AKU CEMBURU DENGAN
BIDADARIMU
“Mas, jika
masuk surga nanti, bisakah kita berdua bersatu kembali?” tanya seorang istri
dengan manja kepada suaminya.
“Aamiin …
insya Allah,” jawab sang suami sambil merangkul sang istri.
“Lalu
bagaimana dengan bidadarimu di surga? Pasti aku kalah cantik dan menarik … ah
aku bakal cemburu berat dong, Mas.”
“Dik, setiap
manusia yang masuk surga dicabut dari hatinya segala ‘GHIL’. Hilang rasa
cemburu. Lenyap iri dengki. Sirna segala dendam dan segala perasaan
ketidaksukaan seperti saat di dunia.”
Sang istri
mengernyitkan dahi, berusaha memahami jawaban lelaki yang dicintainya, “Berarti
… berarti?”
“Berarti … tak
perlu dibahas. Akal kita belum nyampe, ntar kalau udah di sana baru paham. Yang
lebih penting … bagaimana caranya biar kita bisa masuk surga,” tukas sang suami
dibalas pukulan mesra wanita cantik yang ada di sampingnya.
==
Ternyata
kenikmatan surga bukan hanya tentang pemandangan yang hebat, makanan lezat,
atau kepuasan syahwat. Tetapi juga diberi hati yang selamat. Tak ada aroma
persaingan, tiada bibit kebencian. Hati tanpa iri dengki, jiwa tanpa dendam
yang membara. Hari berlalu tak dikuti rasa jemu, waktu berjalan tanpa dibuntuti
rasa bosan.
Bahkan jika di
dunia bisa memiliki hati yang selamat, hidup seseorang akan terasa nikmat.
Memang tak mudah untuk mencapainya. Ego yang mencengkeram membuat kita
melakukan tanpa sadar. Tiba-tiba blokir gara-gara tidak cocok dengan caranya
berpikir. Enggan berkawan karena takut dikalahkan. Malas menyapa gara-gara tak
suka cara dia bicara. Masih banyak hal remeh-temeh lain yang bisa menjadi
“ghil” dan mengganggu hubungan persaudaraan.
Sebenarnya
perasaan ini manusiawi, tugas kita hanya berusaha semaksimal mungkin menjauhi.
Bahkan dalam Surat Al-Hasyr ayat 10 diabadikan sebuah doa agar kaum muslimin
terbebas semaksimal mungkin dari “ghil” yang akan merusak hubungan antar sesama
mereka.
Bahkan hati
yang selamat membuat seseorang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
“Saat ini akan
muncul kepada kalian seorang laki-laki dari kalangan penghuni surga,” kata
Rasulullah SAW saat sedang duduk-duduk dengan para sahabatnya.
Tiba-tiba
muncul seorang laki-laki dari kalangan sahabat Anshar, jenggotnya masih
meneteskan bekas air wudhu, sedang tangan kirinya memegang kedua sandalnya.
Luar biasanya
hal ini terjadi hingga tiga kali. Abdullah bin Amru bin Ash pun penasaran
hingga meminta untuk bisa menginap di rumah sahabat Anshor tersebut. Anehnya ia
tak menemukan suatu amal yang istimewa, semua biasa saja. Hingga akhirnya ia
jujur bertanya. Apa jawab si calon penghuni surga?
“Amalku
hanyalah amal yang telah engkau lihat. Namun di dalam jiwaku sama sekali tidak
pernah terbetik rasa dengki terhadap seorang muslim pun, dan aku juga tidak
pernah iri kepada seorang pun atas sebuah nikmat yang Allah karuniakan
kepadanya.”
Mendengar
penuturan tersebut, Abdullah bin Amru berkata, “Inilah sebenarnya amalan yang
telah mengantarkanmu kepada kedudukan tersebut. Dan justru inilah amalan yang
kami belum sanggup melakukannya.”
Maa Syaa
Allah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar