Kisah nyata seorang Ulama
Besar di Baghdad
Sejak dini, aku hidup sebagai pemabuk, tersesat
dan ahli maksiat, menzalimi manusia, merampas harta orang lain, makan riba dan
bahkan memukul orang adalah pekerjaan harianku, tak ada hari dalam hidup tanpa
berbuat zalim terhadap manusia. Nyaris semua bentuk maksiat pernah aku lakukan.
Bahkan terkadang orang-orang yang tinggal di sekitarku ngeri mendengar namaku.
*"Aku
ingin Menikah"*
Pada suatu hari , aku sangat ingin menikah karena
merindukan punya anak yang akan menghibur kehidupanku yang amat keras itu.
Lalu, aku
menikahi seorang gadis di kota Baghdad.
Dan setelah hampir setahun istriku pun melahirkan seorang bayi wanita yang mungil lagi cantik. Bayi itu kuberi nama *"Fatimah"*
Dan setelah hampir setahun istriku pun melahirkan seorang bayi wanita yang mungil lagi cantik. Bayi itu kuberi nama *"Fatimah"*
Entah
bagaimana, aku amat mencintai Fatimah, bahkan melebihi orang lain disekitarku.
Semakin Fatimah tumbuh dengan sehat.
Imanku semakin
tumbuh pula dalam hatiku dan maksiat semakin berkurang dalam kehidupanku.
Suatu hari, saat aku memegang gelas yang isi nya
khamar (minuman yang memabukkan), Fatimah melihatnya.
Ia mencoba mendekatiku dan menghalangi aku meminum khamar tersebut.
Ia mencoba mendekatiku dan menghalangi aku meminum khamar tersebut.
Aku tidak tau
kenapa Fatimah bisa melakukan hal itu.
Pasti Allah SWT yang membuat Fatimah bisa berbuat seperti itu.
Pasti Allah SWT yang membuat Fatimah bisa berbuat seperti itu.
Fatimah semakin
besar, imanku pun semakin bertambah dalam hatiku...
Setiap aku
mendekatkan diri kepada Allah SWT, satu langkah, maka seperti itu pula aku
menjauh dari maksiat.
Kondisi seperti itu terus berlanjut sampai Fatimah berusia tiga tahun.
Kondisi seperti itu terus berlanjut sampai Fatimah berusia tiga tahun.
Saat memasuki
tiga tahun, tanpa sebab sakit sedikit pun Fatimah meninggal dunia.
*"Kembali
ahli maksiat"*
Sungguh tidak
masuk akal..
Peristiwa "kematian Fatimah" membuatku putus asa dan aku berbalik menjadi preman lebih sadis dan kejam dan sebelum aku menikah aku kehilangan kesabaran yang seharusnya dimiliki oleh orang beriman saat menghadapi ujian.
Peristiwa "kematian Fatimah" membuatku putus asa dan aku berbalik menjadi preman lebih sadis dan kejam dan sebelum aku menikah aku kehilangan kesabaran yang seharusnya dimiliki oleh orang beriman saat menghadapi ujian.
Aku gagal
total dalam menghadapi ujian itu kali ini.
Hidupku kembali sebagai ahli maksiat dan kezaliman bahkan lebih dasyat dari sewaktu aku masih muda. Akhirnya syaitan benar-benar berhasil mempermainkan kehidupanku.
Hidupku kembali sebagai ahli maksiat dan kezaliman bahkan lebih dasyat dari sewaktu aku masih muda. Akhirnya syaitan benar-benar berhasil mempermainkan kehidupanku.
Sampai pada suatu saat. Syaitan
berkata: "Hari ini, hari yang paling berbahagia lagi. Kamu, mabuklah,
semabuk-mabuknya yang belum pernah terjadi sepanjang hidupmu."
*"Mimpi
hari kiamat"*
Aku pun
bertekad untuk mabuk dan minum khamar sebanyak-banyaknya. Sepanjang malam itu
kerjaku hanya minum dan minum khamar. Aku teler dan kemudian tertidur...
Tiba-tiba aku
bermimpi, dalam mimpiku, aku sedang menghadapi sebuah peristiwa besar yakni
hari kiamat. Matahari tidak menyinari cahaya ke bumi saat berubah menjadi api
raksasa..
Di bumi
terjadi gempa yang amat dasyat... Semua manusia berkumpul dipandang mahsyar.
Manusia sangat banyak dan hilir mudik bergelombang-gelombang aku adalah satu diantara mereka. Tiba-tiba aku mendengar suara orang yang memanggil fulan bin fulan..
Manusia sangat banyak dan hilir mudik bergelombang-gelombang aku adalah satu diantara mereka. Tiba-tiba aku mendengar suara orang yang memanggil fulan bin fulan..
*"Ayo
segera mengharaplah kepada yang Maha Perkasa"*
Saat itu aku
melihat ada orang yang hitam pekat wajahnya karena sangat ketakutan...
Tak lama kemudian aku mendengar suara memanggil namaku sambil berkata:
*"Ayo kamu segera mengharap kepada Yang Maha Perkasa"*
Tak lama kemudian aku mendengar suara memanggil namaku sambil berkata:
*"Ayo kamu segera mengharap kepada Yang Maha Perkasa"*
Tiba-tiba saja
semua manusia sangat banyak itu menghilang dari sekelilingku..Tinggal aku
sendiri di tengah padang mahsyar yang amat luas itu. Saat aku melihat kesuatu
arah, tiba-tiba aku melihat ular yang sangat besar dan garang sedang menuju ke
arahku berdiri sambil membuka mulutnyat lebar-lebar...Aku lari dan berlari
menjauh dari kejaran ular tersebut karena sangat takut.
Sampailah aku
melihat seorang kakek yang sangat lemah dan tidak berdaya. Lalu aku berkata:
"Bapak! Tolonglah aku dan selamatkan aku dan ular itu!." sang kakek
berkata: "wahai anakku, aku sendiri sangat lemah dan tidak berdaya sama
sekali..."
"Cobalah
anda lari ke suatu tempat disana. Semoga ada yang bisa membantumu..."
Akupun berlari
kearah tersebut di belakangku. Sedang di hadapanku ada nyala api yang sangat
luarbiasa besarnya.
Saat itu aku
berkata dalam diriku, kamu lari dari kejaran ular atau masuk kedalam api besar
itu? Namun aku tetap berlari sedang ular itu semakin dekat menghampiriku. Aku
coba balik arah lagi ke arah tempat kakek yang tadi menyarankanku ke suatu
tempat itu.
Setelah
melihatnya, aku berteriak memanggilnya kembali, sambil berkata padanya:
"Demi Allah ! Tolonglah selamatkan aku! Engkau berkewajiban
menyelamatkanku"... Kakek itu pun menangis karena sedih melihat kondisiku
sambil berkata: "Aku ini sudah sangat lemah tidak mampu berbuat apa-apa
seperti yang kamu lihat sendiri".
"Cobalah
lari ke arah bukit sana, semoga kamu selamat".
Akupun berlari
sekencang-kencangnya ke arah bukit yang di isyaratkan oleh kakek
tersebut...Sedangkan ular besar itu semakin mendekatiku.
Setelah
mendekati bukit tersebut, aku mendengar riuh suara anak anak sedang berteriak
memanggil anakku, Fatimah, sampai berkata:
"Fatimah! Selamatkan ayahmu ! Selamatkan segera ayahmu !"
"Fatimah! Selamatkan ayahmu ! Selamatkan segera ayahmu !"
Tiba-tiba saja
Fatimah muncul di hadapanku seketika itu pula ketakutanku hilang dan rasa
bahagia masuk dalam dadaku karena bertemu anakku yang meninggal pada saat
berusia 3 tahun, aku bahagia karena bertemu anakku dan menyelamatkan aku dari
kondisi sulit seperti itu. Lalu Fatimah memelukku dengan tangan kanannya sambil
mengusir ular besar itu dengan tangan kirinya.
Aku seperti
mayat (orang yang sudah mati) tak berdaya karena ketakutan setelah ular itu
pergi. Fatimah tiba-tiba duduk diatas pengkuan persis seperti dia masih hidup
dulu.. Lalu dia berkata:
"Wahai
ayahanda tercinta...Sudah saatnya orang-orang beriman itu hati merasa khusyuk
mengingat Allah" (QS. Al-Hadid, 57:16).
Setelah
mendengar ucapan Fatimah aku bertanya padanya, "Wahai anakku. Apakah
gerangan ular besar itu?"...Lalu Fatimah menjawab: "itulah amal
kejahatan dengan kesesatan & kezaliman. Berarti ayahanda sendiri yang
membesarkannya dan nyaris ia mamakan ayah...".
"Tidakkah
engkau tahu wahai ayahanda bahwa semua amal yang dilakukan di dunia akan muncul
dalam bentuk makhluk tertentu pada hari kiamat nanti?".
"Laki-laki
yang lemah itu menggambarkan amal sholeh ayah yang tak seberapa. Engkau sendiri
yang melemahkan & mengerdilkannya sehingga ia menangis melihat kondisimu
dan tak mampu berbuat apa-apa padamu."
Kemudian
anakku meneruskan ucapannya: "Kalaulah bukan engkau sebagai orang tuaku
dan kalaulah bukan aku meninggal saat masih suci (anak-anak), tidak ada lagi
yang bermanfaat bagimu."
*"Taat
dan kembali ke pangkuan Allah"*
Tiba-tiba aku
terbangun sambil berteriak.."Saatnya ya Allah.. ! Sekarang saatnya aku
bertaubat yaa Robb.. Benar, kapan saat nya bagi orang beriman untuk khusyuk
hatinya mengingat Allah? Aku berjanji ya Allah.. SEKARANG JUGA SAATNYA...
!"
Setelah
pikiranku agak tenang aku mandi. Saat itu persis waktu subuh. Setelah mandi.
Aku keluar rumah menuju masjid dekat rumahku. Dengan semangat bertaubat dan
kembali kepada pangkuan Allah. Saat aku masuk ke masjid, aku mendengar imam
sedang membaca ayat persis seperti yang dibaca anakku dalam mimpi.
"Tidakkah
sudah tiba saatnya orang-orang beriman untuk khusyuk hati mereka mengingat
Allah SWT dan terhadap apa yang turun dari kebenaran Al-Qur'an dan janganlah
mereka seperti orang-orang ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) sebelumnya, maka
lama masanya (mereka durhaka pada Allah), lalu hati mereka menjadi keras dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang Fasik" (QS.AL-Hadid 57: 16).
Itulah cerita
*"Malik Bin Dinar"* sebagaimana yang beliau ceritakan sendiri.
Seorang ulama Besar Zaman tabi'in (Generasi setelah Sahabat) yang sebelum nya
adalah "Preman Besar". Beliau terkenal dengan kebiasaannya menangis
sepanjang malam sambil berdoa:*
"Illahi,
Engkau saja yang tahu siapa yang akan menjadi penghuni Surga dan siapa pula
yang akan menjadi penghuni Neraka yang di manakah aku, Yaa Robb... ?"
"Ya
Allah! Jadikanlah aku duduk di syurga dan jangan jadikan aku penghuni
Nerakamu..!"
Itulah Malik
Bin Dinar. Beliau terkenal setiap hari berdiri di pintu Masjid sambil berseru:*
"Wahai
Hamba yang melakukan maksiat dan dosa, kembalilah kepada Tuhan-Mu... !"
"Wahai
Hamba yang masih lalai, kembalilah kepada Tuhan-Mu..!"
"Wahai
Hamba yang lari dari Robb (Tuhan Penciptanya) kembalilah Pada-Nya...".
"Tuhan
memanggilmu malam dan siang sambil berkata pada mu:"
"Siapa
yang datang dan mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekat
padanya satu Hasta."
"Siapa
yang mendekat diri pada-Ku satu Hasta, maka aku akan mendekat kepadanya satu
Depa."
"Siapa
yang datang kepada-Ku, sambil berjalan, maka aku akan datang padanya sambil
berlari.."
Semoga Allah
SWT melunakkan hati kita untuk bertaubat dan segera kembali pada-Nya. Aamiin ya
robbal'alamin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar