KEAJAIBAN SOLAT TEPAT
WAKTU
KISAH NYATA KEAJAIBAN SHOLAT TEPAT WAKTU
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
..
Saya ada cerita tentang sahabat saya yang beda profesi. Dia selalu menjaga sholat diawal waktu. Apa yang terjadi? Dengan menjaga sholat wajib di awal waktu ternyata dia mendapatkan keberkahan luar biasa yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Saya ada cerita tentang sahabat saya yang beda profesi. Dia selalu menjaga sholat diawal waktu. Apa yang terjadi? Dengan menjaga sholat wajib di awal waktu ternyata dia mendapatkan keberkahan luar biasa yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Sahabat saya yang
satu ini, profesi adalah sopir angkot. Setiap hari dia menyupir angkot dengan
sistem setoran ke majikan. Setor karena angkotnya punya orang lain.
Nah
suatu hari, majikannya bangkrut. Karena semakin mahalnya harga bensin. Akhirnya
sahabat saya ini katakanlah Udin, dia jadi tidak punya mata pencaharian. Karena
angkot majikannya sudah dijual. Karena Udin bukan tipe orang yang gampang putus
asa, akhirnya dia mencari pekerjaan lain. Dipilihlah becak sebagai jalan
ikhtiarnya.
Karena hanya berprofesi sebagai tukang
becak, kehidupannya pun sangat sederhana kalau tidak mau dikatakan kurang. Dia
tinggal bersama tiga putri dan seorang istrinya di sebuah rumah kontrakan yang
mungkin cuma layak disebut kamar.
Tidak ada yang istimewa dari kehidupan
sehari-harinya. Pagi-pagi pergi dari rumah mencari penumpang, sore pulang.
Setiap hari seperti itu. Namun setelah dicermati, tenyata ada satu hal yang
membuat Udin berbeda dari abang becak lainnya, bahkan dari kebanyakan kita.
Udin selalu menjaga sholat diawal waktu, dan selalu dia lakukan di Masjid.
Dimanapun dia
berada selalu menyempatkan bahkan memaksakan sholat diawal waktu. Setiap
mendekati waktu sholat, jika tidak ada penumpang dia akan mangkal di tempat
yang dekat dengan masjid. Iya mendekati masjid.
Pokoknya dia
tidak pernah ketinggalan sholat wajib awal waktu bahkan selalu berjamaah di
masjid. Dan tenyata itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Istri dan
ketiga putrinya pun begitu, meskipun dilakukan di rumah.
Singkat
cerita, suatu hari ketika saya sedang mangkal di salah satu hotel berbintang di
Bandung. Ada seorang ibu turun dari mobil Mercy tiba-tiba mendekati saya dan
meminta untuk diantar ke salah satu tempat perbelanjaan di kawasan alun-alun
kota Bandung, kata Udin.
Ketika si Ibu itu bilang minta dianter
memakai becak saja, malah Udin balik nanya, “Engga salah Bu naik becak?”
“Engga Bang,
jalanan macet, biar mobil disimpen di hotel aja, sekalian sopir saya
istirahat,” jawab si Ibu.
Maka
dianterlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan yang dia minta. Udin pun mengayuh
becak masih dalam keadaan kaget. Ketika mendekati alun-alun Bandung,
terdengarlah suara adzan dzuhur dari Masjid Raya Jawa Barat.
“Dia langsung
belokkan becak ke pelataran parkir Majid. Si Ibu pun heran dengan apa yang di
lakukan si Udin.
“Bang kok berhenti
disini?” kata si Ibu.
“Iya Bu, udah
adzan, Allah udah manggil kita buat sholat.”
“Saya mau
sholat dulu. Ibu turun disini aja, tokonya udah dekat koq, di belakang masjid
ini. Biar Bu ga apa apa GA USAH BAYAR.”
“Tanggung
Bang, lagian saya takut nyasar,” kata si Ibu.
“Kalo Ibu mau
saya anter saya sholat dulu, ya, Bu.”
Selesai
sholat, Udin pun menuju ke becaknya. Ternyata si Ibu dan asistennya masih
nunggu di becak. Diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan di belakang
Masjid Raya. “Bang tunggu disini ya, ntar antar lagi balik ke hotel,” kata si
Ibu.
“Iya Bu, tapi
kalo Ibu balik lagi ke becak dan pas adzan ashar, ibu tunggu dulu disini krn
mau shalat dulu”
Singkat cerita
si Ibu kembali ke becak jam 15:30. Kemudian di becak dia nanya dimana Udin
tinggal.
Si Ibu
penasaran dengan kebiasaan Udin, demi sholat diawal waktu berani meninggalkan
penumpang di becak, ga peduli dibayar atau tidak. “Bang, saya pengen tau rumah
abang,” kata si Ibu.
“Waduh
emangnya kenapa Bu?” tanya Udin kaget.
“Saya pengen
kenal sama keluarga abang,” kata si Ibu.
“Jangan Bu,
rumah saya jauh. Lagian di rumah saya engga ada apa-apa.”
Si Ibu terus
memaksa. Akhirnya setelah menunggu si Ibu sholat jamak dzuhur dan ashar di
hotel, mereka pun pergi menuju rumah Udin.
Tapi kali ini
Udin pake becak, si Ibu mengikuti di belakangnya pake mobil Merci terbaru.
Setibanya di
rumah kontrakan Udin, si Ibu kaget, karena rumahnya sangat kecil. Tapi kok
berani tidak dibayar demi sholat.
Mungkin karena
penasaran si Ibu nanya. “Bang koq berani engga dibayar?”
“Rezeki itu
bukan dari pekerjaan kita Bu, rezeki itu dari Allah, saya yakin itu. Makanya kalo
Allah manggil kita harus datang.”
“hayya
'alalfalaah… kan jelas Bu. Marilah kita menuju kemenangan, kesejahteraan,
kebahagiaan. Saya ikhtiar udah dengan narik becak, hasilnya gimana Allah. yang
penting kitanya takwa ke Allah ya kan Bu?” kata Udin.
“Saya yakin
janji Allah di QS At-Talaq 2-3.” kata Udin. Si Ibu pun terdiam sambil
meneteskan air mata.
Setelah dikenalkan dan ngorol dgn
keluarga Udin si Ibu pun pamit. Sambil meminta Udin mengantarkannya kembali
minggu depan.
“Insya Allah
saya siap Bu,” kata Udin. Si Ibu pun pamit sambil memberi ongkos becak ke
Istrinya Udin. Setelah si Ibu pergi ongkos becak yang dimasukan kedalam amplop
dibuka oleh Udin. Ternyata isinya satu juta rupiah. Udin dan keluarganya pun
kaget dan bersyukur atas apa yang telah Allah berikan melewati si Ibu tadi.
Seminggu kemudian Udin mendatangi hotel
tempat si Ibu menjanjikan. Setelah bertanya ke satpam, Udin tidak diperbolehkan
masuk. Satpam engga percaya ada tamu hotel bintang lima janjian sama seorang
tukang becak. Udin ga maksa, dia kembali ke becaknya.
Nah, itu pula yang sering kita lakukan,
seringkali kita melihat orang dari penampilannya. Padahal Allah tidak melihat
pangkat, jabatan, pekerjaan, harta, warna kulit kita. Allah hanya melihat
ketakwaan kita. Karena penasaran Udin ga masuk-masuk ke Lobby Hotel, akhirnya
si Ibu keluar, dan melihat Udin sedang tertidur di becaknya.
“Bang, kenapa
engga masuk?” Tanya si Ibu sambil membangunkan Udin.
“Ga boleh sama
satpam Bu,”jawab Udin.
“Bang, kan
kemaren abang yang ngajak saya jalan-jalan pake becak. Sekarang giliran saya
ngajak abang jalan-jalan pake mobil saya,” kata si Ibu.
“Lah, Ibu ini
gimana sih, katanya mau saya anter ke toko lagi,” kata Udin.
“Iya mau
dianter tapi bukan ke toko bang,” kata si Ibu diawal waktu.
Setelah diajak
naik mobil Merci nya si Ibu, Udin pun menolaknya, karena dia merasa
kebingungan.
“Mau dibawa
kemana saya Bu ?”
“Udah saya
pake becak saya aja, ngikut di belakang mobil Ibu. Engga pantes saya naik mobil
sebagus itu,” kata Udin.
“Lagian becak
saya mau ditaro dimana?”
Namun setelah
dibujuk oleh sopir dan asisten si Ibu, Udin pun mau ikut naik mobil. Becaknya
dititip di parkiran belakang hotel.
Berangkatlah
mereka dari hotel. Masih dengan rasa penasaran Udin pun bertanya, “mau kemana
sih Bu?”
Di salah satu
kantor Bank Syariah, mereka pun berhenti. “Bang, pinjem KTP nya ya”, kata
asisten si Ibu.
“Waduh apalagi nih?” pikir Udin.
“Waduh apalagi nih?” pikir Udin.
“Buat apa
Neng? Koq saya diajakin ke Bank, trus KTP buat apa?”, kata Udin heran.
Akhirnya asisten si Ibu menjelaskan,
bahwa ketika minggu lalu mereka dianter Udin belanja, si Ibu mendapatkan sebuah
pelajaran.Pelajaran hidup yang sangat mendalam. Dimana seorang abang becak
dengan kehidupan yang pas-pasan tapi begitu percaya kepada janji Allah.
Sementara si Ibu yang merupakan
seorang pengusaha besar dan suaminya pun pengusaha, selama ini kadang ragu pada
janji Allah. Seringkali, akibat kesibukan mengurus usaha, belanja, meeting dll,
dia menunda-nunda sholat. Bahkan tidak jarang lupa sholat.
“Nah sejak
minggu lalu setelah pulang dari Bandung, Ibu mulai merubah kebiasaannya. Dia
selalu berusaha sholat awal waktu”, kata asisten.
Saat pulang ke Jakarta, suaminya pun
heran dengan perubahan si Ibu. Padahal dia juga punya kebiasaan yang sama
dengan istrinya. Setelah diceritakan asal mula perubahan itu, suaminya pun
menyadari, bahwa selama ini mereka salah. Terlalu mengejar dunia. Oleh karena
itu Ibu dan suaminya ingin menghadiahi abang Udin untuk berangkat haji.
Mendengar akan DIBERANGKATKAN IBADAH HAJI, Udin pun kaget campur bingung.
Dengan spontan
Udin MENOLAK hadiah itu. “Engga mau neng, saya engga mau berangkat haji dulu.
Meskipun itu doa saya tiap hari.”
“Loh koq engga
mau Bang?” kata asisten kaget.
“Apa kata
tetangga dan sodara-saudara saya nanti neng, saat saya pulang berhaji. Koq ke
haji bisa tapi masih ngebecak?”
“Memang
berangkat haji adalah cita-cita saya. Tapi nanti setelah saya mendapatkan
pekerjaan selain narik becak neng.”
Akhirnya
asisten berdiskusi dengan si Ibu. Sambil menunggu mereka diskusi. Udin pun
tidak henti2nya bertanya pada Allah.
“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Udin.
“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Udin.
Tidak lama si
Ibu menghampiri Udin dan bertanya “Bang, kan abang bisa bawa mobil, bagaimana
kalau menjadi supir di perusahaan saya di Jakarta?”
“Waduh …
Jakarta ya, Bu? Ntar, keluarga saya gimana disini. Anak-anak masih butuh
bimbingan saya. Apalagi semuanya perempuan. Kayaknya engga deh Bu. Biar saya
pulang aja deh. Insya Allah kalau Allah ridho lain kali pasti saya diundang
untuk berhaji.”
Akhirnya si Ibu membujuk Udin untuk
mendaftar haji dulu. Brangkatnya mau kapan terserah, yang penting dia
menjalankan amanat suaminya. Kemudian si Ibu menelpon suaminya, menjelaskan
kondisi yang ada mengenai Udin. Setelah selesai mendaftar haji di Bank,
kemudian mereka pergi menuju sebuah dealer mobil.
“Kok masuk ke dealer mobil, Bu? Ibu mau
beli mobil lagi? Mobil ini kurang gimana bagusnya?” kata Udin bingung. Sambil
tersenyum si Ibu meminta Udin menunggu di mobil. Dia pun turun bersama
asistennya. Selang setengah jam, si Ibu kembali ke mobil sambil membawa
kwitansi pembayaran tanda jadi mobil.
“Nih bang,
barusan saya sudah membayar tanda jadi pembelian mobil angkutan umum,
pelunasannya nanti kalau trayek sudah diurus.”
“Mobil
angkutan umum ini buat bang Udin, hadiah dari suami saya.” Kata si Ibu.
“Jadi sambil menunggu keberangkatan
abang ke haji tahun depan, abang bisa menabung dengan usaha dari mobil angkutan
milik sendiri.”
Sambil
meneteskan air mata tidak henti-hentinya Udin mengucap syukur kepada Allah.
“Ini bukan
dari saya dan suami saya, ini dari Allah melalui perantaraan saya,” kata si
Ibu.
“Hadiah karena abang selalu menjaga sholat
diawal waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan
suami.”
“Mudah-mudahan
kita semua bisa istiqomah menjaga sholat awal waktu, ya, bang,” kata si Ibu.
Akhirnya mereka pun kembali ke hotel,
namun sebelumnya mampir di masjid untuk sholat dzuhur berjamaah. Setelah sholat
dzuhur kemudian makan siang, mereka pun berpisah. Udin pulang ke rumah dengan
becaknya. Si Ibu langsung ke Jakarta.
Setelah itu kehidupan Udin semakin
membaik. Dia sudah memiliki rumah sendiri, walapun nyicil. Yang tadinya dia
seorang supir angkot dan abang becak, sekarang dia jadi pemilik angkot dan
sudah berhaji.
Subhanallah,
Alhamdulillah
Sampai saat ini Udin masih terus menjaga sholat awal waktu, malah semakin yakin dengan janji Allah. Cerita ini merupakan KISAH NYATA.
Sampai saat ini Udin masih terus menjaga sholat awal waktu, malah semakin yakin dengan janji Allah. Cerita ini merupakan KISAH NYATA.
Semoga bisa
menjadi inspirasi bagi kita semua, dan menjadikan kita semakin yakin dengan
janji Allah.
Sahabat, .. poin dari cerita ini adalah
ketika Allah berkehendak, semuanya akan menjadi nyata. Mari kita jaga sholat
diawal waktu, untuk mendapatkan keberkahan dari-Nya. Yakinlah Allah selalu
menjaga hamba-hamba Nya yang bertakwa.
Masya Allah
Masya Allah
(Subhanallah
& Semoga Bermanfaat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar