Kisah Nyata Penggugah
Jiwa
Inspirasi Menghafal
Al-Qur'an.
Dulu sewaktu saya masih
kecil, saya selalu mendapat peringkat 1 baik di tingkat SD, SMP, SMA
Semua merasa senang, ibu
dan ayah pun selalu memeluk saya dengan bangga. Memeluk dan mencium saya.
Keluarga sangat senang melihat anaknya yang pintar dan berprestasi.
Begitupun ketika aku masuk
perguruan tinggi ternama, tanpa embel-embel test.
Orang tua ku bangga,
teman-teman ku pun merasa bangga dengan diriku.
Tatkala aku menjalani masa
kuliah IPK ku selalu 4 dan aku lulus dari perguruan tinggi yang bergengsi itu
dengan predikat cumlaude.
Semua bahagia, para rektor
menyalami ku dan merasa bangga memiliki mahasiswa seperti diriku, jangan kau
tanya tentang orang tua ku, tentunya mereka orang yang paling bangga, bangga
melihat anaknya lulus dengan predikat cum laude. Teman-temanku seperjuangan pun
gembira, semua wajar memancarkan kebahagiaan.
Lulus dari perguruan
tinggi kini ku memasuki perusahan bonafit. Karirku sangat melejit tinggi.
Semua pun merasa bangga
dengan diriku, semua kolega-kolega bisnisku selalu menjabat tanganku, semua
hormat dan menghargai diriku, teman-teman lama pun selalu menyebut namaku sebagai
salah satu orang sukses. Semua orang puji saya.
Namun ketika saya berikrar
untuk berjuang bersama barisan pembela rasulullah saw, dan ku buang segala
title keduniaan ku, kutinggalkan dunia ku untuk mengejar akhirat dan ridhanya.
Seketika itu pula dunia terasa berbalik. Yaa... Dunia seperti berbalik. Ku
putuskan untuk merantau dan memilih mempelajari ilmu al-qur'an dan sunnah
rasulullah saw, dan kuhafalkan Al-Qur'an 30 juz.
Semua orang mencemooh dan
memaki diri saya. Tak ada lagi pujian, tak ada lagi senyum kebanggan, tak ada
lagi peluk hangat. Yang ada hanyalah cacian.
Terkadang, orang memaki
diriku, buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau masuk pesantren.
Dia itu orang bodoh! Udah punya pekerjaan enak-enak ditinggalin.
Berbagai caci dan maki tertuju untuk diriku, bahkan dari keluarga yang tak jarang membuat diriku sedih.
Dia itu orang bodoh! Udah punya pekerjaan enak-enak ditinggalin.
Berbagai caci dan maki tertuju untuk diriku, bahkan dari keluarga yang tak jarang membuat diriku sedih.
"Apa ada lulusan
perguruan tinggi terkenal masuk pondok tahfidz? Enggak sayang apa udah dapet
kerja enak-enak? Mau makan dari mana?
Kata mereka..
Ya, pertanyaan-pertanyaan
itu yang terus menyerang dan menyudutkan diriku.
Hingga suatu ketika..
Ketika fajar mulai muncul.
Aku ajak ibuku pergi untuk
shalat berjamaah di masjid. Dimasjid tempat biasa aku menjadi imam.
Itu adalah shalat subuh
yang akan selalu ku kenang.
Ku angkat tangan seraya mengucapkan takbir. " Allaaahuu akbaar" ku agungkan Allah dengan seagung-agungnya.
Ku angkat tangan seraya mengucapkan takbir. " Allaaahuu akbaar" ku agungkan Allah dengan seagung-agungnya.
Ku baca iftitah dalam hati
ku, berdesir rasanya.
Kulanjutkan membaca
Al-Fatihah, ku lantunkan al-fatihah.
Bismillahirrahmaanirrahiiim,
(sampai disini hati ku begetar) ku sebut namanya yang maha pengasih lagi maha
penyayang terhadap hambanya.
Alhamdulillahirabbil
alamiin... Ku panjatkan puji-pujian untuk rabb semesta alam..
Kulanjutkan bacaan
lamat-lamat, ku hayati surah al-fatihah dengan seindah-indahnya tadabbur, tanpa
terasa air mata jatuh membasahi wajahku.
Berat lidah ku untuk
melanjutkan ayat, ar-rahmaanirrahiim, ku lanjutkan ayat dengan nada yang mulai
bergetar..
Malikiyaumiddin, kali ini
aku sudah tak kuasa menahan tangisku.
Iyyaka na'budu wa iyyaka
nastaiin, yaa Allah hanya kepadamulah kami menyembah dan hanya kepadamulah kami
meminta pertolongan. Hati ku terasa tercabik-cabik seringkali diri ini menuntut
kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan ku, tapi aku lalai menjalankan
kewajiban-kewajiban ku kepada Allah.
Sampailah kepada akhir
ayat dalam surah Al-Fatihah. Ku seka air mata ku, dan ku tenangkan sejenak
diriku.
Selanjutnya subuh itu aku
putuskan untuk membaca surah 'Abasa. Ku hanyut dalam bacaan ku, terasa syahdu,
hingga terdengar isak tangis jamaah sesekali.
Bacaan terus mengalun, sehingga sampailah pada ayat 34.
Tangisku membuncah sejadi-jadinya.
Bacaan terus mengalun, sehingga sampailah pada ayat 34.
Tangisku membuncah sejadi-jadinya.
Yauma yafirrul mar'u min
akhii, wa ummihii wa abiih, wa shaahibatihi wa baniih, likullimriim minhum
yauma idzin sya'nuy yughniih...
Tangisku pun membuncah,
tak mampu ku lanjutkan ayat, tubuhku terasa lemas.
Hingga setelah shalat
subuh selesai dalam perjalanan pulang. Ibuku menanyakan kepadaku, "mengapa
kamu menangis saat membaca ayat tadi, apa artinya?"
Aku hentikan langkahku dan
aku jelaskan pada ibuku. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Wahai ibu..
Ayat itu menjelaskan
tentang huru hara padang mahsyar saat kiamat nanti, semua akan lari
meninggalkan sudaranya.
Ibunya...
Bapaknya..
Istri dan anaknya..
Semuanya sibuk pada urusan
masing-masing.
Bila kita kaya orang akan memuji kita dengan sebutan orang yang berjaya.
Bila kita kaya orang akan memuji kita dengan sebutan orang yang berjaya.
Namun ketika kiamat
terjadi apalah gunanya segala puji-pujian manusia itu.
Semua akan meninggalkan
kita. Bahkan ibupun akan meninggalkan saya..
Ibu pun meneteskan air
mata, ku seka air mata ibu.
Ku lanjutkan ceritanya, ku
pun takut bu bila dimahsyar bekal yang ku bawa sedikit.
Pujian oran yang ramai
selama bertahun-tahun pun kini tak berguna lagi.
Lalu kenapa orang beramai
ramai menginginkan pujian dan takut mendapat celaan. Merekapun tak menghiraukan
kehidupan akhiratnya kelak.
Ibu kembali memeluk saya
dan tersenyum. Ibu mengatakan, betapa bahagianya punya anak seperti dirimu.
Baru kali ini aku merasa bahagia, karena ibuku bangga terhadap diriku.
Baru kali ini aku merasa bahagia, karena ibuku bangga terhadap diriku.
Berbagai pencapaian yang
aku dapat dulu, walaupun ibu sama memeluk ku namun baru kali ini pelukan itu
sangat membekas dalam jiwaku.
Wahai manusia sebenarnya
apa yang kalian kejar?
Dan apa pula yang mngejar
kalian?
Bukankah maut semakin hari
semakin mendekat?
Dunia yang menipu jangan
sampai menipu dan membuat mu lupa pada negeri akhirat kelak.
Wahai saudaraku, apakah
kalian sadar nafas kalian hanya beberapa saat lagi?
Sebelum lubang kubur
kalian akan digali?
Apa yang aku dan kalian
banggakan dihadapan Allah dan Rasul?
-Inspirasi Menghafal Quran-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar