatu ketika ditegur dan ditanya salah satu istrinya, kenapa engkau selalu mencium Fatimah? Rasulullah menjawab, ‘setiap aku rindu surga aku mendapatkan semerbak bau harum surga pada diri Fatimah’.
         Suatu hari Siti Fatimah sudah masuk di kamarnya, sudah di dalam selimutnya, mau  tidur.  Rasulullah mengetuk pintu kamarnya, kemudian Rasulullah masuk dan Siti Fatimah bangun, kata Rasulullah ‘jangan, tetaplah kamu di tempat tidurmu’.
         Kemudian beliau bersabda ‘putriku Fatimah, kamu jangan tidur sebelum mengkhatamkan Al-Quran.  Kamu jangan tidur sebelum menjadikan seluruh nabi memberikan syafaat untukmu. Kamu jangan tidur sebelum merelakan atau memberi kerelaan kepada seluruh kaum mukminin-mukminat di dunia ini. Dan terakhir wahai putriku Fatimah jangan kamu tidur sebelum kamu Umrah dan Haji’.
         Permintaan yang sulit semua. Sebelum tidur khatam Al-Quran. Sebelum tidur menjadikan seluruh Nabi memberikan syafaat.  Sebelum tidur merelakan kaum mukminin-mukminat. Sebelum tidur Umrah dan Haji.
          Siti Fatimah terkejut mendapatkan perintah ini. Sebelum sempat Fatimah berkata, Rasulullah shalat  dua rakaat di kamar Siti Fatimah. Siti Fatimah duduk menanti selesai shalat ayahnya untuk menanyakan tentang perintah tadi.
Setelah Rasulullah salam, Siti Fatimah berkata, ‘ayahku, siapa yang mampu sebelum tidur khatam Al-Quran, menjadikan para Nabi memberi syafaat, merelakan seluruh kaum mukminin-mukminat, dan melaksanakan Umrah dan Haji?’

       Rasulullah tersenyum kemudian beliau bersabda, ‘bukan begitu putriku,
Pertama Bukankah engkau Kalau membaca Qulhuwallahu Ahad (Surah Al-Ikhlas) sebanyak 3x dihitung seperti khatam Al-Quran.
Kedua, bershalawatlah kepadaku dan seluruh para nabi, nanti kami semua siap memberi syafaat.
Ketiga, doakan kaum mukminin-mukminat; Astaghfirullah lil mukminina wal mukminat, supaya semua kaum mukminin-mukminat rela kepadamu.
Keempat, Umrah dan Haji yang kumaksud ialah membaca; Subhanallah, walhamdulillah, wa Laa Ilaha Illallah, wa Allahu Akbar, maka pahalanya seperti kamu melakukan Umrah dan Haji’.

Jadi inilah amalan yang diajarkan Rasulullah kepada putrinya Fatimah. Dan mari kita amalkan dan ajarkan kepada anak-anak kita:

1.     Membaca  Qulhuwallahu Ahad (Al-Ikhlas) 3 x.
2.     Shalawat kepada para Nabi (Allahumma Shalli ala Muhammad wa Ali Muhammad wa Alal Anbiya-i wal Mursalin).
3.     Mendoakan kaum Muslimin (Astaghfirullah lil mukminina wal mukminat).
4.     Kemudian membaca (Subhanallah, wa-Alhamdulillah wa Laa ilaa ha Illallah wa-Allahu Akbar).

Marilah kita mulai praktikkan dan ajarkan kepada anak-anak kita.

IBU KAULAH MALAIKATKU
Ibu.
Saat ku masih kecil.
Kau yang slalu menjagaku.
Menjagaku dari dinginnya malam.
Menjagaku dari teriknya mentari.
Ibu.
Saatku sakit.
Kaulah yang paling khawatir.
Saatku menangis.
Kaulah yang slalu ada tuk memelukku.
Kau usap puncak kepalaku dengan lembut.
Kau cium keningku dengan penuh kasih.
Kau peluk diriku dengan rasa sayang.
Kau tak pernah lelah tuk slalu menjagaku.
Kau slalu sabar saat ku melakukan kesalahan.
Ibu.
Kau yang slalu memberi tahuku tentang arti kehidupan.
Kau yang slalu mengajariku tentang kesabaran.
Kau juga yang slalu mengajariku untuk menjadi orang yang kuat.
Ibu.
Kaulah surgaku.
Kaulah cahayaku.
Dan kaulah malaikat dalam hidupku.

MASYARAKAT MAKIN PINTAR, ATAU TERORIS MAKIN BODOH???

                                           (by : Iramawati Oemar)
Negeri ini pernah diguncang bom-bom besar beruntun satu dekade yang lalu. Di paruh pertama dekade 2000an, nyaris setiap tahun ada bom besar meledak dengan korban yang tak sedikit.Rabu sore, 14 September 2000, sehari sebelum pembukaan Olimpiade Musim Panas 2000, sebuah bom mobil meledak di ruang bawah tanah (area parkir) Bursa Efek Jakarta. Rentetan ledakan menewaskan 15 orang dan melukai 90 orang lainnya.
Hampir setahun kemudian, 1 Agustus 2001, bom meledak di pelataran Atrium Senen dekat lokasi gerai Pizza Hut. Tak ada korban jiwa, namun 6 orang terluka.
14 bulan kemudian, tragedi bom terbesar mengguncang Indonesia tepat di pusat pariwisata.
12 Oktober 2002 jelang tengah malam, sebuah bom besar meledak di Sari Club dan Paddy's Cafe/Pub di jalan Legian, Kuta, Bali. Disusul dengan ledakan kecil dekat kantor Konsulat Jendral Amerika Serikat. 
Tragedi yang dikenal sebagai Bom Bali I ini terjadi 1 tahun 1 bulan pasca bom yang meluluhlantakkan 2 menara kembar WTC di Washington DC, Amerika Serikat.
Bom Bali I menelan korban jiwa sebanyak 202 orang dan 209 luka-luka, mayoritas warga asing yang sedang menghabiskan malam Minggu di 2 tempat hiburan tersebut.
Terdakwa pelaku ledakan bom terbesar itu kemudian dihukum mati, Imam Samudra dan 2 dari 3 bersaudara yang dikenal dengan sebutan "Trio Tenggulun", yaitu kakak beradik Ali Ghufron dan Amrozi. Sedangkan satu dari 3 bersaudara yang selamat dari eksekusi mati adalah Ali Imron, yang lebih memilih "kooperatif" dengan kepolisian.
Berselang 10 bulan dari tragedi bom Bali I, Selasa, 5 Agustus 2003, ledakan bom terjadi di hotel JW Marriott, kawasan Mega Kuningan, Jakarta, di siang hari bolong. Ledakan yang cukup besar dan menghebohkan.
Sama halnya dengan bom di area parkir bawah tanah BEJ dan di Kuta, Bali, kali ini ledakan juga berasal dari bom mobil. Ledakan menewaskan 12 orang dan mencederai 15 orang.
Tahun berikutnya, jelang Pilpres putaran kedua 2004, lagi-lagi sebuah bom mobil meledak, kali ini di depan Kedubes Australia, masih di Kuningan, pada 9 September 2004 sekitar pukul 10:30 WIB. 
Ini aksi terorisme terbesar ketiga setelah Bom Bali dan JW Marriot.
Jumlah korban jiwa sekitar 9-11 orang. Bangunan di sekitar tempat kejadian rusak parah tercabik bom.
Oktober 2005 kembali terjadi ledakan bom di Bali, yang kemudian disebut Bom Bali II.
Semua rentetan bom itu diduga kuat didalangi oleh kelompok Dr. Azahari Husin alias Alan yang kemudian tewas dalam penyergapan polisi di kota Batu, Malang pada 9 November 2005. Partnernya, Noordin M. Top, menyusul tewas pada 17 September 2009 keduanya warga negara Malaysia.
Rekan mereka, Dulmatin, juga tewas pada 9 Maret 2010.
Ledakan besar lain yang mengguncang ibukota adalah bom JW Marriott II, ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Cartlon di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat pagi, 17 Juli 2009, hanya berselang sepekan pasca Pilpres 2009. Korbannya 9 orang tewas dan lebih dari 50 orang luka-luka, baik warga Indonesia maupun WNA.
Itulah rentetan bom besar yang terjadi sepanjang dekade 2000an.
Kesamaannya : selain umumnya menggunakan bom mobil (kecuali bom JW Marriot II, 2009), pelaku biasanya tak meninggalkan jejak kentara. Kalaupun kemudian terdeteksi pelakunya, itu karena proses penyelidikan kepolisian.
Kesamaan lainnya : SASARAN UMUMNYA SIMBOL-SIMBOL ASING ATAU SIMBOL PEREKONOMIAN.
Bursa Efek Jakarta, Pizza Hut, JW Marriot (hotel yang identik dengan Amerika), tempat hiburan malam para turis asing di Legian, kantor Kedutaan Australia.
Itulah ciri-ciri target ledakan bom yang dilakukan oleh kelompok radikal.
Mereka tidak akan menyasar pusat kegiatan atau roda perekonomian kaum pribumi kelas menengah ke bawah, middle-low class.
*** *** ***
Dekade berganti. Sejak paruh kedua dekade 2010-an, modus pengeboman berubah. Yang nge-trend belakangan bukan memakai bom mobil, tapi bom panci. Skala dan radius ledakannya tentu lebih kecil.
Pelakunya pun seperti sengaja meninggalkan jejak.
Sebut saja bom yang terjadi pada pertengahan Januari tahun lalu, 2016, di sekitar jalan Thamrin dan pusat pertokoan Sarinah.
Semula yang diserang pos polisi lalu lintas. Sosok "teroris"nya seperti orang bingung, membawa senjata api di tengah keramaian masyarakat yang berjubel menonton, tapi tak sekalipun dia mengarahkan moncong senjatanya pada kerumunan orang disekitarnya. Si "teroris" terus berjalan seperti pikirannya sedang kosong, tatapannya nanar. Terakhir, dia malah bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri.
Setelah itu ada beberapa kejadian kecil bom panci. Tampaknya teroris dekade ini ogah modal. Mengorbankan sebuah mobil meski pakai mobil bekas, terlalu berat di ongkos bagi mereka. Pakai panci saja, lebih irit.
Terakhir, bom panci meledak di terminal Kampung Melayu, Rabu malam, 24 Mei 2017. Dari 5 korban tewas, 2 diantaranya diduga pelaku bom bunuh diri.
Foto potongan tubuh berserakan, segera beredar luas di media sosial. Potongan tubuh yang mirip seperti korban mutilasi, yang terpotong di persendian.
Sekedar perbandingan dengan korban-korban bom dekade sebelumnya, biasanya dampak yang ditimbulkan mengoyakkan tubuh dan benda disekitarnya. Bahkan gedung Kedubes Australia saja tampak seperti kain compang-camping yang terkoyak. Umumnya luka pada tubuh korban disertai luka bakar. Karena ledakan bom juga diikuti nyala api.
Coba lihat saja dokumentasi kejadian bom Bali, dll.
Anehnya lagi, pada bom kemarin, meski tubuh pelaku terpotong-potong, tapi struk pembelian panci masih utuh ditemukan di saku celana terduga pelaku. Hebat!!!
Sebuah kebetulan yang luaaarrr biasa. Probabilitasnya mungkin hanya nol koma sekian nol satu persen saja, secarik kertas yang berada di tubuh pelaku, tidak hancur ketika terjadi ledakan bom bunuh diri.
Kabarnya panci itu dibeli dari sebuah  super market di Padalarang. Kita semua tahu kan struk supermarket seperti apa jenis kertasnya? Tipis, tintanya pun mudah pudar kalau sudah beberapa hari, apalagi jika menyimpannya tidak rapih dan kertasnya lusuh.
Mengherankan, bagaimana seorang pelaku bom bunuh diri masih merasa perlu menyimpan struk pembelian panci yang dijadikannya alat peledak. Padahal, panci itu semestinya sudah dibeli beberapa hari sebelumnya, kemudian dirakit bom di dalamnya.
Seberapa pentingnya struk belanja?? 
Kalau pelaku adalah orang suruhan, orang yang mendanai pasti sudah membayarnya terlebih dahulu untuk membeli alat-alat peledak. 
Kalaupun pelaku harus membeli dahulu kemudian di-reimburse (suatu hal yang musykil, memangnya perusahaan?! Hahahaaa...), mestinya struk pembelian panci sudah direimburse sebelum pelaku menjalankan misi bom bunuh diri.
Kalau kedua pelaku/eksekutor adalah sekaligus otak dan mereka mendanai sendiri aksinya, makin tidak relevan lagi menyimpan struk pembelian panci. Untuk apa?! Kenangan yang dibawa mati?! 
Oh, come on! Ini bagian yang paling mengusik kewarasan akal pikiran kita.
Seorang pengamat masalah terorisme mengatakan, jaringan Dr. Azahari para pelakunya sama sekali tidak berusaha meninggalkan jejak. Bahkan membawa handphone pun tidak. Perkara kemudian ada jejak yang tertinggal, itu sebuah ketidaksengajaan belaka, karena tak ada kejahatan yang sempurna.
Tapi teroris dekade ini memang aneh (atau bahlul??). Jejak yang ditinggalkan sepertinya lebih pada kesengajaan ketimbang keteledoran.
Katakanlah pelaku teror belakangan ini adalah kelompok lain, jaringan yang berbeda dengan dekade sebelumnya, namun semestinya, secara logis maka tindakan terorisme akan semakin canggih, semakin berbobot. 
Sama halnya dengan kriminalitas biasa dan kriminalitas ekonomi (perbankan dan instrumen keuangan lainnya), dari tahun ke tahun makin beragam modusnya dan makin canggih, pelakunya makin mahir. Seperti idiom "maling tambah pinter".
Mana ada maling jaman sekarang menggali lubang untuk membobol rumah, seperti maling tahun 1970-an??
Dalam dunia kriminal, pelaku kriminal kepandaiannya meningkat bak deret ukur sementara kemampuan masyarakat awam mengantisipasi hanya bak deret hitung. Masyarakat hanya bisa mengantisipasi agar kejahatan yang sama tidak terjadi lagi, hanya bisa belajar setelah ada kejadian menimpa orang lain.
Sementara pelaku kejahatan terus belajar dan meng-ahli-kan dirinya agar modusnya tak terendus aparat.
Namun aneh dengan yang terjadi pada kejahatan terorisme khusus di Indonesia. Terorisnya kok belakangan tampak makin konyol ya?
Sasaran aksi terornya juga bukan lagi simbol-simbol asing. Malah menyasar tempat aktivitas rakyat kebanyakan.
Padahal, terduga "teroris" yang berhasil digerebek baik dalam keadaan hidup atau mati, umumnya tinggal di rumah kost atau rumah kontrakan sederhana, berasal dari kelas sosial menengah. Bagaimana bisa mereka mengebom sasaran yang sekelas dengannya??
Terminal Kampung Melayu tempat berkumpulnya angkot, mikrolet, bis kota. Orang yang berada di lokasi itu adalah para pengemudi, kenek, calo, pedagang kaki lima, dan tentu saja calon penumpang yang juga berasal dari kelas menengah ke bawah. Warga kelas atas umumnya naik kendaraan pribadi milik sendiri atau sewa taksi.
Apalagi warga asing, tak mungkin kelayapan sampai malam di terminal.
Mereka yang berada disitu hingga malam adalah rakyat kebanyakan yang bergulat dengan kehidupan, terutama beban perekonomian.
Lalu apa tujuannya teroris mengebom tempat seperti itu yang pasti korbannya adalah "wong cilik" juga???
Wong cilik yang juga adalah korban ketimpangan ekonomi, korban ketidakadilan, korban tidak meratanya kue pembangunan.
Sementara, jika pelakunya adalah kelompok radikal garis keras, mereka justru melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan, melakukan kritik atas ketimpangan ekonomi dan sosial.
Jadi, bagaimana bisa orang yang memprotes atau melawan suatu keadaan, kemudian melakukan penghancuran atas orang-orang yang senasib dengannya??!!
How come?!
Oh, come on! #Marijagakewarasan !
Seperti apa yang dilakukan "teroris" di jalan Thamrin awal tahun lalu. Dia bahkan tak hendak melukai masyarakat yang berkerumun di sekelilingnya. Padahal mudah saja baginya memuntahkan peluru dari laras senapannya, ke arah "penonton" dan aksi terornya akan jauh lebih berhasil karena efek teror yang ditimbulkan akan lebih dahsyat.
Ada apa di balik semua ini???
Ayolah, masyarakat sudah makin pintar, makin logis dalam berpikir!
Masa iya terorisnya makin goblok dan konyol?! 
Lain kali mungkin terorisnya bukan hanya meninggalkan KTP disekitar serpihan tubuhnya. Siapa tahu dia bawa juga akte kelahiran, ijazah terakhir, kartu keluarga, jadi biar gampang segera ketahuan siapa ortunya, siapa keluarganya (istri dan anak) dan alumni mana sekolahnya.
masyarakat sekarang harus semakin pandai.

Kamis, 25 Mei 2017

*Surat Permohonan Maaf*
_____________________

*No.       : 01/V/2017*
*Lamp.  : Penting*
*Perihal : Permohonan Maaf*

*MENGINGAT:*
*Sekarang sudah mendekati bulan Suci Ramadhan 1438 H.*

*MENIMBANG:*
*Kesalahan yang telah saya perbuat baik sengaja maupun tidak di sengaja.*

*MEMPERHATIKAN:*
*Tentang saling mema'afkan sesama umat muslim.*

*MEMUTUSKAN:*
*Saya atas nama segenap keluarga menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan selama ini serta mengucapkan:*

*SELAMAT* *MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1438 H*

*يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ* *الصِّيَامُ كَمَا*
*كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ*

*MINAL AIDIN* *WALFAIDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN*

*تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَا وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ*

       *Wassalamu'alaikum Wr Wb.*

*Saya pribadi (m3s & Keluarga)

Rabu, 24 Mei 2017

SURAT KANGGO ANAK-ANAKKU

Nduk...  Lhe...  Lebaran iki kowe mulih yo.... Aku karo bapakmu kangen...
Nduk...  Lhe...  Putuku saiki wis iso ngopo?...  Wingi kowe ngirim fotone lewat hapene tonggo samping omah...  Lemu yo...  Pipine koyo bakpau..
Aku pengin nggendong anakmu lhe...  Pengin tak jak mlaku nang dalan ndeso...  Ben wong ngerti,  anak putuku yo mulih...  Ben wong ngerti nak anakku ora mung ngirim duit tok,  neng gelem ngiliki wong tuone...
Lhe...  Nduk...  Kowe ko lebaran mantuko,  tak dolke wedus nggo sangu kowe ko balik nang perantauanmu...  Gedang sak lirang nang mburi omah kenek go gawe kolak ko nak bakdo... 
Lhe... Nduk...  Aku pengin masakke kupat kowe...  Mbelih pitik go sayure...  Bakdo 2 tahun iki,  aku mung iso nyawang kupat sayur nang mejo lhe...  Mung tonggo-tonggo cedak sing gelem nyicipi...
Nduk...  Lhe...  Aku pengin dolanan nang latar karo anakmu sing gede...  Jagongan karo kowe nang ngemper omah...  Jagongan karo mantuku... mung pengin ngomong karo mantuku,  matur nuwun wis njogo anakku,  ngopeni putuku...
Nduk...  Lhe...  Kangen tarwih karo kowe...  Mbiyen,  pas kowe cilik,  tak gendong mangkat nang mesjid...  Kowe seneng nak enthuk jaburan criping...  Bagianku tak wenehke kowe karo adimu...
Nduk... lhe... Malem takbir,  aku pengin nguripke oncor nang ngarep omah karo kowe... Nonton putu-putuku nguripke kembang api karo gegojekan...
Lhe... nduk... Bakdho mulih yo...  Sak durunge Gusti kang murbeng dumadi mundut wong tuomu iki...
Lhe...  Nduk...  Mantuk yo....