MENYOAL TUDUHAN BERZINA
1. Nabi
Yusuf ‘alaihi salam
Nabi Yusuf
difitnah oleh istri al-‘Aziz yang gagal merayu dan menggoda yusuf untuk
selingkuh dengannya. Al-‘Aziz adalah mentri besar di negri Mesir yang membeli
Yusuf dari para kafilah dagang yang menemukan Yusuf di sumur.
Nabi Yusuf
kemudian tinggal bersama al-‘Aziz dan istrinya. Memasuki usia dewasa, Allah
menganugrahi Yusuf hikmah, keluasan ilmu dan rupa yang elok. Itu semua membuat
istri al-‘Aziz jatuh cinta dan tak mampu menahan hasratnya kepada Yusuf.
Dibuatlah
makar agar Yusuf dapat jatuh dalam pelukannya, istri al-‘Aziz menutup semua
pintu dalam rumah, membuang rasa malunya, kemudian mengungkapkan rasa cinta dan
menggoda Yusuf dengan semua godaan.
Allah selamatkan Yusuf, berlarilah Yusuf menuju
pintu, ia dikejar oleh wanita itu dan menarik-narik pakaiannya. Keduanya sampai
di pintu, namun tiba tiba pintu itu terbuka dan ternyata al-‘Aziz ada disitu.
Kerena takut dan malu, akhirnya istri al-‘Aziz
memfitnah Yusuf, bahwa dia adalah lelaki yang hendak memperkosanya. Allah
abadikan kisah ini dalam firmanNya :
“Dan keduanya
berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari
belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka
pintu. Wanita itu berkata : “apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud
berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab
yang pedih”
Fitnah itu
berujung dangan dipenjarakannya Yusuf, namun Allah membalas makar orang dholim
dengan sebaik balasan, diakhir kisah, istri al-‘Aziz mengakui bahwa Yusuf
adalah orang yang benar dan dirinya yang salah, Yusuf diangkat menjadi mentri
di negri Mesir, dia membawa seluruh keluarga termasuk saudara-saudara yang
dahulu mencelakakannya untuk hidup sejahtera disana.
2. Nabi
Musa ‘alaihi salam
Al-Imam Ibnu
Katsir ketika menafsirkan surat al-Qoshosh ayat 81 membawakan riwayat dari Ibnu
‘Abbas tentang tuduhan zina yang dilontarkan Qorun kepada Musa.
Dalam riwayat tersebut disebutkan bahwa Qorun
mejanjikan seorang wanita pelacur harta yang banyak dengan syarat dia harus
memfitnah nabi Musa di khalayak ramai bahwa Musa sudah berzina dengannya.
Ketika nabi
Musa berdiri dihadapan bani Isroil, mengajarkan kitab Allah yang ketika itu
adalah Taurot, pelacur ini berkata :”Wahai Musa bukankah enkau telah berbuat
begini dan begini denganku?”
Mendengar perkataan itu, gemparlah bani Isroil.
Nabi Musa kemudian sholat dua roka’at, memohon pertolongan Allah, kemudian
berkata : “Aku bersumpah kepadamu dengan nam Allah yang telah membelah lautan
untuk menyelamatkan bani Isroil, apa yang membuatmu melakukan hal ini
kepadaku?”
Bergetarlah
wanita tersebut karena merasa takut, kemudian dia menjawab: "Sesungguhnya
Qorun menjanjikanku harta yang banyak bila aku mengatakan fitnah ini kepadamu,
namun aku sekarang memohon ampun kepada Allah dan aku ingin baertaubat”.
Mendengar pengakuann tersebut, bersujudlah nabi
Musa meminta Allah memberi hukuman kepada Qorun, kemudian Allah mewahyukan
kepada Musa, bahwa bumi sudah ditundukkan untuknya.
Maka Musa memerintahkan bumi untuk menenggelamkan
Qorun dan semua hartanya, Allah abadikan kisah ini dalam firmanNya:
“Maka Kami benamkan Qorun beserta rumahnya ke
dalam bumi, maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang mampu menolongnya
dari adzab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela
dirinya”.
3. Juraij
ar-Rohib
Juraij adalah
ahli ibadah yang sangat masyhur dikalangan Bani Isroil, setiap hari beliau
selalu menghabiskan waktu untuk beribadah di mihrob khusus miliknya. Kuatnya
ibadah beliau menjadi perbincangan di masyarakat.
Karena jadi perbincangan di masyarakat, seorang
pelacur yang sangat cantik berkata : “Kalau kalian mau, aku akan menggodanya
dan menunjukan buktinya kepada kalian”.
Maka mulailah
wanita in menjalankan aksinya, didatanginya mihrob Juraij, dia menggodannya
namun Juraij sama sekali tidak melirik kepadanya. Karena putus asa, wanita ini
akhirnya pergi, dia melihat seorang penggembala kambing, maka terjadilah apa
yang terjadi, dan dia hamil.
Setelah melahirkan, wanita ini mengumumkan bahwa
anaknya adalah hasil dari hubungan dirinya dengan Juraij. Maka masyarakatpun
gempar, mereka datang kepada Juraij, menyuruhnya untuk turun, merendahkan
martabatnya, menghancurkan mihrobnya dan memukulinya.
Kemudian Juraij bertanya: “Kenapa kalian berbuat
ini?” mereka menjawab bahwa Juraij telah berzina dengan pelacur sampai
melahirkan bayi. “Bawa kemari bayi tersebut” pinta Juraij. Maka didatangkanlah
bayi tersebut.
Setelah bayi itu tiba, Juraij melakukan sholat,
setelah selesai, beliau mendatangi bayi dan memegang perutnya seraya bertanya:
"Wahai bayi, siapa bapakmu?" maka bayi ini tiba-tiba bisa berbicara:
“Bapakku adalah seorang penggembala kambing”.
Melihat
kejadian itu, masyarakat menjadi sadar, mereka menciumi Juraij, mengusap kaki
dan tangannya. Wahai Juraij sebagai permohonan maaf, kami akan bangun mihrob
dari emas untukmu. Namun Juraij menjawab: "Tidak usah, namun bangunlah
dari tanah seperti semula”, dan merekapun melakukannya.
Kisah ini terdapat di shohih Muslim, kitab: Birr
al-walidain, bab : Mendahulukan birr al-walidain atas ibadah sunah.
4. Sayyidah
Maryam binti ‘Imron ‘alaihas salam
Maryam adalah
wanita paling mulia diantara seluruh wanita yang pernah ada, dialah
satu-satunya wanita yang disebutkan namanya dalam al-Qur’an, bahkan menjadi
nama surat. Maryam lahir dari keluarga terhormat, orang tuanya adalah orang
sholeh, paman dan sepupunya adalah Nabi, Zakariya dan Yahya.
Maryam dituduh
berzina oleh kaumnya karena telah melahirkan seorang anak padahal dia tidak
menikah. Namun Allah menjawab tuduhan itu dalam al-Qur’an dengan jawaban yang
utuh, jawaban yang menjelaskan mengenai apa yang terjadi dengan Maryam, Allah
berfirman :
"Dan ingatlah kisah Maryam yang disebutkan
dalam kitab, ketika dia menjauhkan diri daripada keluarganya ke suatu tempat di
sebelah timur. Maka dia mengadakan tabir yang melindunginya daripada mereka;
lalu Kami (Allah) mengutuskan Ruh Kami kepadanya, maka Ruh itu muncul di
hadapannya dalam bentuk manusia yang sebenarnya.
Maryam
berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada al-Rahman daripadamu, jika
kamu seorang yang bertakwa". Ruh itu berkata: "Sesungguhnya aku ini
hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk menganugerahkan kepada engkau seorang
anak laki-laki yang suci."
Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku
seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku,
dan aku bukan seorang perempuan jahat." Ruh itu berkata:
"Demikianlah, Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan agar
Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat daripada Kami
dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan’."
Maka Maryam mengandung, lalu dia mengasingkan
diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan
melahirkan anak memaksanya bersandar pada pohon kurma, Maryam berkata:
"Aduhai, alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini, dan aku menjadi
seorang yang tidak bererti, lagi dilupakan".
Maka Ruh itu
menyerunya daripada tempat yang rendah: "Janganlah engkau bersedih hati,
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” Dan goyangkanlah
pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah
kurma yang matang kepadamu.”
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.
Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah
bernazar kepada al-Rahman untuk berpuasa, maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusia pun pada hari ini."
Maka Maryam
membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata:
"Wahai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat
hmungkar.” “Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu bukanlah seorang yang jahat
dan ibumu bukanlah seorang perempuan pezina.”
Maka dia
Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami dapat
berbicara dengan seorang yang masih dalam buaian?" Dia (anak Maryam)
berkata: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Allah memberikan kitab
kepadaku, dan Allah menjadikan aku seorang nabi.”
Dan Allah menjadikan aku seorang yang diberkati
di mana sahaja aku berada, dan Allah memerintahkan kepadaku mendirikan sholat
dan menunaikan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku. Dan Allah
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”
“Dan kesejahteraan atas diriku, pada hari aku
dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali". Itulah ‘Isa ibn Maryam. Perkataan yang benar, yang mereka
berselisihan tentangnya.
Tidak ada bagi Allah mempunyai anak, maha suci
Allah dari yang demikian. Apabila Allah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya
berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah
adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka abdikan dirimu kepada-Nya, Inilah jalan yang
lurus.
Maka berselisihlah golongan-golongan itu sesama
mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang kafir yang pada waktu menyaksikan hari
yang besar. Alangkah terangnya pendengaran mereka dan tajamnya penglihatan
mereka, pada hari mereka datang kepada Kami (Allah). Tetapi orang-orang yang
zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata. (Q.S Maryam
ayat 16-38).
5. Sayyidah
‘Aisyah binti Abu bakar ash-Shidiq rodhiyallahu ‘anhuma
‘Aisyah
difitnah oleh pemimpin munafik Madinah bernama ‘Abdullah bin Ubay bin Salul
yang kemudian disebarkan oleh beberapa orang yang termakan ucapannya yang
akhirnya menjadi pembicaraan kaum muslimin.
Kisah ini dituturkan langsung oleh Imam
al-Bukhori dalam shohihnya :
Aisyah berkata : “Apabila Rasulullah ﷺ hendak keluar dalam
suatu perjalanan, beliau selalu mengadakan undian di antara para istri beliau
dan siapa diantara mereka yang keluar undiannya, maka Rasulullah ﷺ akan berangkat
bersamanya"
Aisyah berkata : “Lalu Rasulullah ﷺ mengundi diantara kami
untuk menentukan siapa yang akan ikut dalam salah satu peperangan, dan ternyata
keluarlah undianku sehingga aku pun berangkat bersama Rasulullah ﷺ. Peristiwa itu terjadi
setelah diturunkan ayat hijab Al-Ahzab ayat 53, dimana aku dibawa dalam sekedup
dan ditempatkan di sana selama perjalanan kami.
Pada suatu malam ketika Rasulullah ﷺ selesai berperang lalu
pulang dan kami telah mendekati Madinah, beliau memberikan aba-aba untuk
berangkat. Aku pun segera bangkit setelah mendengar mereka mengumumkan
keberangkatan lalu berjalan sampai jauh meninggalkan pasukan tentara.
Setelah beres dengan urusanku, aku langsung
menghampiri unta tungganganku, namun saat aku meraba dada, ternyata kalungku
yang terbuat dari mutiara Adhfar putus. Aku pun kembali untuk mencari kalungku
sehingga tertahan karena pencarian itu. Sementara itu, orang-orang yang
bertugas membawaku telah mengangkat sekedup itu dan meletakkannya ke atas
punggung untaku yang biasa aku tunggangi karena mereka mengira aku telah berada
di dalamnya.”
Aisyah
menambahkan, “Kaum wanita pada waktu itu memang bertubuh ringan dan langsing
tidak banyak ditutupi daging karena mereka hanya mengkomsumsi makanan dalam
jumlah sedikit sehingga orang-orang itu tidak merasakan beratnya sekedup ketika
mereka mengangkatnya ke atas unta.
Apalagi ketika itu aku anak perempuan yang masih
belia. Mereka pun segera menggerakkan unta itu dan berangkat. Aku baru
menemukan kalung itu setelah pasukan tentara berlalu. Kemudian aku mendatangi
tempat perberhentian mereka, namun tak ada seorang pun di sana.
Lalu aku
menuju ke tempat yang semula dengan harapan mereka akan merasa kehilangan dan
kembali menjemputku. Ketika aku sedang duduk di tempatku rasa kantuk
mengalahkanku sehingga akupun tertidur.
Ternyata ada Shafwan bin Mu’aththal As-Sulami
yang berhenti dari perjalanan pada akhir malam untuk istirahat karena baru
berangkat pada malam hari dan keesokan paginya ia sampai di tempatku.
Dia melihat
bayangan hitam seperti seorang yang sedang tidur, lalu ia mendatangi dan
langsung mengenali ketika melihatku karena ia pernah melihatku sebelum diwajibkannya
hijab. Aku terbangun oleh ucapannya, “Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Raji’uun”
pada saat dia mengenaliku.
Aku segera menutupi wajahku dengan kerudung. Dan
demi Allah, dia sama sekali tidak mengajakku bicara sepatah kata pun dan akupun
tidak mendengar satu katapun darinya selain ucapannya, “inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un.”
Kemudian ia menderumkan untanya dan memijak
kakinya, sehingga aku dapat menaikinya. Dan ia pun berangkat sambil menuntun
unta yang aku tunggangi hingga kami dapat menyusul pasukan yang sedang berteduh
di tengah hari yang sangat panas.” (HR al-Bukhori, kitab : syahadat)
Itulah kisah
yang terjadi, namun 'Abdullah bin ubay bin Salul sang munafik merubah cerita
dan mengarang-ngarang, dia berkata : “’Aisyah takan selamat dari Shofwan, dan
Shofwan takan selamat dari ‘Aisyah” ucapannya ini dipercaya oleh beberapa orang
yang kemudian tersebar dikalangan Muslimin.
Allah yang langsung menjawab tuduhan ini dalam
al-Qur’an, beliau berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita
bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita
bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang
dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara
mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar.” (QS an-Nur ayat 11)
Begitulah
orang-orang yang benar bila difitnah, Allah akan berikan pertolongan dan
jawaban yang luar biasa atas apa yang menimpa mereka, selama mereka berada
diatas jalan yang benar, sabar dan tetap yakin akan pertolongan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar