InspirasI

Jumat, 12 Mei 2017

AKU CEMBURU DENGAN BIDADARIMU

“Mas, jika masuk surga nanti, bisakah kita berdua bersatu kembali?” tanya seorang istri dengan manja kepada suaminya.
“Aamiin … insya Allah,” jawab sang suami sambil merangkul sang istri.
“Lalu bagaimana dengan bidadarimu di surga? Pasti aku kalah cantik dan menarik … ah aku bakal cemburu berat dong, Mas.”
“Dik, setiap manusia yang masuk surga dicabut dari hatinya segala ‘GHIL’. Hilang rasa cemburu. Lenyap iri dengki. Sirna segala dendam dan segala perasaan ketidaksukaan seperti saat di dunia.”
Sang istri mengernyitkan dahi, berusaha memahami jawaban lelaki yang dicintainya, “Berarti … berarti?”
“Berarti … tak perlu dibahas. Akal kita belum nyampe, ntar kalau udah di sana baru paham. Yang lebih penting … bagaimana caranya biar kita bisa masuk surga,” tukas sang suami dibalas pukulan mesra wanita cantik yang ada di sampingnya.
==
Ternyata kenikmatan surga bukan hanya tentang pemandangan yang hebat, makanan lezat, atau kepuasan syahwat. Tetapi juga diberi hati yang selamat. Tak ada aroma persaingan, tiada bibit kebencian. Hati tanpa iri dengki, jiwa tanpa dendam yang membara. Hari berlalu tak dikuti rasa jemu, waktu berjalan tanpa dibuntuti rasa bosan.
Bahkan jika di dunia bisa memiliki hati yang selamat, hidup seseorang akan terasa nikmat. Memang tak mudah untuk mencapainya. Ego yang mencengkeram membuat kita melakukan tanpa sadar. Tiba-tiba blokir gara-gara tidak cocok dengan caranya berpikir. Enggan berkawan karena takut dikalahkan. Malas menyapa gara-gara tak suka cara dia bicara. Masih banyak hal remeh-temeh lain  yang bisa menjadi “ghil” dan mengganggu hubungan persaudaraan.   
Sebenarnya perasaan ini manusiawi, tugas kita hanya berusaha semaksimal mungkin menjauhi. Bahkan dalam Surat Al-Hasyr ayat 10 diabadikan sebuah doa agar kaum muslimin terbebas semaksimal mungkin dari “ghil” yang akan merusak hubungan antar sesama mereka.
Bahkan hati yang selamat membuat seseorang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
“Saat ini akan muncul kepada kalian seorang laki-laki dari kalangan penghuni surga,” kata Rasulullah SAW saat sedang duduk-duduk dengan para sahabatnya.
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki dari kalangan sahabat Anshar, jenggotnya masih meneteskan bekas air wudhu, sedang tangan kirinya memegang kedua sandalnya.
Luar biasanya hal ini terjadi hingga tiga kali. Abdullah bin Amru bin Ash pun penasaran hingga meminta untuk bisa menginap di rumah sahabat Anshor tersebut. Anehnya ia tak menemukan suatu amal yang istimewa, semua biasa saja. Hingga akhirnya ia jujur bertanya. Apa jawab si calon penghuni surga?
“Amalku hanyalah amal yang telah engkau lihat. Namun di dalam jiwaku sama sekali tidak pernah terbetik rasa dengki terhadap seorang muslim pun, dan aku juga tidak pernah iri kepada seorang pun atas sebuah nikmat yang Allah karuniakan kepadanya.”
Mendengar penuturan tersebut, Abdullah bin Amru berkata, “Inilah sebenarnya amalan yang telah mengantarkanmu kepada kedudukan tersebut. Dan justru inilah amalan yang kami belum sanggup melakukannya.”
Maa Syaa Allah!

Tidak ada komentar: