PERANG SALIB DI NUSANTARA
Oleh: Prof. Ahmad Mansur Suryanegara
PERJANJIAN
TORDESILAS (1494) sbg perjanjian yang berisikan kewenangan yang diberikan oleh
PAUS ALEXANDER VI kepada Kerajaan Katoĺik Portugis untuk menguasai dunia
belahan timur. Dan kepada Kerajaan Katolik Spanyol untuk menguasai dunia
belahan barat. Atas dasar Perjanjian Tordesilas (1494) awal lahirnya
Imperialisme atau Penjajahan.
Enam belas tahun kemudian, Kerajaan Katolik
Portugis masuk ke Malaka (1510). Akibat Kerajaan Katolik Spanyol melanggar
pembagian Wilayah Jajahan yang ditetapkan dlm Perjanjian Tordesilas,
memasuki Maluku dan Filipina Selatan (1521), menjadikan Kerajaan Katolik
Portugis menduduki KALAPA (1522).
Di
bawah kondisi yang demikian ini, Kerajaan Islam Demak dan Cirebon terjepit oleh
kedua kerajaan imperialis.
Pada saat masuknya kedua imperialis ke Asia
Tenggara, Kerajaan Budha Sriwijaya dan Kerajaan Hindu Majapahit sudah tidak
dapat melanjutkan sejarahnya.
Itulah
sebabnya Islam: Kerajaan Islam Demak dan Cirebon tampil ke depan memimpin
melancarkan perlawanan.
Perlawanan ini dipimpin oleh Cucu PRABU SILIWANGI
yakni SYARIF HIDAYATULLAH dan Menantunya, FATAHILLAH. Dampaknya lahirlah
JAYAKARTA atau JAKARTA, 22 Juni 1527 atau 22 Ramadhan 933 H.
Seratus tahun kemudian datanglah imperialis
kedua, Verenigde Oost Compagnie - VOC. Berhasil merebut JAYAKARTA dan
digantikan dengan nama BATAVIA (1619). Sebenarnya Belanda masih dijajah oleh
Kerajaan Katolik Spanyol. Dalam perangnya selama 80 th ( 1524 -1648 ), berhasil
merdeka (1648 ). Kelanjutannya berdirilah Kerajaan Protestan Belanda.
Perang Agama di Eropa Katolik kontra Protestan,
diekspor ke Nusantara Indonesia. Menurut J.C van Leur, pecahlah Perang Agama
Segitiga: Katolik kontra Protestan. Islam sbg Pribumi melawan kedua Imperialis
atau Penjajah Barat.
Saat
inilah awal pertama kalinya Islam sbg Pribumi mempertahankan tanah air sendiri,
dituduh INTOLERANCE. Padahal yang membawa Perang Agama ke Nusantara Indonesia
adalah kedua imperialis tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar